299
Dengan demikian keberhasilan pembinaan narapidana itu sangat bergantung pada tersedianya saranaprasarana yang ada di dalam Lembaga
Pemasyarakatan, yang semata-mata merupakan kebutuhan untuk kemanusiaan, dan hak-hak warga Negara yang berada di dalam lembaga pemasyarakatan.
3. Sumber Daya Manusia
Setiap pembinaan yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan, bertujuan untuk mempersiapkan narapidana kembali ke masyarakat dengan bekal
pendidikan dan latihan yang diterimanya di dalam lembaga pemasyarakatan. Oleh karena itu peran narapidana, petugas dan masyarakat, sangat dibutuhkan agar
pembinaan berhasil. Dalam hal ini baik narapidana maupun petugas saling berinteraksi agar program pembinaan dapat berjalan. Narapidana dan petugas
sebagai sumber daya manusia yang terlibat dalam hal ini harus menyadari peranannya dalam berlangsungnya proses pembinaan.
Kalau dilihat dari segi kuantitas petugas di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, sebagaimana dikemukakan sebelumnya
bahwa jumlah petugas 68 enam puluh delapan orang tidak sebanding dengan jumlah narapidana 255 dua ratus lima puluh lima orang. Dari jumlah tersebut
jelas kuantitas petugas masih kurang dalam membina narapidana, sehingga petugas merasa kesulitan dalam menjalankan fungsinya. Terbatasnya jumlah
petugas menyebabkan berbagai pelanggaran sering terjadi disejumlah lembaga pemasyarakatan. Di samping kuantitas petugas, faktor kualitas juga sangat
menentukan pembinaan narapidana, sebagaimana dikemukakan bahwa dari 68
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
300
enam puluh delapan orang petugas, yang tamatan AKIP hanya 4 empat orang termasuk Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Hal ini tidak memungkinkan
pembinaan dapat berlangsung secara maksimal, karena petugas yang merangkap sebagai pembina di lembaga pemasyarakatan tidak mengerti tugasfungsinya
sebagai pembina narapidana. Minimnya pengetahuan petugas dalam membina narapidana, ditambah lagi kurangnya kursus-kursus keterampilan yang diberikan
kepada petugas dalam menunjang program pembinaan, menyebabkan program pembinaan berlangsung seadanya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
petugas. Menurut Kalapas, seharusnya petugas mencari berbagai bentuk
keterampilan yang mudah dimengerti dan diajarkan kepada narapidana serta biayanya murah, melalui buku-buku bacaan, atau majalah.
337
Dengan demikian maka petugas dapat menambah ilmu pengetahuannya dan mengajarkannya
kepada narapidana, sehingga pengetahuan yang diperolehnya dapat berguna bagi narapidana.
Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa kondisi sumber daya manusia petugas kurang memadai, hal ini disebabkan oleh jumlah
pegawai yang tamatan AKIP untuk ditempatkan di lembaga pemasyarakatan sangat sedikit, dan sistem perekrutan pegawai tidak didasarkan kepada kualifikasi
personilnya, kurangnya pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan petugas, masalah gaji dan dana yang terbatas untuk biaya operasional lembaga
pemasyarakatan.
337
Wawancara dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, Desember 2006.
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
301
Di samping kuantitas dan kualitas petugas, tak kalah pentingnya adalah peran narapidana itu sendiri sebagai sumber daya manusia yang kelak kembali ke
masyarakat. Apabila narapidana tidak mau membangun dan membekali dirinya dengan berbagai keterampilan yang diberikan oleh petugas di lembaga
pemasyarakatan, maka akan sia-sia saja tugas pembina dalam membina narapidana. Sebagaimana yang dikemukakan petugas, bahwa sumber daya
manusianya narapidana itu sendiri yang tidak mau merubah dirinya ditambah lagi sulitnya narapidana untuk mengerti dan menerima berbagai pengetahuan
keterampilan yang diajarkan kepadanya.
338
Kurangnya kemauan dalam diri narapidana untuk merubah dirinya, menunjukkan rendahnya sumber daya manusia yang dibina di dalam lembaga
pemasyarakatan, sehingga bagaimanapun bentuk pembinaan yang dilakukan tidak dapat mencapai hasil yang maksimal.
Dengan demikian sumber daya manusia baik petugas maupun narapidana, saling berperan dalam berlangsungnya proses pembinaan di lembaga
pemasyarakatan.
E. Pengembangan Ide Individualisasi Pidana Dimasa Depan