1. Hasil analis data kelompok Tabel 4.12 Hasil uji deskriptif pretest dan postest aspek
Emotional dan Problem-Focused Reaction
Berdasarkan tabel 4.12 maka dapat diketahui terjadi perubahan yang signifikan pada kemampuan menghadapi emosi negatif anak setelah
mengikuti parental emotional coaching yaitu terjadi peningkatan kemampuan, hal ini bisa dilihat dari mean sebelum mengikuti pelatihan
adalah 111.6 menjadi 125.8. Selain itu, skor minimum dan maksimum pada saat sebelum mengikuti pelatihan adalah 87 dan 139 sedangkan setelah
mengikuti pelatihan menjadi 102 dan 151. N
Mean Std.
Deviasi Minimum Maksimum
Kemampuan menghadapi emosi
negatif anak pretest 5
111.60 23.912
87 139
Kemampuan menghadapi emosi
negatif anak pretest 5
125.80 20.957
102 151
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 13 Tabel Peringkat Subjek Penelitian
N Mean Rank
Sum of ranks
Kemampuan menghadapi
emosi anak posttest
Negative Ranks
a
5
b
c
5 .00
3.00 .00
15.00 Positive ranks
Kemampuan menghadapi
emosi negatif anak pretest
Ties Total
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui juga bahwa dari 5 orang subjek yang mengikuti parental emotional coaching masing-masing
mengalami perubahan yaitu kearah positif atau lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan kemampuan orangtua dalam menghadapi emosi negatif anak
mereka yang tunarungu.
Tabel 4.14. Hasil Uji Statistika Wilcoxon Signed Ranks Test
Kemampuan menghadapi emosi negatif anak posttest
– Kemampuan menghadapi emosi negatif anak
pretest Z
-2.023
a
Asymp. Sig. 2-tailed .043
a. Based on negative ranks
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil tes statistik dapat dilihat bahwa nilai z= -2.023 dan p0.05 yang berarti terdapat perbedaan kemampuan dalam menghadapi
emosi negatif anak tunarungu sebelum dan sesudah mengikuti program parental emosional coaching.
2. Hasil analisis data individu
Hal ini berguna untuk mengetahui data hasil individu yang peneliti ambil dari
Coping With Chidren’s Negative Emotion Scale CCNES yang
ditunjukan dalam bentuk grafik. Selain itu, data juga dilengkapi dengan hasil pengamatan saat pelatihan, lembar kerja pelatihan, tugas rumah, hasil
wawancara dan juga hasil observasi saat wawancara. Berikut berturut-turut disajikan hasil dari subjek A, B, C, D, dan E.
Universitas Sumatera Utara
Subjek A
Subjek A ibu A saat ini berusia 32 tahun, memiliki 2 orang anak dan salah seorang anaknya adalah tunarungu yang saat ini berusia 6,5 tahun.
Berdasarkan hasil observasi subjek A sering datang terlambat ke tempat pelatihan dengan alasan sarapan terlebih dahulu walaupun tidak pernah
ketinggalan materi pelatihan. Subjek A akan menjawab pertanyaan jika dia memang ditanya, selain itu juga subjek A terlihat fokus memperhatikan
materi dan jarang terlihat ia mengobrol dengan temannya saat materi sedang diberikan. Pada saat pemutaran video Hellen Keller terlihat ibu A menyeka
air matanya. Berdasarkan hasil
Coping With Chidren’s Negative Emotion Scale
CCNES skor yang paling tinggi adalah distress reaction dan emotional
focused reaction dengan skor 48 dan saat harus menghadapi emosi negatif anak. Hal ini berarti ibu A, lebih sering akan mengalami stres saat anaknya
20 40
60 80
100 120
140
Pretest Posttest
S k
o r
C C
N E
s
Perlakuan
Grafik Perbanding Skor Subjek A
Skor Subjek Mean Kelompok
Universitas Sumatera Utara
mengekspresikan emosi negatifnya. Selain itu, reaksi lain yang dimunculkannya adalah dengan membuat strategi-strategi bagaimana anak
bisa merasa lebih baik. Setelah mengikuti parental emotional coaching maka terjadi perubahan pada ibu A dengan bereaksi menjadi problem skor
56 dan emotional focused reaction 46 sehingga ibu A sudah meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi emosi negatif anak.
