104
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan
105
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
4.1. Pengaturan Wakaf
Operasional wakaf mensyaratkan empat enitas pening yaitu: Pertama, otoritas atau regulator wakaf; Kedua, nazhir sebagai pengelola wakaf; Keiga,
wakif sebagai orang yang berwakaf; Keempat, mauquf alaih sebagai pihak yang
menerima manfaat wakaf. Keempat enitas tersebut akan saling berinteraksi dengan baik apabila ada suatu peraturan yang jelas dan komprehensif.
Urgensi pengaturan wakaf, salah satunya, adalah untuk memasikan bahwa kualiikasi nazhir sesuai aset wakaf yang akan dikelolanya. Misalnya, seseorang
nazhir dengan kualiikasi sederhana idak punya pengetahuan tentang bisnis,
keuangan, manajemen dan punya rekam jejak yang kurang baik tentang ritual ibadah dan komunikasi sangat idak tepat untuk ditunjuk mengelola gedung
perkantoran berlantai 100 yang berlokasi di tempat strategis di tengah kota. Proil nazhir yang tepat untuk aset tersebut adalah nazhir yang berpengalaman
mengelola bisnis, menguasai, baik teori maupun prakik keuangan dan dapat berkomunikasi yang baik di samping bahwa dia adalah seseorang yang sangat
taat beribadah, mengetahui pengetahuan agama yang luas.
Oleh karena itu, adanya peraturan tersebut sangat pening bagi keberlangsungan wakaf. Apabila peraturan tersebut mendukung beroperasinya wakaf dengan
baik, maka masyarakat pada umumnya akan merasakan dampak baik dari adanya wakaf tersebut. Sampai dengan saat ini, belum ada standarisasi
yang diakui dunia dalam pengelolaan wakaf. Standarisasi tersebut pening agar memudahkan penilaian kinerja pengelolaan wakaf di seluruh dunia.
Apabila masing-masing negara mempunyai standar pengelolaan wakaf yang berbedap-beda, maka sulit untuk dilakukan penilaian mana yang baik antara
pengelola wakaf di suatu negara dan pengelola wakaf di negara lain.
Selain itu, salah satu keuntungan dengan adanya standarisasi ini adalah kemudahan dalam melaksanakan kerja sama. Pengelola wakaf nazhir di
Indonesia akan dengan mudah bekerja sama dengan pengelola wakaf misalnya di Arab Saudi apabila keduanya telah mengadopsi standar yang sama.
BAB 4 POKOK-POKOK PENGATURAN WAKAF DAN
TATA KELOLA NAZHIR
106
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
Gambar 4.1. Ilustari Pengelolaan Wakaf Pertanian
Pemberi wakaf wakif - sebut saja A mewakakan uangnya di Indonesia bisa menunjuk nazhir sebut saja B untuk berwakaf di sektor pertanian misalnya,
kebun kurma di Arab Saudi. Wakif A mensyaratkan agar keuntungan dari penjualan kurma tersebut dimanfaatkan untuk kesehatan. Untuk itu, nazhir
B harus bekerja sama dengan nazhir di Arab Saudi sebut saja C. Nazhir C akan mencarikan tanah yang sesuai. Tanah tersebut akan dibeli dengan wakaf
uang dari wakif A, kemudian tanah tersebut diubah statusnya menjadi wakaf. Hasil penjualan dari kurma setelah dikurangi dengan biaya akan digunakan
pemanfaatan kesehatan misalnya, untuk kebutuhan operasional rumah sakit, dan lain sebagainya.
Gambar 4.2. Ilustari Pengelolaan Wakaf Untuk Sarana Kesehatan
Contoh kedua, sekumpulan wakif sebut saja D di Arab Saudi ingin berwakaf di Indonesia dalam bentuk pembangunan jalan tol berbayar mulai dari Aceh
sampai dengan Palembang. Wakif mensyaratkan peruntukan laba tersebut
H
Da Ke
a
Da RUMA
TR
Dana Wakaf Kebun Kurma
ah Se
Laba
Da RUMA
TR
Standar Perwakafan
Ke
Dana Wakaf Kebun Kurma
Transfer
Rumah Sehat Dhuafa