lxv Masyarakat desa Jumantuang yang tidak memiliki tanah untuk dipakai
bertani selain dari menggarap tanah yang kosong atau tidak dipakai oleh pemilik ada juga yang menyewa tanah yang terikat dengan perjanjian secara tertulis dan
secara kekeluargaan. Perjanjian secara tertulis dibuat diatas kertas bermaterai, masyarakat yang menyewa tanah dapat mencapai waktu 5-10 Tahun atau lebih.
Untuk 1 Ha nya masyarakat menyewa dengan harga Rp. 400.000 pertahunnya. Selain itu, ada juga tanah yang disewa adalah tanah milik saudara dekat atau masih
memiliki ikatan persaudaraan. Dalam perjanjian mereka cukup datang kerumah dengan meminta izin untuk memakai tanah dan untuk uang sewa bisa dengan uang
dan bisa dengan hasil pertanian seperti beras atau padi. Biasanya tanaman yang ditanam di tanah yang disewa adalah tergantung
dari lamanya mereka menyewa jika lebih dari 5 Tahun mereka bisa menanam tanaman tua seperti kopi, cokelat, dan cengkeh. Selain dari tanaman muda mereka
juga menanam padi, tomat, cabe, kacang-kacangan dan lain-lain. Penduduk yang masih menyewa tanah yang digunkan sebagai lahan pertanian tergolonng keluarga
ekonomi sedang.
3.1.3 Keluarga Petani Penggarap
Akibat dari pertambahan penduduk di desa Jumantuang, lahan pertanian semakin sempit. masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian menggarap tanah
atau lahan yang kosong yang ditinggal oleh pemiliknya atau tidak digunakan oleh pemiliknya. Penduduk desa Jumantuang yang menggarap lahan kosong pada
umumnya adalah keluarga pendatang dari kota yang tidak memiliki pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
lxvi Proses untuk mendapatkan tanah garapan cukup mendatangi pemilik tanah dan
meminta ijin untuk mengelola lahan yang tidak dipakai. Sebagai ganti rugi tanah yang di garap adalah beras 2 kaleng per Ha nya
dalam setahun atau dengan uang Rp. 240.000. Menurut petani penggarap ganti rugi seperti itu sudah tidak begitu sulit bagi mereka, Bapak Haposan Sinambel
sudah menggarap tanah ini seluas 4 Ha sudah 7 tahun, pemilik tanah adalah seorang pengusaha dari Sidikalang. Setiap tahunnya bapak Haposan Sinambela
datang ke rumah pemilik tanah di Sidikalang untuk memberi uang sewa tanah yang dipakai atau pengganti uang sewa seperti beras dan kopi.
Dalam pemakaian atau penggarapan tanah tidak ada perjanjian, tetapi pada umumnya di desa Jumantuang tanah yang digarap jika sewaktu-waktu si pemilik
memerlukan tanah, penduduk yang menggarap tanah harus siap meninggalkan tanah tersebut dan mencari tanah garapan yang bisa di pakai untuk berladang.
Rata-rata petani penggarap menanam tanaman muda, yang bisa panen 3 sampai dengan 2 kali dalam setahun seperti padi, cabai, ubi, tomat dan lain-lain. Petani
penggarap jarang bahkan tidak pernah menanam tanaman tua seperti tanaman kopi, cokelat karena lahan yang mereka pakai sewakktu-waktu bisa diminta atau
diambil oleh pemilik tanah. Ibu Desma adalah istri dari Bapak Amos Aritonang yang bekerja sebagai
petani penggarap di Desa Jumantuang. Ibu Desma mempunyai tiga orang anak dari hasil pernikahannya dengan Pak Amos Aritonang. Anaknya yang pertama
adalah Jubel Aritonang sudah berumur 15 Tahun, kelas III SLTP, adiknya perempuan Debora Aritonang berumur 12 Tahun duduk di kelas IV sekolah dasar
dan Anto 8 Tahun duduk di kelas II sekolah dasar.
