36
pengharapan dan cita-cita narapidana termasuk di dalamnya latar belakang budayanya, kelembagaannya dan kondisi masyarakat dari mana ia berasal.
56
Pembinaan yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan harus mampu menumbuhkan suasana yang penuh saling pengertian dan kerukunan, baik di
antara sesama narapidana maupun antara pembina dengan narapidananya, sehingga tercipta suatu kehidupan yang harmonis di dalam lembaga
pemasyarakatan. Berdasarkan uraian tersebut terlihat ada kesenjangan antara tataran teoritik
ide dasar individualisasi pidana, dengan kebijakan hukum pidana yang berkaitan dengan pelaksanaan pidana penjara terhadap narapidana wanita, pada tahap
kebijakan formulatif, aplikatif dan eksekutif. Oleh karena itu pengkajian secara mendalam terhadap persoalan ini perlu dilakukan untuk mendapatkan konsep,
metode dan sistem yang dapat dijadikan dasar bagi pemecahan masalah ide individualisasi pidana dalam pelaksanaan pembinaan narapidana wanita.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dilihat bahwa masalah pokok penelitian disertasi ini adalah bagaimana perkembangan
ide individualisasi pidana dalam pembinaan narapidana wanita. Hal ini dirasa perlu untuk dibahas lebih lanjut mengingat ide individualisasi pidana dalam
pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana wanita masih belum sesuai dengan sistem pemasyarakatan.
56
Adrianus Meliala, dkk., Restorative Justice System, Artikel, Disajikan dalam rangka kerja sama Departemen Kriminologi FISIP UI, dengan Australian Agency for Internation Development, 29
Juni 2005, hal. 1.
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
37
Untuk itu perumusan masalah dalam penelitian disertasi ini adalah: 1.
Bagaimana ide individualisasi pidana dalam peraturan perundang-undangan tentang sistem pemasyarakatan yang berlaku saat ini?
2. Bagaimana implementasi ide individualisasi pidana dalam pelaksanaan
pembinaan terhadap narapidana wanita? 3.
Bagaimana pengembangan ide individualisasi pidana dalam pembinaan narapidana wanita dimasa depan?
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang dan pokok permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk menganalisa sejauhmana Undang-undang Pemasyarakatan mengatur
mengenai ide individualisasi pidana dalam pembinaan terhadap narapidana wanita.
2. Menggambarkan dan menganalisis pelaksanaan pembinaan terhadap
narapidana wanita sehingga dapat diketahui apakah telah dilakukan sesuai dengan ide individualisasi pidana dan dapat diketahui apakah yang menjadi
kendala dalam pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana wanita tersebut. 3.
Mengembangkan konsep, sistem dari ide individualisasi pidana dalam pelaksanaan pembinaan narapidana wanita di masa yang akan datang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik dari segi teoritis maupun kepentingan yang bersifat praktis.
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
38
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah pemikiran dan pengkajian persoalan pelaksanaan pidana penjara terhadap narapidana wanita.
Dari hasil penelitian ini juga sangat berguna bagi titik tolak pengkajian lebih lanjut, terutama berkenaan dengan masalah pemidanaan dan keadilan gender.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penyempurnaan perangkat peraturan perundang-undangan sebagai dasar pemidanaan terhadap
wanita. Selain itu juga dapat dijadikan acuan oleh aparat dalam pelaksanaan pidana penjara terhadap narapidana wanita. Dengan demikian diharapkan:
a. Teridentifikasi ide individualisasi pidana dalam undang-undang
pemasyarakatan. b.
Dapat diketahui pelaksanaan ide individualisasi pidana dalam pembinaan narapidana wanita serta kendala-kendala yang ditemukan.
c. Ditemukannya ide individualisasi pidana pembinaan narapidana wanita di
masa yang akan datang.
E. Asumsi
Sehubungan dengan permasalahan yang diajukan, maka asumsi dalam disertasi ini adalah sebagai berikut :
1. Ide Individualisasi pidana dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 1995
tentang Pemasyarakatan dari segi substansial dan material sudah memadai, namun dalam aplikasinya sulit dilaksanakan;
SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008.
39
2. Implementasi ide individualisasi pidana dalam pelaksanaan pembinaan
terhadap narapidana wanita belum berjalan secara optimal; 3.
Pembinaan narapidana wanita dengan ide individualisasi pidana di masa yang akan datang harus dikembangkan sesuai amanat UU No. 12 1995 tentang
Pemasyarakatan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi