Lembaga pemasyarakatan terbuka Pengembangan Ide Individualisasi Pidana Dimasa Depan

326 mempersiapkan narapidana kembali ke masyarakat sebagai manusia yang patuh dan taat pada hukum.

5. Lembaga pemasyarakatan terbuka

Bentuk lain yang dapat diterapkan untuk kedepannya menurut penulis adalah adanya lembaga pemasyarakatan terbuka. Dalam hal ini khusus bagi narapidana yang menjalani pidana jangka pendek atau pidana singkat di bawah satu tahun, tidak harus masuk lembaga pemasyarakatan tetapi harus dikerjakan di lembaga pemasyarakatan terbuka hingga selesai masa pidananya, dengan demikian lembaga pemasyarakatan tidak mengalami kelebihan daya tampung over kapasitas. Fungsi lembaga pemasyarakatan terbuka open prison 363 tidak bisa dilepaskan dari tahap-tahap proses pemasyarakatan. Dalam hal ini, pembinaan bagi narapidana menurut sistem pemasyarakatan menitik beratkan kepada upaya pemulihan kesatuan hubungan hidup dan kehidupan antara narapidana dengan masyarakat reintegrasi. Tujuannya agar narapidana dapat menjadi warga Negara yang berguna dan tidak melanggar hukum serta menjadi produktif dengan cara bekerja setelah berada di masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan adanya lembaga pemasyarakatan terbuka, mengingat lembaga pemasyarakatan yang ada sekarang ini dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain terjadinya over kapasitas, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Oleh karena itu lembaga pemasyarakatan 363 Pengertian lembaga pemasyarakatan terbuka mungkin dapat diambil padanannya dari : Prison Camp, Minimum security camp for the detention of trustworthy prisoners who are often employed, on government projects. Black’s Law Dictionary, Bryan A. Garner, editor inchhief, West Group, St. Paul, Min, 1999, hal. 121. SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 327 terbuka diharapkan dapat mengurangi beban lembaga pemasyarakatan dan menjadikan narapidana aktif dan produktif di masyarakat. Lembaga pemasyarakatan terbuka merupakan wujud dari seluruh prinsip- prinsip pemasyarakatan. Sehubungan dengan itu akan dilihat bagaimana pandangan petugas terhadap lembaga pemasyarakatan terbuka apabila lembaga ini dikembangkan. Untuk itu dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 42 Pandangan Petugas terhadap perlunya dikembangkan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka No. Perlu Tidak Jumlah Persentase 1. Perlu, untuk menampung narapidana 8 80 2. Tidak perlu 2 20 Jumlah 10 100 Sumber : Data Primer, penelitian lapangan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Tabel diatas menunjukkan bahwa delapan orang petugas mengatakan perlu Lembaga Pemasyarakatan Terbuka di Indonesia untuk menampung narapidana, dan dua orang petugas mengatakan tidak perlu dikembangkan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka karena memerlukan dana yang besar. Sebagai suatu Lembaga Pemasyarakatan Terbuka, maka di dalamnya terdapat berbagai kegiatan, baik itu pertanian, peternakan serta bengkel kerja. Untuk itu dibutuhkan areal yang cukup luas, dan dilengkapi dengan lahan perkebunan dan peternakan. Menurut penulis di samping narapidana yang menjalani pidana singkat maka untuk menjadi penghuni lembaga pemasyarakatan terbuka juga harus SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 328 memenuhi syarat-syarat tertentu, sehingga tidak semua narapidana dapat masuk ke lembaga pemasyarakatan tersebut. Hal ini didukung oleh pendapat petugas yang mengatakan bahwa narapidana yang telah memenuhi syarat yang dapat menjadi penghuni di lembaga pemasyarakatan terbuka. Untuk itu dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 43 Syarat-syarat bagi Narapidana Untuk Menjadi Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Terbuka No. Syarat-Syarat Jumlah Persentase 1. Narapidana yang memiliki kriteria tertentu dan telah terseleksi 3 30 2. Narapidana yang telah menjalani 23 masa pidananya 2 20 3. Narapidana yang telah terseleksi dan menjalani 23 masa pidana 5 50 Jumlah 10 100 Sumber : Data Primer, penelitian lapangan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Tabel diatas menunjukkan bahwa lima orang petugas mengatakan syaratnya minimal telah menjalani 23 