Universitas Sumatera Utara
lxvii Setiap hari Bapak Amos bekerja ke ladang mengerjakan ladang yang cukup
jauh dari rumah, jika berjalan kaki memakan waktu sekitar 1 satu jam. Jam 6 pagi Bapak Amos sudah berangkat ke ladang dan sampai di ladang sekitar jam 7
tujuh pagi. Bapak Amos yang memiliki tubuh yang kurus hitam dan rambut sudah mulai tumbuh uban setiap hari mengerjakan ladang yang sudah hampir 15
Tahun. Tanah yang dikerjakan Bapak Amos sebagai ladang tidak milik pribadi melainkan tanah yang disewakan seluas ½ Ha dari seorang pengusaha yang
berdomisili di Sidikalang. Uang sewa tanah dibayar sekali dalam setahun sebesar Rp.475.000,
awalnya Tahun 1996 bapak Amos menyewa tanah itu seharga Rp. 150.000 Tahun. Pemilik tanah sudah 3 kali menaikan harga sewa tanah Rp. 300.000 Tahun
2004 menjadi Rp. 350.000 Tahun 2010 dan Rp 475.000 dan setiap Tahun pemilik tanah datang mengambil sewa tanah kerumah Bapak Amos, terkadang Bapak
Amos yang mengantarkan kerumahnya jika yang punya tanah tidak sempat datang Ke desa Jumantuang.
Saya sudah 15 Tahun menyewa tanah untuk saya jadikan ladang, dari ladang ini la saya mendapatkan uang untuk keperluan rumah tangga
dan untuk biaya anak-anak saya, Bapak Amos.
Tanah yang disewa Bapak Amos ditanami berbagai macam tanaman seperti cabai, padi, jagun dan ubi. Tetapi jumlah tanaman tidak banyak, sebahagian
hanya untuk keperluan dapur seperti cabai. Padi yang ditanam pak Amos 2 dalam setahun. Dengan lahan pertanian seluas ½ Ha lahan kering ladang, Bapak Amos
menghidupi keluarganya yang setiap hari dikerjakan bersama istrinya Ibu Desma. Pengelolaan pertanian mereka masih menggunakan alat-alat pertanian yang
tradisional yang telah diturunkan dari orang tuanya. Alat pertanian yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
lxviii seperti cangkul, parang, dan menggunakan pupuk kompos sehingga pengelolan
lahan pertanian lambat. Pengelolaan lahan pertanian menggunakan tenaga manusia membutuhkan
waktu lama sehingga hasil pertanian dalam setahun hanya 2 kali seperti padi dan jagung. Untuk menanam padi Bapak Amos membutuhkan waktu sebulan untuk
membersihkan sampai menggemburkan lahan pertanian. Tanah akan digemburkan dengan cara mencangkul tanah sampai gembur. Setelah gembur tanah dibiarkan
selama 2 dua hari sebelum di semaikan bibit padi, dengan tujuan agar tanah banyak menyimpanmenyerap air dipermukaan tanah.
Setelah dua hari barulah Bapak Amos dibantu oleh istrinya melakukan penyemaian padi. Biasanya ketika Keluarga Bapak Amos melakukan penanaman
padi anak-anak yang sekolah tidak pergi ke sekolah dengan tujuan untuk membantu orang tua menanam padi. Apabila anak-anak tidak masuk sekolah
sudah terlebih dahulu membuat surat ijin ke sekolah dengan alasan ada urusan keluarga.
Pagi-pagi buta Bapak Amos telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan penanaman, sementara Ibu Desma menyiapkan makanan untuk
keperluan selama di ladang. Jubel ikut membantu Bapaknya menyediakan perlengkapan untuk penanaman dan kedua adik-adiknya Debora dan Anto
membantu ibunya. Setelah menyediakan perlengkapan, keluarga Bapak Amos berangkat ke ladang dengan membawa sorong beko dan berjalan kaki dengan
waktu di perjalanan kurang lebih selama satu jam dan menyeberangi sungai,
Universitas Sumatera Utara
lxix Sesampainya di ladang mereka mulai melakukan penanaman, Bapak
Amos dan istrinya membuat lobang manutak
17
Pada umumnya anak-anak pada keluarga petani selalu dilibatkan untuk pekerjaan di ladang hal itu dilakukan dalam keluarga petani untuk mengajari anak-
anak secara langsung. Fungsinya adalah agar mereka cepat lebih paham mengenai pertanian dan bercocok tanam, orang tua juga terbantu dengan tenaga mereka yang
ikut dalam pekerjaan di ladang. Anak-anak mereka tidak selalu setiap hari diajak dengan kayu sepanjang 1½ meter
yang ditancapkan ketanah yang gunanya tempat benih padi ditanam. Jubel dan Debora memasukkan benih padi kelobang yang sudah dibuat ayah dan ibu mereka.