Kedua reaksi ini menunjukan respon yang suportif sehingga berfokus dalam membantu anak mengatasi emosi negatif sebagai suatu respon dan penyebab
munculnya. Namun, perubahan yang terjadi masih berada di bawah skor rata-rata kelompok.
Berdasarkan lembar evaluasi pelatihan bahwa program parental emotional coaching memiliki manfaat sehingga ia bisa melihat kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki anak. Subjek A berharap bahwa program ini akan tetap terus berjalan dan sering memantau ke tempat-tempat khusus
bagi anak tunarungu sehingga bisa memberikan ilmu agar bermanfaat untuk orangtua anak-anak tunarungu.
Berdasarkan hasil lembar kerja dan tugas rumah yang diberikan kepada subjek A terlihat bahwa subjek mengisi semua yang diminta
walaupun pada pertemuan kedua subjek A lupa membawa tugas rumahnya. Menurut subjek A, tugas rumah yang diberikan bisa membantunya untuk
mengenali kondisi anak baik kelebihan dan kekurangannya. Wawancara dilakukan di halaman bermain SLB Pembina saat subjek
A sedang menunggui anaknya sekolah. Anaknya selalu menyusul subjek A
Universitas Sumatera Utara
ke ruangan untuk meminta uang jajan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa subjek menikah saat berusia 28 tahun dan saat ini
memiliki dua orang anak yaitu seorang laki-laki dan perempuan. Anak kedua subjek A diketahui tunarungu saat usia 2 tahun dengan tingkat
penurunan pendengaran telinga kanan 80Db dan telinga kiri 70Db. Subjek A kemudian memasangkan alat bantu dengar. Subjek A merasa beruntung
karena suami dan keluarga besarnya dapat menerima kondisi anak. Subjek A tidak melarang anaknya bermain dengan teman-teman di sekitar
rumahnya karena ia merasa anak-anak di sekitar rumahnya bisa menerima kondisi anaknya yang tidak dapat mendengar.
Subjek B
Subjek B adalah ibu LW berusia 32 tahun dan menikah pada usia 23 tahun. Namun, pernikahan pertamanya sudah berakhir di tahun 2003. Saat
ini subjek B memiliki 2 orang anak yaitu seorang anak laki-laki dan
20 40
60 80
100 120
140
Pretest Posttest
S k
o r
C C
N E
s Perlakuan
Grafik Perbanding Skor Subjek B
Skor Subjek Mean Kelompok
Column1
Universitas Sumatera Utara
perempuan dari pernikahan pertama dan belum memiliki anak di pernikahannya yang kedua ini. Anak perempuannya yaitu K mengalami
tunarungu dan dicurigai saat anak berusia 8-9 bulan karena K tidak terganggu dengan bunyi petir, musik yang keras. Tingkat penurunan
pendengaran pada telinga kanan dan kiri sama yaitu sebesar 70Db. Saat ini sudah berusia 6 tahun dan bersekolah di TK SLB Pembina.
