Pola Pemukiman dan Tata Lahan.

xliv Raja tanah dan berbagai prosesi acara adat Pakpak. Untuk menyambung kehidupan di wilayah Pakpak, si Raja tanah memberikan tanah untuk dipakai oleh marga Aritionang dengan proses adat. Setelah kedatangan marga Aritonang, pada Tahun 1940-an marga Sihombing datang ke Jumantuang dan mendapat tanah dari Raja tanah. Status tanah yang diberikan adalah pinjam pakai pada saat itu, Suku Pakpak marga Banurea yang tinggal di Desa pada saat ini hanya tinggal beberapa kepala keluarga. Mayoritas suku Batak Toba sebagai pendatang tinggal di desa dan menguasai tanah. Gambar 2.1. Desa Jumantuang sumber : koleksi foto-foto pribadi

II.3 Pola Pemukiman dan Tata Lahan.

Desa Jumantuang merupakan desa yang terdapat di lereng perbukitan yang rata-rata bukitnya mencapai 700-800 M dpl di atas permukaan laut yang terdapat di Kecamatan Siempatnempu, Kabupaten Dairi. Jarak antara kantor camat di Buntu Raja dengan desa Jumantuang adalah ± 8 km dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit dengan bus kendaraan bermotor dan 1 jam berjalan kaki. Jarak antara Ibu kota Kabupaten Dairi Sidikalang adalah 18 km dan dapat ditempuh Universitas Sumatera Utara xlv dengan roda empat dan roda dua selama 30 menit-35 menit. Jika dari Sidikalang kita banyak desa yang kita lewati untuk sampai di desa Jumantuang dan tidak melewati Ibu kota Kecamatan. Sebelum menemukan desa Jumantuang, beberapa desa kita lewati yaitu desa Amborgang, desa Juma Sianak dan desa Jumateguh. Kelompok pemukiman pertama yang dijumpai setelah ‘simpang tiga’ adalah pemukiman dusun I bagian dusun-1 desa Jumantuang. Perjalanan selanjutnya akan melewati dusun II memasuki wilayah desa Jumantuang, kemudian akan ditemui Gereja HKBP sebelah kiri jalan, di sekitar Gereja HKBP banyak kita jumpai masyarakat pendatang yaitu marga Sihombing dan marga Aritonang. Beberapa rumah pertama yang dijumpai terlihat permanen, sebahagian lagi semi permanen dengan lantai semen, dinding setengah batu, setengah papan dan dicat berwarna terang, dan beratap seng yang sudah berwarna kecoklatan. Secara umum kondisi-kondisi rumah cenderung semi permanen. Perumahan penduduk di desa Jumantuang umumnya saling berjauhan dan memilki jarak 10-15 M, sehingga masing-masing rumah memiliki pekarangan dan kebun. Pada umumnya memiliki jendela samping atau belakang. Rumah di desa Jumantuang ini dapat dibagi kedalam tiga bagian yaitu: rumah permanen, semi permanen, non permanen. Tiga bangian rumah penduduk akan dijelaskan di bawah ini : 1. Rumah Permanen Rumah permanen umumnya di desa Jumantuang ini masih bisa dihitung sebab yang punya dan menempati rumah permanen ini juga adalah orang-orang yang sudah lama tinggal di desa Jumantuang dan mempunyai lahan pertanian milik sendiri serta memiliki ekonomi yang penghasilan yang baik. Rumah jenis ini Universitas Sumatera Utara xlvi sudah ada yang mempunyai kamar mandi sendiri tetapi ada juga yang tidak mempunyai kamar mandi sendiri. Lantai rumah sudah ada terbuat dari keramik juga ada yang dari semen tidak lagi dari tanah yang dikeringkan, sedangkan jendela sudah dari kaca nako dan jeruji besi. 2. Rumah semi permanen Rumah semi permanen umumnya berukuran 3 x 4 meter, 5 x 4. Rumah semi permanen di desa Jumantuang dibuat setengah batu, berdindingkan papan dan berlantaikan semen dan atap rumah terbuat dari seng. Rumah sebahagian sudah ada yang dicat dan beberapa belum dicat dan lantai rumah dibuat dari semen serta keramik. Di dalam rumah terdapat ruang tamu, kamar dan dapur. Ruang tamu adalah tempat keluarga berkumpul di ruangan ini semuanya terletak, meja makan, kursi tamu, dan sebagainya dan ada juga dimanfaatkan sebagai kedai baik jualan nasi maupun jualan jajanan, rokok, keperluan untuk mandi dan mencuci. Ada juga yang menjadikan pekarangan rumahnya di jadikan tempat untuk meletakkan hasil pertanian yang baru dipanen maupun siap jual. 3. Rumah non Permanen Sebahagian rumah di desa Jumantuang ini adalah non pemanen. Rumah yang dimaksud disini adalah rumah yang memiliki tata ruang dan bentuknya sangat memprihatinkan dimana mereka bisa tinggal dirumah yang sepantasnya tidak layak untuk dihuni sebab rumahnya sudah hampir tumbang dan udara kurang masuk ke dalam rumah. Universitas Sumatera Utara xlvii Rata-rata ukuran tiap rumah non permanen ini terdiri dari 4 x 6 meter persegi dimana sebagian bangunan rumah itu terbuat dari papan yang diolah sendiri berbahan baku pohon durian dan pada umumnya memiliki lantai tanah. Ruangan yang hanya memiliki luas 4 x 6 meter tempat meletakkan barang-barang keluarga, dimanfaatkan baik itu dari ruang tamu, ruang kamar maupun ruang keluarga juga ruang dapur. Di ruangan inilah mereka meletakkan seluruh barang yang dimilikinya baik dari barang elektronik seperti TV, VCD, Tape Recorder, hasil pertanian dan peralatan dapur mereka. untuk jenis rumah non permanen jarang kita jumpai hanya terlihat 4 keluarga yang menempati rumah jenis non parmanen. Pemukiman di desa Jumantuang dikelompokan pada 7 dusun, yaitu dusun I Barisan Sihombing, dusun II Barisan MesjidGereja, dusun III Barisan Aritonang, dusun IV Gunung Gajah, dusun V Sendidin, dusun VI Jumapadi I dan dusun VII Jumapadi. Gambar 2.2 Pola Pemukiman di desa Jumantuang Sumber photo koleksi pribadi Universitas Sumatera Utara xlviii

II.4 Keadaan Penduduk.