Rumusan Masalah Tujuan dan Manafaat Penelitian Lokasi Penelitian Tinjauan Pustaka

xxiv Peranan ayahbapak sebagai kepala keluarga yang berkewajiban mencari nafkah untuk keberlangsungan keluarga, Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang membuat kehidupan pada masyarakat di desa Jumantuang selalu mengandalkan dari pertanian, sehingga waktu tersita untuk bekerja di ladang sangat banyak dibandingkan waktu untuk mengasuh anak. Sehingga penting untuk melihat atau mendeskripsikan bagaimana pola asuh pada masyarakat petani di desa Jumantuang.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah menguraikan keluarga petani dalam pembagian waktu antara pengasuhan orang tua terhadap anak dan bekerja sebagai petani yang setiap hari harus bekerja di ladang. Maka ruang lingkup masalah yang akan diteliti difokuskan kepada: Bagaimana pola asuh anak yang dilakukan keluarga petani?

I.3 Tujuan dan Manafaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang pola asuh anak pada keluarga petani dan bagaimana orang tua membagi waktu antara pekerjaan diluar rumah dengan mendidik anak-anak dalam mempersiapkan anak-anak di dalam kehidupan bermasyarakat. Manfaat penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis. Secara akademis, manfaatnya menambah pemahaman mengenai pola asuh anak pada keluarga petani yang ada di desa . Secara praktis manfaatnya adalah memberikan sumbangan pemikiran dan masukan-masukan kepada masyarakat dalam melihat Universitas Sumatera Utara xxv bagaimana sebuah realita sosial dan perkembangnnya mengenai peranan keluarga dalam pendidikan anak dan keberhasilan oran tua dalam menjalankan tanggung jawab dalam mengasuh anak.

I.4 Lokasi Penelitian

Peneliti memilih lokasi penelitian di desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu, Kabupaten Dairi pada umumnya masyarakat di desa Jumantuang adalah keluarga petani tradisional yang turun temurun dari nenek moyang mereka sebagai pendatang di desa Jumantuang.