masa pidana dan narapidana yang telah terseleksi; sedangkan tiga orang petugas mengatakan syaratnya narapidana memiliki kriteria tertentu dan telah diseleksi, serta dua orang petugas mengatakan narapidana yang telah menjalani 23 masa pidananya. Berdasarkan keterangan tabel di atas, bahwa yang menjadi syarat bagi narapidana untuk menjadi penghuni lembaga pemasyarakatan terbuka adalah SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 329 narapidana yang telah menjalani dua pertiga masa pidananya dan telah diseleksi tingkah lakunya selama berada di dalam lembaga pemasyarakatan, seperti: narapidana selama ini berperilaku baik, sopan, dan tekun menjalani berbagai kegiatan pembinaan. Dengan adanya Lembaga Pemasyarakatan Terbuka dapat berpengaruh terhadap narapidana dalam proses pemasyarakatan, yakni narapidana menjadi tidak terasing dari masyarakat dan masyarakat dapat mengontrol jalannya pidana di lembaga pemasyarakatan terbuka. Sebagai suatu lembaga pemasyarakatan terbuka yang tempat dan suasananya berbeda di mana penghuninya telah menjalani 23 masa pidana dan berkelakuan baik sehingga narapidana merasa tidak seperti berada di lembaga pemasyarakatan. Lembaga pemasyarakatan terbuka berfungsi sebagai 1 lembaga pendidikan yang mendidik manusia narapidana dalam rangka terciptanya kualitas manusia; 2 lembaga pembangunan yang mengikut sertakan manusia narapidana menjadi manusia pembangunan yang produktif; 3 mengurangi prisonisasi dan stigmatisasi. 364 Melihat fungsi lembaga pemasyarakatan terbuka ini begitu luas, maka lembaga ini menjadi perhatian utama. Di samping memberikan keterampilan dan pengetahuan yang cukup bagi narapidana, hasilnya pun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari narapidana. Dengan demikian, hal utama yang menjadi output lembaga pemasyarakatan terbuka, di samping reintegrasi, juga 364 Adi Suyatno, Op. cit., hal. 5. SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 330 meninggalkan bentuk-bentuk kekejaman, kekerasan dan penindasan terhadap narapidana. Dengan adanya lembaga pemasyarakatan terbuka dapat mencegah perkelahian sesama narapidana, pemerasan sesama narapidana dan mencegah hubungan seksual sesama jenis. Di samping itu dapat mendekatkan narapidana kepada alam, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta mendekatkan narapidana pada kenyataan hidup yang sesungguhnya. Dengan lembaga pemasyarakatan terbuka, berarti memberikan kesempatan bagi narapidana untuk introspeksi diri dan meningkatkan rasa percaya diri. Pembaharuan pidana seperti pidana di waktu luang, adalah bentuk pidana yang seharusnya diterapkan dalam pidana singkat. Sebab betapa singkatnya pidana, akan menimbulkan dampak sampingan yang sangat besar bagi mental dan stabilitas jiwa narapidana. Jadi gagasan-gagasan baru dari sistem baru pembinaan narapidana atau dari pelaksanaan pidana, haruslah disambut dengan lapang dada. Pidana di waktu luang, adalah bentuk pidana yang dapat dilakukan oleh terpidana pada waktu luang saja. Pidana ini biasanya untuk pidana singkat. Misalnya seorang mahasiswa yang dipidana 14 hari karena pelanggaran lalu lintas, ia bisa menjalani pidana itu empat belas kali tiap-tiap hari Minggu saja. Dengan perhitungan satu hari adalah dua puluh empat jam. Pidana di waktu luang juga harus diberikan batas waktu pelaksanaannya, artinya sampai batas tertentu pidana itu harus sudah habis dilaksanakan. Jika terjadi pelanggaran batas waktu, maka sanksi hukum harus dijatuhkan. Dengan demikian menurut penulis untuk ke SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 331 depannya pelaksanaan pidana dibawah 1 satu tahun dapat dilakukan di lembaga pemasyarakatan terbuka atau diwaktu luangnya terpidana. Pengembangan pembinaan yang lebih banyak dengan menggunakan media pembinaan di luar lembaga perlu mendapat perhatian yang khusus. Saat ini banyak sekali narapidana yang seharusnya sudah layak menjalani pidana di luar lembaga pemasyarakatan, tetapi karena persyaratan dan sarana untuk pembinaan tidak berkembang seimbang, maka narapidana yang bersangkutan tetap saja dibina di dalam lembaga pemasyarakatan.

F. Analisis Mengenai Pengembangan Ide Individualisasi Pidana Dalam Pembinaan Narapidana Wanita.