II. B. 4. Perkembangan emosional anak tunarungu
Goldstein 2005 menyatakan bahwa perkembangan emosional dan motivasional tidak bisa dianggap sesuatu yang terpisah. Sesuatu yang
menyenangkan akan dicari dan sesuatu yang tidak menyenangkan akan dihindari. a.
Severeprofound congenital hearing loss Pada saat anak baru lahir mereka tidak begitu banyak memiliki
pengalaman auditori. Sehingga pada kondisi tantrum yang dikombinasikan dengan pengaruh dari hambatan fisik dan kata-kata
yang menenangkan tidak ada. Anak yang mengalami gangguan pendengaran akan mengacau saat menghadapinya dan menutup mata
dengan air mata yang mengalir seperti juga anak normal lainnya. Hanya dengan adanya sentuhan yang menetap. Anak kecil yang marah
cenderung untuk mengangkat bahu dan bergerak meninggalkan. Sebagai akibatnya anak dengan profound congenital hearing loss
berkemungkinan akan mengalaminya dalam waktu yang lebih lama, ledakan kemarahan dan kejengkelan yang tak henti-henti, menjadi
kurang terbuka terhadap bujukan. Bayi yang mengalami gangguan pendengaran, saat mereka
ditinggalkan, saat kontak mata mereka telah hilang, mereka merasa terisolasi. Tidak adanya isyarat auditori menyebabkan baik sering
mengalami keterkejutan singkat. Reaksi terhadap keterkejutan adalah suatu respon emosional yang tergabung dengan produksi adrenalin.
Universitas Sumatera Utara
b. Moderate congenital hearing loss
Masih adanya kemungkinan bahwa frekuensi rendah dalam percakapan bisa didengar. Dan juga berdampak bisa mendeteksinya
suara bising. Walaupun pengalaman auditori masih lemah, pada masa awal perkembangan suara-suara yang menenangkan dan bersenandung
akan menjadi efektif. Nada dan bukan isi yang penting. Pada akhirnya, saat komunikasi verbal merupakan elemen kunci , suatu
ketidakmampuan untuk memahami dengan segera atau mampu untuk mengekspresikan pikiran yang mengarahkan pada frustasi. Seperti
yang diprediksi bahwa kelompok anak ini juga menunjukkan lebih banyak tanda-tanda dari kemarahan dan keras kepala.
c. Mild congenital and fluctuating hearing losses
Mild hearing loss bisa jadi yang paling terprovokasi. Jika anak berbicara dan secara jelas memahami dalam suatu situasi dia
diharapkan bisa merespon pada keseluruhan situasi. Namun hal ini justru yang tidak bisa dilakukan oleh banyak anak yang mengalami
mild hearing loss. Untuk situasi berikutnya dalam beberapa cara yang salah karena saat pada hari yang bagus segala sesuatunya tersenyum
dan pada hari yang buruk poor hearing instruksi dan penjelasan susah untuk diikuti atau tidak berhasil diselesaikan. Karena mereka
dianggap suka membantah mereka mudah terprovokasi untuk mengeluarkan respon marah, yang bisa menjadi ke bentuk temper
tantrum atau menarik diri.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa gambaran emosional pada anak yang mengalami gangguan pendengaran atau tunarungu kategori ringan
sampai sedang adalah seringnya mereka marah-marah dengan perilaku tantrumnya dan juga terkadang menjadi mengeluarkan emosi-emosi yang
menunjukkan penarikan diri.
II. C. Parental Emotional Coaching