Peningkatan kualitas petugas lembaga pemasyarakatan

319 dalam hal ini penting sekali agar narapidana dapat mencurahkan isi hatinya. Hal ini telah dikemukakan sebelumnya bahwa tenaga psikolog di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan belum ada, untuk itu diperlukan tenaga psikolog yang khusus ditempatkan di lembaga pemasyarakatan. Dengan adanya tenaga psikolog, maka lembaga pemasyarakatan dapat membuka Biro Kounseling yang nantinya akan bermanfaat bagi pembinaan narapidana.

3. Peningkatan kualitas petugas lembaga pemasyarakatan

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa berhasilnya pembinaan narapidana tidak terlepas dari ketiga unsur, yakni narapidana itu sendiri, petugas, dan masyarakat termasuk di dalamnya keluarga. Ketiga unsur ini saling bekerja sama dalam mencapai tujuan pembinaan. Pembinaan narapidana merupakan tugas yang berat dan mulia, dan tidak semua orang sanggup dan tertarik dengan kehidupan narapidana. Dalam sistem pemasyarakatan, narapidana sebagai subjek pembinaan haruslah diperlakukan secara manusiawi. Oleh karena itu, petugas pemasyarakatan dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki dedikasi yang tinggi, loyalitas, moralitas dan integraritas dalam membina narapidana. Seorang petugas harus memiliki saling ketergantungan, konsekuen akan menjalankan tugasnya, dan harus siap menerima risiko yang timbul akibat dari pembinaan tersebut. Kunci utama bagi suksesnya pembinaan narapidana, bahwa setiap petugas pembina harus mampu menjadi panutan bagi narapidana. Dan setiap petugas SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 320 harus memiliki sikap yang terbuka, siap menerima keluhan dari narapidana, dan siap untuk membimbing narapidana dalam mencapai tujuan pembinaan, yakni mengembalikan narapidana menjadi orang yang baik dan berguna di dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan jumlah petugas sangat minim dibandingkan dengan jumlah narapidana. Jika dilihat dari latar belakang pedidikan narapidana yang tamatan Akademi Ilmu Pemasyarakatan AKIP hanya empat orang, hal ini berarti kemampuan petugas dalam membina narapidana sangat kurang. Untuk itu maka di dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana petugas yang tamatan AKIP dibantu oleh petugas yang tamatan non AKIP, sehingga dalam melakukan tugas- tugas pembinaan petugas yang tamatan non AKIP kurang memahami tugasnya dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana. Untuk itu menurut penulis di masa depan nantinya jumlah petugas pembina harus sebanding dengan jumlah narapidana agar pembinaan dan pengawasan terhadap narapidana dapat berjalan dengan baik. Di samping itu para petugas pembina harus dibekali pengetahuan tambahan berupa pelatihan- pelatihan atau kursus-kursus yang mendukung tugas-tugas pembinaan, sehingga pembinaan narapidana dapat berjalan secara maksimal. Petugas keamanan juga harus dibekali ilmu dan pelatihan–pelatihan yang mendukung tugas-tugas keamanan sebelum bertugas di lembaga pemasyarakatan, sehingga di dalam menjalankan tugasnya sebagai pengaman di lembaga pemasyarakatan mereka telah siap dan benar-benar mampu. Dengan demikian para petugas benar-benar SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 321 memahami tugasnya dalam membina narapidana sehingga tujuan pembinaan dapat terwujud. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ka. Kanwil Kehakiman dan HAM Sumut, bahwa untuk kedepan nanti para petugas harus diberi pelatihan-pelatihan khusus sesuai dengan tugasnya, baik sebagai pengaman maupun sebagai pembina sebelum ia bertugas di lembaga pemasyarakatan, agar ia memiliki bekal dalam menjalankan tugasnya. 358 Sehubungan dengan keterbatasan sarana pembinaan merupakan salah satu faktor penghambat pembinaan narapidana, maka menurut penulis pihak swasta dapat dilibatkan untuk bekerja sama dalam pembinaan narapidana sehingga pembinaan narapidana tidak lagi mengandalkan pendekatan pengamanan semata- mata, tetapi menekankan pendidikan yang mengarah kepada keterampilan pribadi agar kelak setelah selesai menjalani pidana kembali ke masyarakat menjadi warga yang taat pada hukum dengan berpartisipasi aktif di segala lapisan masyarakat.

4. Peran serta kelompok masyarakatpihak swasta