Sementara Anto yang baru berumur 8 delapan Tahun tugasnya menutupi lubang yang sudah berisi benih padi dengan cara menyeret ranting kayu yang masih
memiliki daun, hal itu dilakukan agar lobang benih padi tertutup dengan rata. Bapak Amos melakukan penanaman padi dalam setahun 2 kali, setiap
melakukan penanaman tanaman baik padi maupun jagung selalu mengajak atau mengikutsertakan anak-anaknya untuk menanam tanaman. Hal itu dilakukan
Bapak Amos agar anak-anaknya kelak tahu cara-cara menanam padi maupun jagung. Karena menurut Bapak Amos lebih baik mengajari dengan cara
mempraktekkan langsung ketimbang teori jadi mereka lebih paham dan melihat dan melakukannya secara langsung kegiatan penanaman.
“..Molo manuan eme ai hu boan do akka danak-danak dohot tujuma, asa tor hatop iboto halak i. asa tor malo,,,,ai ibereng
halak I dokan langsung boha cara-cara manuahan…” Saya sengaja mengajak anak-anak untuk menanam padi, agar
mereka cepat paham dan melakakukan langsung tanpa diajari, mereka akan meniru apa yang saya lakukan, jadi secara
langsung saya mengajari mereka cara-cara menanam. Bapak Amos.
17
Bahasa Toba yang artinya membuat lobang untuk padi dan jagung yang biasa dipakai di Desa Jumantuang.
Universitas Sumatera Utara
lxx untuk bekerja di ladang, tetapi pada saat tertentu jika orang tua sangat
membutuhkan tenaga tambahan, artinya tidak memaksa anak-anak untuk setiap hari ikut ke ladang.
Penghasilan keluarga Bapak Amos rata-rata dalam sebulan adalah Rp. 800.000 sampai dengan Rp.1.000.000. Dengan penghasilan yang sangat minim
tidak dapat menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak. Sebagai penghasilan tambahan Bapak Amos memelihara ayam dan bebek di belakang rumah. Jubel
setiap hari mengurus ternak memberi makan dan menjual telur ke pasar atau pembeli datang kerumah. Jubel memiliki 33 ekor ayam, diantaranya 17 ayam yang
khusus untuk petelur saja. Rata-rata setiap hari ayam Bapak Amos bertelur 10 butir telur. Sekali seminggu Jubel menjual telur ke pasar. Dalam seminggu penghasilan
dari tenak adalah Rp.70.000 sampai dengan Rp.80.000. Sebagai orang tua yang bekerja di ladang selalu berharap untuk
mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Kami bekerja di ladang bukan semata- mata untuk membuat kaya keluarga tetapi untuk keperluan keluarga,
menyekolahkan anak dan keperluan yang lainnya. Harus diakui pekerjaan di ladang sangatlah membosankan karena rutinitas yang setiap hari harus dilakukan
para orang tua. Kalau dihitung waktu yang di habiskan lebih banyak berada di ladang, di rumah hanya beristirahat, tutur Ibu Berti Padang.
“Kara ben kami laus mi juma lako mengkarejoi juma nami, Alana Juma ngo gelluh nami weh, mella kami oda mi juma
kade jeggen ipangan? Selain marjuma lako menambahi si panganan I pelihara kami mo manuk deket sideban.
Universitas Sumatera Utara
lxxi “Setiap hari kami ke ladang untuk megurus ladang kami,
karena ladang kami adalah hidup kami. Kalau kami tidak keladang kami mau makan apa?? Kami juga beternak untuk
menambah keperluansehari-hari, berty Padang wawancar 12 november”
3.2 Anak dalam Keluarga Petani 3.2.1. Hubungan Ayah dan Ibu