B. Anak Tunarungu B. 1. Definisi anak tunarungu

bulan pertama kehidupan, yang membuat bayi mampu memiliki kendali atas respon-respon motorik dan fisiologis. Selain itu, menurut Malatesta dan Walden adanya fungsi pengaturan dari interaksi antara bayi dan pengasuh, yang kemudian nantinya akan menjadi sumber informasi yang akan menjadi kontrol perilaku yang tidak nampak terutama pada hal-hal yang negatif. Pada saat bayi mulai matang, kemampuan kognitifnya mulai berkembang seperti diskriminasi, perencanaan, dan selective attention membuat mereka sudah mulai bisa untuk melakukan regulasi emosi. Seluruh kegiatan ini didukung dan dimonitor oleh pengasuh. Diantara yang paling penting pada pencapaian perkembangan dikaitkan dengan munculnya regulasi emosi adalah pencapaian kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Menangis menjadi sangat komunikatif, membuat bayi mampu untuk menunjukkan isyarat kepada pengasuh saat regulasi eksternal diperlukan. Dan menangis berubah menjadi sinyal-sinyal nonverbal, seperti melihat kepada ibunya saat dipaparkan stimulus yang baru atau ambigu, kemudian dengan munculnya bahasa. II. B. Anak Tunarungu II. B. 1. Definisi anak tunarungu Menurut Heward 1998 tunarungu hearing impairment adalah suatu istilah genetik yang mencakup ketidakmampuan mendengar hearing disabilities dari rentang ringan hingga parah mild to profound, sehingga meliputi anak-anak yang tuli deaf dan mengalami kesulitan pendengaran hard of hearing. Ketulian deaf adalah mereka yang tidak mampu mendengar untuk mengerti sebuah percakapan, walaupun mereka menerima beberapa suara. Terkadang walaupun Universitas Sumatera Utara memakai alat bantu dengar, kehilangan pendengaran yang sangat besar tidak bisa membuat mereka bisa mengerti sebuah percakapan jika hanya mengandalkan telinganya saja. Hal ini berbeda dengan seseorang yang mengalami kesulitan pendengaran hard of hearing yaitu seseorang yang memiliki kehilangan pendengaran yang signifikan sehingga memerlukan adapatasi khusus. Berg 1986 menjelaskan bahwa masih ada kemungkinan anak yang memiliki kesulitan pendengaran dapat merespon percakapan dan stimulus auditori lainnya. Dengan kata lain, kemampuan bahasa dan berbicara anak yang mengalami kesulitan pendengaran yang mengalami penurunan atau keterlambatan bisa berkembang dengan saluran suara auditory channel. Anak-anak yang mengalami kesulitan pendengaran mampu menggunakan pendengaran mereka memahami suatu percakapan, terutama jika menggunakan bantuan alat bantu dengar. Somantri 2007 menyatakan bahwa tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu banyak diungkapkan oleh para ahli. Seperti menurut Dwidjosumarto dalam Somantri, 2007 yang mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli deaf dan kurang dengar low of hearing. Tuli atau tunarungu adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar atau Universitas Sumatera Utara hearing aids. Selain itu Salim dalam Somantri, 2007 juga menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Memperhatikan batasan-batasan di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian hard of hearing maupun seluruhnya deaf yang menyebabkan pendengarannya tidak berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

II. B. 2. Klasifikasi tunarungu