Berdasarkan hasil observasi saat pelatihan, terlihat bahwa subjek B ini termasuk yang paling sering membuka handphonenya saat materi
berlangsung. Namun, subjek B ini juga merupakan salah satu peserta yang aktif memberikan pendapat atau tanggapan dengan contoh berdasarkan
pengalaman pribadinya. Berdasarkan hasil dari
Coping With Chidren’s Negative Emotion
Scale CCNES skor yang paling tinggi saat sebelum mengikuti parental
emotional coaching adalah punitive reaction 56 dan juga emotion-focused reaction dalam menghadapi emosi negatif anak tunarungu. Namun, setelah
mengikuti parental emotional coaching terjadi perubahan reaksi dari subjek B yaitu menjadi emotion focused reaction yang mendapatkan skor tertinggi
yaitu 63 dan diikuti dengan problem focused reaction dengan skor 57. Adanya perubahan ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan subjek
B dalam menghadapi emosi negatif anaknya yang tunarungu. Namun, masih skor subjek masih berada dibawah rata-rata skor kelompok baik sebelum
mengikuti parental emotional coaching 102 menjadi 120.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil lembar evaluasi diketahui bahwa subjek B merasakan manfaat mengikuti parental emotional coaching karena bisa
memberikan pengetahuan dan menjadi penambah semangat atau motivasi untuk mendidik anaknya yang mengalami tunarungu. Selain itu juga, bisa
mengetahui langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengasuh anaknya. Saran subjek B terhadap program ini adalah agar bisa memberi materi
lainnya yang bisa membantu orangtua dalam mengasuh anak tunarungu. Berdasarkan hasil dari lembar kerja dan tugas rumah yang diberikan
dapat diketahui bahwa ibu LW mengerjakan lembar kerja dengan sunguh- sunguh walaupun terkadang saat awal akan mengerjakan dia mengeluh akan
tugas yang harus ditulis. Subjek B juga lupa membawa tugas rumah I dengan alasan bahwa dia lupa karena banyak yang harus dikerjakannya di
pagi hari. Subjek B juga terkadang merasa sedih saat melihat pemutaran video Hellen Keller.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa ibu LW adalah seorang wirausaha dengan memiliki toko kosmetik dan dia membuka
tokonya setelah anaknya pulang sekolah dan dititipkan ke rumah neneknya. Ibu LW mengatakan bahwa hubungan K dengan ayahnya sekarang sangat
dekat. Saat kecil K sering terjatuh dan menangis dan pada awalnya ibu LW menganggap bahwa penyebab anaknya tunarungu adalah karena sering
jatuh
.
Universitas Sumatera Utara
Subjek C
Subjek C adalah ibu EW yang saat ini berusia 37 tahun dan memiliki 4 orang anak. Anak perempuan yang bernama M dan berusia 7 tahun saat
ini bersekolah di TK II B SLB PEMBINA setelah sebelumnya bersekolah di SLB Karya Murni. Hal ini dikarenakan anaknya mengalami tunarungu
semenjak lahir dan dicurigai pada usia 2 minggu. Ibu EW mencurigai adanya permasalahan pada anak saat menghidupkan musik dari handphone
didekat anaknya, dia tidak memberikan respon. Pada saat usia kandungan
20 40
60 80
100 120
140
Pretest Posttest
S k
o r
C C
N E
s
Perlakuan
Grafik Perbanding Skor Subjek C
Skor Subjek Mean Kelompok
Column1
Universitas Sumatera Utara
berusia 6 bulan, ibu EW pernah jatuh terduduk dan dia sudah merasakan bahwa akan terjadi sesuatu dengan anaknya. Berdasarkan hasil observasi
saat pelatihan diketahui bahwa subjek memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti parental emotional coaching, hal ini dapat terlihat dari kehadiran
subjek C ini yang selalu tepat waktu dan selalu membawa modul pelatihan dan tugas rumah. Selain itu juga, ibu EW terlihat jarang mengobrol saat
penyajian materi dan melaksanakan lembar kerja. Namun, ibu EW kurang terlibat aktif untuk bertanya atau menyampaikan pendapat pada sesi tanya
jawab atau sharing. Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan
Coping With Chidren’s Negative Emotion Scale CCNES sebelum mengikuti parental emotional
coaching memakai cara distress reaction dan emotion focused reaction dalam menghadapi emosi negatif anaknya yang tunarungu ditunjukkan
dengan perolehan skor yaitu 50. Setelah mengikuti parental emotional coaching terjadi perubahan menjadi bereaksi dengan cara emotion focused
reaction dengan skor 57 dan diikuti dengan problem focused reaction dengan skor nilai 55. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan
ibu EW dalam menghadapi emosi negatif anak tunarungu. Ia sudah mengurangi respon stres yang juga terjadi pada dirinya untuk bisa mengatasi
masalah anak dan menjadikan anak memiliki perasaan yang lebih baik walaupun skor yang diperolehnya masih berada dibawah skor rata-rata
kelompok. Berdasarkan hasil lembar evaluasi diketahui bahwa subjek
merasakan manfaat dari parental emotional coaching sehingga ia bisa lebih
Universitas Sumatera Utara
mengerti karakter anak dan menambah informasi mengenai kondisi dan perkembangan anak-anak tunarungu lainnya. Ibu EW menyarankan agar
program seperti ini lebih sering diadakan karena selain menambah wawasan juga bisa mengisi waktu saat menunggui anak mereka masuk kelas. Namun,
dia juga beranggapan bahwa anaknya memang anak yang mudah untuk diberitahu sehingga tidak terlalu sulit.