I.5. Tinjauan Pustaka

Popkin dalam Heddy 2003: 31-32 10 Pada umumnya rumah tangga petani hidup begitu dekat dengan batas-batas subsistensi dan menjadi sasaran-sasaran permainan alam serta tuntutan-tuntutan dari pihak luar, maka mereka meletakkan landasan etika subsistensi atas dasar pertimbangan prinsip dahulukan selamat. Maksudnya bahwa para petani lebih beranggapan bahwa seorang petani pertama-tama memperhatikan kesejahteraan dan keamanan diri dan keluarganya. Apapun nilai-nilai dan tujuan hidupnya dia akan bertindak ketika dia memperhitungkan kemungkinan memperoleh hasil yang diinginkan atas dasar tindakan-tindakan individual. Kedua, hubungan petani dengan orang lain tidak selalu didasarkan atas beberapa prinsip moral yang umum, tetapi pada kalkulasi apakah hubungan-hubungan semacam itu akan dapat menguntungkan diri dan keluarganya atau malah merugikan. 10 http:repository.usu.ac.idbitstream123456789298094Chapter20II.pdf Universitas Sumatera Utara xxvi memperhatikan kegagalan apa yang akan dihadapi dan berusaha untuk manghindarinya karena dapat berakibat menghancurkan kehidupan mereka. Mereka tidak terlalu mementingkan keuntungan yang besar dengan mengambil resiko yang berat, Damsar, 2002: 99. suatu keluarga lebih termotivasi dalam melihat kegagalan yang pernah dialaminya. Hal ini menjadi suatu acuan orang tua dalam meningkatkan nilai pendidikan anak-anaknya, McClelland dalam Suwarsono 1991: 27 Seseorang dalam sebuah sistem dengan status sosial tertentu, tidak akan lepas dari peranannya yang semuanya berfungsi untuk kelangsungan hidup atau pencapaian keseimbagan pada sistem tersebut dan semuanya itu harus berawal dari proses pembelajaran. Pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang membawa bersama kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh, dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan yang pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia Illeris, 2000; Ormorod, 1995. Sistem nilai budaya adalah tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh warga suatu masyarakat. Nilai dapat berfungsi sebagai pedoman orientasi kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan. Sejak kecil manusia telah diresapi oleh berbagai nilai budaya yang hidup dalam alam jiwa. Oleh karena itu untuk mengganti nilai budaya yang telah dimiliki dengan nilai budaya lain diperlukan waktu lama, Koentjaraningrat, 1996: 75-76. Pengasuhan anak merupakan bagian yang sangat penting dari proses sosialisasi yang dapat berakibat besar terhadap kelakuan si anak jika dia sudah Universitas Sumatera Utara xxvii memnjadi dewasa. Hal ini terkait dengan kelakuan manusia yang bervariasi tergantung pada masyarakat yang dibicarakannya atau pendukung kebudayaan tersebut. Variasi-variasi itu diteruskan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya melalui ³sosial learning´ Linton, 1962;127-129. Pengaruh kebudayaan pada keprbadian anak sangat besar dengan cirri-ciri kepribadian anak yang berkebudayaaan berlainan tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh sistem nilai kebudayaan masing-masing yang berbeda sehingga cara mengasuh dan mendidiknya pun berbeda Linton, 1962 :119-121. 11 Seorang anak manusia sejak dilahirkan hanya dapat bertahan hidup apabila mendapat perawatan dan asuhan dari orang tuanya maupun orang lain. Begitu juga yang dikemukakan oleh William J Goode 1985:39, ia yang menyatakan bahwa Pembelajaran yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya melalui nilai-nilai budaya, dan tidak terlepas kebiasaan-kebiasaan yang diturunkan oleh orang tua sehari-hari terutama dari ibu wanita yang merupakan orang terdekat dengan anak. Wanita tidak dapat lepas dari pembahasan mengenai keluarga, karena wanita merupakan bagian dari suatu keluarga dan juga sebaliknya keluarga merupakan bagian dari kehidupan wanita dalam hubungan dengan peranannya sebagai anak perempuan, istri, maupun ibu rumah tangga Kartika Enda,1995:9. Istilah keluarga disini menunjuk kepada konsepsi keluarga inti, yaitu terdiri dari ibu, ayah dan anak-anak yang masih menjadi tanggungan orang tuanya. sedangkan istilah rumah tangga menuju pada pengertian keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, anak-anak dan ditambah dengan orang lain baik kerabat atau bukan yang tinggal dibawah satu atap dan makan dari datu dapur Koentjaraningrat 1985:105 11 http:www.scribd.comdoc29010662pola-pengasuhan-anak Universitas Sumatera Utara xxviii anak manusia tidak biasa bertahan hidup jika tidak ada orang tuanya yang telah bertanggung jawab untuk memeliharanya. Hal ini merupakan hubungan utama antara ketahanan biologis-organisme itu sendiri, sistem sosial keluarga, antara ketahanan biologis jenis manusia, dan penerusan kebudayaan dari satu generasi kepada yang berikutnya. Sosialisasi Manusia adalah mahluk sosial yang akan mempunyai kecendrungan untuk hidup bersama dalam suatu bentuk pergaulan hidup yang disebut masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat manusia dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya melalui suatu proses. Proses penyesuaian diri individu kedalam kehidupan sosial dapat disebut sosialisasi. Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa kanak-kanak hingga masa tuanya belajar cara tindakan dalam interaksi dengan segala macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari Koentjaraningrat, 1980;243. Dalam konsep watak kebudayaan sebagai kesamaan regularities sifat di dalam organisasai intra psikis individu anggota suatu masyarakat tertentu yang diperoleh karena cara pengasuhan anak yang sama di dalam masyarakat yang bersangkutan, Margaret Mead dalam james danandjaja, 2005 12 12 http:salsabilashafiraadin.blogspot.com201104pola-pengasuhan-anak.html Apabila ini dikaitkan dengan konsep watak masyarakat dilandasi oleh pikiran untuk menghubungkan kepribadian tipikal dari suatu kebudayaan dengan kebutuhan obyektif tersebut membentuk watak masyarakat dari masyarakat tersebut melalui Universitas Sumatera Utara xxix latihan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak mereka, sementara orang tua telah memperoleh unsur-unsur watak tersebut baik dari orangtuanya atau sebagai jawaban langsung terhadap kondisi-kondisi perubahan masyarakat. Menurut Soekanto, 1984:140, secara luas, sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana warga masyarakat di didik untuk mengenal, memahami, mentaati, dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat mempelajari kebudayaannya, belajar mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan dalam masyarakat. Sosialisasi sebagai bagian dari pendidikan berlangsung dalam tiga komponen penting dan jadi faktor penentu terbentuknya kepribadian seseorang. Factor tersebut dirangkum dalam suatu istilah bernama tri pusat pendidikan yaitu: meliputi rumah atau keluarga, sekolah atau lembaga pendidikan formal, masyarakat atau pendidikan non formal. Di rumah dalam keluarga anak berinteraksi dengan orang tua pengganti orang tua dan segenap anggota keluarga lainnya. Anak memperoleh pendidikan informal, berupa pembentukkan pembiasaan-pembiasaan seperti, cara makan, tidur, bangun pagi, gosok gigi, mandi, cara berpakaian, tata krama, sopan santun, religi, dan lain sebagainya. Pendidikan informal dalam keluarga akan banyak membantu dalam meletakan dasar pembentukan kepribadian anak, misalnya sikap religius, disiplin, lembutkasar, rapirajin, menghematmemboros, dan sebagainya dapat tumbuh bersemi dan berkembang senada dan seirama dengan kebiasaan di rumah. Anak berinteraksi di sekolah dengan guru-gurupengajar beserta bahan- bahan pendidikan dan pengajaran, teman-teman peserta didik lainnya serta Universitas Sumatera Utara xxx pegawai-pegawai tata usaha. Anak memperoleh pendidikan formal terpogram dan terjabarkan dengan tetap di sekolah berupa pembentukan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap bidang studi atau mata pelajaran. Akibat bersosialisasi dengan pendidikan formal, terbentuklah kepribadian untuk tekun dan rajin belajar disertai dengan keinginan untuk meraih cita-cita akademis yang setinggi-tingginya. Dimasyarakat anak beriteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang beranekaragam heterogen. Seperti orang-orang, benda-benda dan peristiwa-peristiwa. Anak memperoleh pendidikan non formal atau pendidikan diluar sekolah berupa berbagai pengalam hidup. Agar masyarakat melanjutkan ekstensinya, maka kepada generasi muda harus diteruskan atau diwariskan nilai- nila, sikap, pengetahuan, keterampila dan bentuk-bentuk pola prilaku yang lainnya. 13 Kepribadian adalah produk enkulturasi 14 13 http:www.uns.ac.iddatas. 14 Enkutularasi adalah proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya, mulai segera sesudah dilahirkan. dan mengacu pada cara-cara yang khas mengenai pikiran, perasaan, dan prilaku seseorang. Ahli Antropologi Jhon dan Beatrice, dan Irvin Child, berdasarkan study lintas budaya, telah memastikan adanya hubungan antara kepribadian, praktek pengasuhan anak, dan aspek-aspek kebudayaan lain. Pendidikan merupakan wujud dari kebudayaan manusia yang tercipta berdasarkan atas kebutuhan hidup manusia itu sendiri, kerena kebudayaan itu adalah pengetahuan yang dimiliki warga yang diakumulasikan untuk digunakan di masa yang akan datang. Oleh karena itu kebudayaan bersifat turun menurun, yang diwariskankan lewat generasi antar generasi. Kita telah mengetahui bahwasanya kebudayaan itu terdiri dari tiga wujud yang saling berhubungan satu sama lainnya. Sistem idegagasan, tingkah laku yang overt, yaitu pembicaraan dan Universitas Sumatera Utara xxxi gerak serta aktivitas manusia dan hasil-hasil nyata dari semua ini seperti alat-alat rumah tangga, ladang, hasil pertanian seperti jagung, padi dan lain-lain. Suparlan,1984:78 Sebagian manusia yang berbudaya, pengetahuan berhubungan dengan pendidikan seseorang dalam menganalisa sesuatu. Tetapi pengetahuan dapat dibedakan dengan pendidikan, cara memperoleh materi pendidikan atau pengetahuan. Pendidikan diperoleh melalui jalur formal, informal dan non formal, tetapi pengetahuan hanya diperoleh dari hasil penglihatan dan pengamatan, pendengaran dan lain-lain. Namun, hal yang mendasar dari pendidikan dan pengetahuan adalah membantu manusia dalam menganalisa sebuah objek. Penelitian tentang pola asuh anak sudah pernah dilakukan oleh para ahli. contohnya penelitian yang dilakukan oleh munandar yang menyimpulkan bahwa ibu-ibu yang bekerja pada ibunya kurang menggunakan tekhnik disiplin yang keras atau otoriter kepada anak-anak. Mereka menunjukkan lebih banyak pengertian dalam keluarganya khususnya dengan anak Munandar, 1985:48. Dengan adanya kewajiban atau fungsi baru sebagai penunjang ekonomi keluarga maka terjadilah benturan antara dua kebutuhan yaitu keluarga dan pekerja. Kedua kebutuhan itu sering menuntut pemenuhan pada saat yang bersamaan. Mendahulukan yang satu sering berarti mengorbankan yang lain, bila yang dikorbankan anak maka sering timbul rasa menyesal dan bersalah. Sementara bila pekerjaan yang harus dikorbankan maka timbul perasaan kurang nyaman karena merasa tidak konsekuen dan tidak bertanggung jawab terhadap kerjaan, sehingga dalam hal ini perlu diberlakukan prioritas. Universitas Sumatera Utara xxxii Dalam Penelitian ini akan dilihat bagaimana pola asuh anak pada keluarga petani. Dengan demikian, dapat mengetahui bagaimana peranan keluarga dalam mengasuh dan memberi pendidikan kepada anak. Selain itu juga kita akan dapat mengetahui komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak-anak. Karena komunikasi dalam keluarga bisa dipengaruhi oleh pola hubungan antara peran di dalam keluarga. Hal ini disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikas

I.6 Metode Penelitian