263
bagaimana mengubahnya, kendala apa yang mungkin timbul, berapa lama diperlukan waktu untuk mengubah.
Diskusi ini akan memakan waktu yang panjang, membosankan, tetapi jelas tujuan yang hendak dicapai, yaitu ada perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
positif. Tugas pembina untuk membuat diskusi menjadi tidak membosankan, misalnya dengan tetap membangkitkan semangat narapidana untuk ikut aktif dan
ambil bagian dalam setiap diskusi. Dengan melakukan pembinaan secara perorangan maupun secara kelompok, akan memudahkan bagi pembina untuk
menentukan metode pembinaan yang tepat, sehingga akan tercapai suatu hasil pembinaan yang maksimal. Dengan demikian tujuan sistem pemasyarakatan
untuk mengembalikan narapidana menjadi orang yang baik dan berguna di tengah-tengah masyarakat dapat terwujud.
2. Nilai positif di dalam masyarakat
Di dalam masyarakat terdapat banyak nilai-nilai yang universal, baik yang positif maupun yang negatif. Narapidana harus mengerti dan memahami, serta
mampu menjalankan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat, walaupun masyarakatnya heterogen, yang terdiri dari banyak suku bangsa, budaya dan
agama, namun memiliki nilai-nilai yang universal yang berlaku secara umum, seperti menghargai orang lain, berpikir positif, tenggang rasa, dan lain
sebagainya. Nilai-nilai positif tersebut ditanamkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, dalam suatu wadah yang dinamakan Pancasila.
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
264
Pancasila memberikan tuntunan nilai-nilai yang positif, yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang dikehendaki dalam sistem
pemasyarakatan dimana perlakuan terhadap narapidana harus sesuai dengan falsafah Pancasila. Petugas pembina harus mampu memotivasi narapidana untuk
berperan aktif dalam mengikuti kegiatan pembinaan. Dalam pembinaan narapidana secara kelompok, seperti pembinaan mental
spritual, nilai-nilai positif yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat dapat disampaikan dengan metode ceramah, diskusi atau permainan peran. Melalui
metode ceramah, pembinaan dapat dilakukan didalam ruang kelas atau dalam ruang terbuka.
307
Metode diskusi dapat digunakan untuk memecahkan materi pembinaan, dengan melibatkan pembina sebagai narasumber. Sedang dalam permainan
peran, dapat diberikan kepada beberapa narapidana untuk memecahkan masalah atau merasakan secara aktif, bagaimana berperan dalam suatu masalah tertentu.
Misalnya permainan peran dalam persidangan, narapidana secara bergilir diberi peran sebagai terdakwa, penasehat hukum, hakim, jaksa, panitera dan lain-lain.
Dengan cara demikian, seorang narapidana akan merasakan betapa beratnya bertindak sebagai jaksa, hakim, atau peran yang lain. Penghayatan akan sebuah
permainan peran dimaksudkan agar ada kesadaran dalam diri narapidana untuk bertindak secara arif dan bijaksana, tidak hanya berbuat sesuka hati.
Dengan menerapkan berbagai metode pembinaan secara berkelompok, diharapkan materi pembinaan dapat terserap oleh narapidana secara sempurna
sehingga tujuan pembinaan dapat berhasil.
307
Untuk menumbuhkan minat narapidana mengikuti kegiatan, metode bervariasi sangat tepat dilakukan dalam pembinaan narapidana secara berkelompok.
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
265
C. Upaya-upaya Yang Dilakukan Dalam Pembinaan Narapidana Di Dalam