Wawancara dilakukan di ruang guru saat ibu EW menunggui anaknya. Ibu EW mengatakan bahwa saat anaknya dilahirkan tidak
langsung menangis dan kondisi badannya yang biru lebam. Hal ini membuat dia berfikir bahwa jatuh di saat dia sedang hamil adalah penyebabnya
sehingga saat anaknya berusia 2 minggu sudah mencurigai bahwa ada yang tidak beres dengan pendengarannya walaupun orang disekitarnya
mengatakan bahwa masih sesuatu hal yang wajar jika bayi tidak memberikan perhatian. Saat anaknya berusia 8 bulan maka kondisi
pendengaran anaknya diperiksakan ke dokter THT dan dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan BERA di salah satu hearing aid center di
kota Medan. Berdasarkan hasil uji BERA maka diketahui bahwa anaknya mengalami tunarungu. Ibu EW selalu membawa tas ransel untuk menaruh
tas anaknya dan juga mengendong anaknya yang masih berusia 2 tahun saat mengantar anaknya sekolah. Suami ibu EW adalah seorang pegawai
ekspedisi dan anaknya ini dikatakan lebih dekat dengan ayahnya. Hal ini dikarenakan ayahnya selalu memanjakan dengan cara menuruti keinginan
dari anaknya. M akan sangat marah saat orangtua sudah menawar suatu barang yang dia inginkan namun tidak jadi dibeli maka dia akan selalu
Universitas Sumatera Utara
meminta dan menanyakan barang tersebut hingga sampai seminggu kemudian. Pada saat sebelum sekolah M juga suka menarik rambutnya
sendiri jika sedang marah, namun hal ini sudah berkurang karena ibu EW menggunakan teknik ancaman dengan cara mencubit tangannya untuk
menghilangkan perilaku M ini.
Subek D
Subjek D adalah ibu M dan memiliki anak yang bernama A. Ibu M menikah saat berusia 23 tahun dan saat ini sudah memilki dua orang putri.
Anak ibu M yang bersekolah di SLB adalah A yang saat ini berusia 5 tahun
20 40
60 80
100 120
140 160
Pretest Posttest
S k
o r
C C
N E
s Perlakuan
Grafik Perbanding Skor Subjek D
Skor Subjek Mean Kelompok
Universitas Sumatera Utara
9 bulan. Ibu M sebagai ibu rumah tangga dan suaminya adalah pegawai swasta. Ibu M mengaku tidak pernah demam saat hamil namun dia pernah
mengalami “kerumunan” saat usia kandungan 7-8 bulan. Saat anaknya berusia 1 tahun lebih dia belum bisa berbicara hanya mengoceh tidak jelas
dan tidak ada perhatian terhadap orang dan bunyi yang ada disekitarnya. Kemudian, ibu M membawa A ke dokter THT dan ternyata diketahui
telinga A memiliki banyak cairan terutama saat A demam sehingga dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan BERA. Berdasarkan hasil
BERA diketahui bahwa A mengalami penurunan pendengaran hingga 80 Db.
Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan Coping With Chidren’s
Negative Emotion Scale CCNES diketahui bahwa ibu M menggunakan emotion focused reaction dalam menghadapi emosi negatif anak dengan
skor 70. Hal ini memang dilakukan oleh ibu M bagaimana agar anak dapat merasa lebih baik dengan perasaannya. Selain itu, reaksi lain yang juga
tinggi adalah problem-focused reaction dengan skor 66. Namun, setelah pelatihan tetap dengan reaksi yang sama namun hanya terjadi perubahan
skor. Secara keseluruhan kemampuan ibu M sudah baik dalam menghadapi emosi negatif anak yang juga terlihat nilai rata-rata ibu M lebih tinggi
daripada rata-rata kelompok. Berdasarkan observasi saat pelatihan, ibu M ini memiliki motivasi
yang tinggi untuk menghadiri pelatihan dan selalu datang tepat waktu, mengerjakan lembar kerja dan membawa tugas rumah yang diberikan. Ibu
M membawa anaknya yang berusia 2 tahun di ruangan pelatihan dan
Universitas Sumatera Utara
biasanya sudah dilengkapi dengan snack-snacknya. Namun, terkadang ibu M juga meminta ijin keluar sebentar untuk membawa anaknya ke kamar
mandi. Ibu M tidak terlalu aktif dalam memberikan pendapat atau berbagai pengalaman.
Wawancara yang dilakukan dengan ibu M juga dilakukan di ruangan guru saat ibu M sedang menungui anaknya. Ibu M mengatakan bahwa
hubungan A dengan adiknya cukup baik walaupun adiknya suka usil namun saat ibu M memarahi adeknya maka A pun akan melarangnya. Hubungan A
dengan ayahnya juga sangat dekat, hal ini dikarenakan apa yang selalu A minta maka akan dikabulkan oleh ayahnya. Semenjak A bersekolah di SLB
maka dia memiliki banyak teman dan mengerti bagaimana cara berteman walaupun kadang-kadang juga ia menangis karena temannya. Saat berada di
rumah A tidak memiliki banyak teman, ia hanya bermain di dalam rumah bersama dengan adiknya.
Subjek E
Universitas Sumatera Utara
Subjek E adalah ibu N yang saat ini berusia 26 tahun dan anaknya yang laki-laki saat ini berusia 6.5 tahun. Ibu N adalah seorang ibu
rumahtangga yang memiliki 2 orang anak. Saat ia menikah berusia 18 tahun. Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan
Coping With Chidren’s
Negative Emotion Scale CCNES skor emotion focused reaction dan
minimization reaction dengan skor 74 mendapatkan peringkat tertinggi. Hal ini menunjukan bahwa ibu N berfokus pada bagaimana mengembalikan
perasaan anak seperti semula sehingga sering menggurangi keseriusan dalam merespon emosi negatif anak. Setelah diadakan parental emotional
coaching perubahan terjadi sehingga ibu N menjadi bereaksi selain dengan menggunakan emotion focused reaction dan juga adanya problem focused
reaction. Skor yang diperoleh oleh ibu N cukup tinggi berada diatas rata- rata skor kelompok sehingga ibu N sudah bisa meningkatkan
kemampuannya dalam menghadapi emosi negatif anaknya yang tunarungu.
20 40
60 80
100 120
140 160
Pretest Posttest
S k
o r
C C
N E
s
Perlakuan
Grafik Perbanding Skor Subjek E
Skor Subjek Mean Kelompok
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil observasi selama pelatihan dapat terlihat ibu N adalah memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti parental emotional
coaching, ia selalu datang tepat waktu dan terlihat serius mendengarkan materi dan sewaktu pemutaran video Hellen Keller ibu N terlihat menitikan
air mata. Saat pelatihan subjek terlihat memiliki motivasi yang tinggi untuk
mengikuti pelatihan secara tepat waktu dan juga mengerjakan dan membawa tugas rumah walaupun dari segi keaktifan ibu N ini tidak begitu
aktif lebih sering diam dan mendengarkan materi.
D. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu pembahasan data berkelompok, pembahasan data individual, informasi