248
1. Dari Dalam Diri Sendiri
Kemauan untuk membina diri sendiri dapat muncul dari dalam diri sendiri. Munculnya kemauan untuk membina diri sendiri, setelah seseorang mengenal diri
sendiri. Bila seseorang belum sadar akan diri sendiri, belum mengenal diri sendiri, tidak akan pernah muncul kemauan membina diri sendiri. Mengenal diri
sendiri merupakan bagian yang pokok, dan yang penting dalam pembinaan narapidana, sehingga narapidana dapat mengenal diri sendiri dan dapat membina
diri sendiri. Pengenalan diri sendiri akan membuat tingkat kesadaran narapidana menjadi lebih tinggi. Tanpa pengenalan dirinya sendiri, tidak mungkin
narapidana dapat melakukan perbaikan dirinya, dapat merubah tingkah lakunya. “Dengan pengenalan diri, narapidana akan tahu kelemahan-kelemahan dan
kelebihan-kelebihan dirinya”.
295
Dapat terjadi seorang narapidana yang telah mengenal diri sendiri tidak mempunyai kemauan untuk membina diri, dan merubah diri. Semua bisa terjadi,
kalau pengenalan diri tidak disertai dengan motivasi untuk merubah diri sendiri. Namun kalau sarana dan prasarana tidak pernah ada dan tidak pernah tersedia,
niscaya kemauan untuk merubah diri sendiri akan menjadi sirna, dan narapidana tidak mempunyai motivasi untuk merubah diri sendiri lagi. Untuk itu diperlukan
perlengkapan-perlengkapan yang dapat menunjang berhasilnya pembinaan. Lembaga pemasyarakatan dapat melakukan introspeksi diri, apakah
pembinaan dan latihan yang dijalankan selama ini kepada narapidana dapat
295
C.I. Harsono, Op. cit., hal. 42.
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
249
menjadi bekal bagi narapidana setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan. Lembaga pemasyarakatan mengalami kendala dalam melakukan pembinaan
terhadap narapidana karena minimnya dana untuk penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Hal ini dikemukakan oleh petugas, bahwa
terbatasnya dana untuk penyediaan sarana-sarana yang dibutuhkan merupakan salah satu kendala dalam melakukan pembinaan.
296
Seperti juga sekolah umum, sekolah kejuruan, kursus-kursus, semua memberi bekal kepada anak didiknya untuk mampu hidup atau mencari pekerjaan
dengan keterampilan yang telah diperoleh dari bangku sekolah atau kursus. Anak didik diberikan bekal sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Lembaga
Pemasyarakatan harus memberikan kontribusi yang sama, pendidikan, dan pembinaan yang dilakukan selama di lembaga pemasyarakatan dapat menjadi
bekal untuk hidup di masyarakat. Dalam hal ini pembinaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, atau usaha untuk menuju kewiraswastaan dengan
berusaha sendiri. Pembinaan dan pendidikan dengan berorientasi kepada kebutuhan tenaga
kerja bagi masyarakat, atau usaha kewiraswastaan, akan membangkitkan narapidana untuk membina diri sendiri sesuai dengan tujuan hidup dan cita-
citanya. Jika di dalam diri narapidana telah timbul keinginan akan pembinaan bagi diri sendiri, tidak sulit bagi pembina untuk melakukan pembinaan, baik
secara perorangan atau pun secara kelompok. Pembinaan yang muncul dari dalam diri sendiri akan lebih mudah dilakukan, akan lebih mudah dicerna dan
296
Wawancara dengan petugas di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Maret 2006.
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
250
akan lebih berhasil, karena kemauan untuk belajar muncul secara sadar dan tidak dipaksakan. Kesadaran merupakan kematangan jiwa dan emosional, yang akan
lebih memperlancar proses belajar mengajar.
297
Jika narapidana telah memiliki kemauan untuk membina diri sendiri, sebenarnya dia telah mampu untuk menentukan tujuan hidupnya. Narapidana
dapat melihat kehidupan di masa lalu, barangkali suatu kehidupan yang tanpa tujuan, dan melihat ke masa depan, suatu kehidupan dengan tujuan yang pasti
yang akan dipilihnya. Narapidana berhak untuk memilih hidup sebagai manusia biasa, dan bukan sebagai narapidana.
Pengenalan diri bukan saja mampu merubah narapidana, tetapi juga pembentukan mental yang positif. Dengan mental yang positif, narapidana akan
mampu membentuk diri sendiri sebagai manusia yang baik, dan akan diterima kembali oleh masyarakat. Sama halnya semakin banyak seseorang menguasai
ilmu pengetahuan, maka semakin ia tahu banyak ilmu pengetahuan yang belum dikuasainya.
Pembinaan dalam diri sendiri berarti pembinaan muncul dari dalam hati sanubari seseorang. Dalam hal ini seseorang akan mampu belajar mengendalikan
diri, belajar untuk berpikir yang lebih jauh, tentang sebab-akibat dari sebuah tindakan. Dengan pengertian seperti itu, setiap narapidana akan selalu melakukan
introspeksi diri dan akan melihat apa yang telah dilakukan dan akan berpikir apa yang akan dilakukan. Apa yang dilakukan hari ini akan menentukan di hari yang
297
Dalam keadaan seperti ini, dapat ditemukan suatu cara pemecahan masalah, yaitu Kalapas dituntut untuk mengadakan hubungan dengan pengguna tenaga kerja. Hal ini tidak begitu mudah
dilakukan, karena seharusnya kebijaksanaan seperti ini dilakukan oleh aparat di tingkat Depkumham sesuai dengan bidangnya.
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
251
akan datang. Apa yang terjadi saat ini adalah hasil dari tindakan di masa lalu. Kesuksesan dalam membina narapidana terletak kepada para pembina untuk
mengenalkan narapidana dengan diri sendiri. Tanpa mengenal diri sendiri, tidak mungkin seorang narapidana mengetahui kebutuhan belajarnya. “Dengan
mengenal diri sendiri, seorang narapidana akan mampu menentukan tujuan hidupnya, akan mampu menentukan arah perubahan hidupnya”.
298
2. Dari Luar Diri Sendiri