91
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
c. Menurut Mazhab Malikiyah
1 Muhammad bin Arafah al-Māliki mendeinisikan wakaf dengan memberikan manfaat sesuatu sampai pada batas waktu tertentu,
dengan tetap menjaga benda wakaf di tangan pemiliknya al-Khursyi, 1899: 78.
2 Ibrahim al-Mishri berpendapat bahwa wakaf adalah apa-apa yang dimanfaatkan dengan tetap menjaga bendanya secara utuh sesuai
ketentuan yang ditetapkan. Dari kedua ulama di atas dapat disimpulkan, bahwa wakaf menurut
Malikiyah yaitu memberikan manfaat dari harta yang dimiliki seseorang untuk diberikan kepada orang lain yang berhak dalam waktu yang
ditentukan wakif pada saat akad shighat wakaf itu berlangasung al- Dasuqi, 1996: 187.
d. Menurut Mazhab Hanabilah
Ulama Hanabilah seperi Ibn Qudamah 1972: 185 dan Syamsuddin al- Maqdisyi, mendeinisikan wakaf dengan menahan asal dan memberikan
hasilnya. Menurut Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi 2004: 61, Ibn Qudamah dan Syamsuddin al-Maqdisyi memiliki deinisi yang paling
sesuai dengan Hadis Rasulullah saw, keika Umar bin al-Khatab meminta pendapat Nabi tentang tanah Khaibar miliknya. Selain itu, idak ada ulama-
ulama dari berbagai mazhab yang menentang deinisi tersebut. Lainnya selain mazhab Hanai, deinisi ini mewakili ari kata wakaf yang singkat
dan jelas, dan idak membutuhkan pemahaman ari yang memerlukan pembahasan lebih lanjut.
Dalam konteks perundangan di Indonesia, wakaf dimaknai lebih luas dan komplit, yaitu dengan merangkum keempat iik temu pendapat ulama
di atas. UU Nomor 41 Tahun 2004 mengarikan wakaf dengan perbuatan hukum wakif untuk memisahkan danatau menyerahkan sebahagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepeningannya guna keperluan ibadah danatau
kesejahteraan umum menurut syariah UU No. 41 tahun 2004.
Kesimpulan dari berbagai deinisi wakaf di atas, bahwa wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat harta yang diwakakan kepada seseorang dan
dipergunakan untuk kesejahteraan umum sesuai dengan ajaran syariah Islam.
92
WAKAF : Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekif
3.2. Perbedaan Ulama dalam Hukum Wakaf.
Berbagai ulama dari Syai’iyyah, Malikiyah, Hanabilah, Hanaiyah, Zahiriyyah, Zaidiyyah, dan Za’fariyah sepakat bahwa wakaf adalah merupakan ibadah
yang disyariatkan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT sesuai dengan landasan berikut al-Kabisi, 1977: 91-97:
1 Perintah Allah dalam surat Ali Imrān [3]: 92. Sesaat setelah turunnya ayat ini, Abu Talhah mewakakan tanah kepada kerabatnya Hasan bin Tsābit dan
Ubai bin Ka’ab. Selain ayat tersebut, pun merujuk pada Hadis Rasulullah tentang putusnya seluruh amalan manusia setelah kemaiannya, kecuali
iga hal, salah satunya, adalah sedekah jāriyah atau wakaf.
2 Hadis Rasulullah saw diriwayatkan oleh Bukhari, Baihaqi, Nasa’i, dan al-Dāruquthni, bahwa Rasulullah idak meninggalkan barang apapun
setelah wafatnya kecuali keledai puih, senjata dan sebidang tanah untuk disedekahkan. Begitu juga Hadis Baihaqi yang menyebutkan bahwa
Rasulullah memberikan tujuh pekarangan di Madinah sebagai sedekah kepada Bani Abdul Muthalib dan Bani Hasyim.
3 Begitu juga dengan sahabat-sahabat Rasulullah yang ikut mewakakan hartanya sebagaimana disebutkan dalam berbagai riwayat Hadis: Abu
Bakar dengan rumahnya, Umar Bin Khatab dengan tanah Khaibar, Ali bin Abi Thalib dengan tanah di Yanbu’, Khalid bin Walid dengan baju besinya,
Utsman bin ‘Afan dengan sumur Raumah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Amru bin Ash dan Hakim bin Hazam dengan rumah-rumah
mereka, serta masih banyak lagi lainnya.
Adapun ulama yang idak mensyariatkan wakaf adalah Syarih al-Qādhi, Hilal bin Yahya bin Muslim al-Bashari, Ahmad bin Amru al-Khusāi, dan al-
Thahawi dari ulama Hanaiyah. Menurut ulama-ulama di atas, larangan wakaf tersebut terjadi setelah turunnya surat an-Nisa terkait dengan hal waris
yang diriwayatkan oleh al-Thahawi dalam sebuah Hadis al-‘Ubaidi, 2002: 124. Namun, dikatakan bahwa Hadis tersebut lemah dhaif. Akan tetapi,
belakangan hal tersebut sudah dijelaskan oleh ulama-ulama Hanaiyah, bahwa Abu Hanifah sendiri mensyariatkan wakaf, namun idak mewajibkan untuk
menahan benda wakaf. Meskipun begitu, sampai saat ini di antara ulama- ulama Hanaiyah masih mengalami perdebatan panjang tentang hal tersebut.