Peran serta kelompok masyarakatpihak swasta

321 memahami tugasnya dalam membina narapidana sehingga tujuan pembinaan dapat terwujud. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ka. Kanwil Kehakiman dan HAM Sumut, bahwa untuk kedepan nanti para petugas harus diberi pelatihan-pelatihan khusus sesuai dengan tugasnya, baik sebagai pengaman maupun sebagai pembina sebelum ia bertugas di lembaga pemasyarakatan, agar ia memiliki bekal dalam menjalankan tugasnya. 358 Sehubungan dengan keterbatasan sarana pembinaan merupakan salah satu faktor penghambat pembinaan narapidana, maka menurut penulis pihak swasta dapat dilibatkan untuk bekerja sama dalam pembinaan narapidana sehingga pembinaan narapidana tidak lagi mengandalkan pendekatan pengamanan semata- mata, tetapi menekankan pendidikan yang mengarah kepada keterampilan pribadi agar kelak setelah selesai menjalani pidana kembali ke masyarakat menjadi warga yang taat pada hukum dengan berpartisipasi aktif di segala lapisan masyarakat.

4. Peran serta kelompok masyarakatpihak swasta

Mengingat tujuan sistem pemasyarakatan mengembalikan narapidana menjadi orang yang taat hukum dan dapat mandiri, maka partisipasi pihak swasta untuk bekerja sama dalam pengelolaan lembaga pemasyarakatan sangat diharapkan. Kehadiran lembaga-lembaga sosial khususnya pihak swasta mempunyai arti penting, misalnya lembaga sosial dapat memberikan bantuan dan perhatian kepada pihak lembaga pemasyarakatan, sekaligus mengajak masyarakat untuk menanamkan kepedulian terhadap nasib narapidana. 358 Wawancara dengan Kakanwil Kehakiman dan HAM Sumut, April 2006. SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 322 Mardjono Reksodiputro menjelaskan bahwa di Jepang, partisipasi masyarakat untuk membantu narapidana dalam pembinaannya di masyarakat sudah sangat meluas, yang pada tahun 1982 mencapai kurang lebih 47.000 sukarelawan, yang bertugas membantu petugas dalam rangka rehabilitasi dan sekaligus untuk menumbuhkan sikap kepedulian masyarakat terhadap bekas narapidana. 359 Untuk itu di Indonesia perlu adanya sukarelawan yang bersedia membantu petugas agar mantan narapidana diberikan bimbingan dan pelatihan serta diberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka, agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak lagi mengulangi perbuatan yang melanggar hukum. Demikian pula di Inggris telah didirikan perkumpulan sosial, The National Association of Discharge Prisoners Aid Societies NADPAS dan The Central After Care Association CACA yang memberikan bantuan di bidang bimbingan lanjutan after care yang diperlukan oleh bekas narapidana dan mengurus penyelesaian hukum bagi mereka yang berstatus tahanan. 360 Dengan ikut berperannya pihak swasta dalam penanganan masalah pembinaan ini, patut dijadikan bahan pemikiran adanya gagasan swastanisasi pemasyarakatan yang dilontarkan oleh Muladi, dalam upaya peningkatan pelaksanaan pembinaan secara optimal, meskipun di sana sini banyak menimbulkan reaksi pro dan kontra terhadap gagasan tersebut. 359 Mardjono Reksodiputro, Op. cit., hal. 167. 360 Bambang Poernomo, Op. cit., hal. 192. SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 323 Konsepsi swastanisasi pemasyarakatan ini ditujukan untuk meningkatkan pelaksanaan pembinaan secara optimal dengan mengikut sertakan pihak swasta di dalam kegiatan pemasyarakatan. Untuk itu diperlukan perencanaan yang cermat dan terarah serta dukungan dan petunjuk dari Dirjen Pemasyarakatan agar swastanisasi pemasyarakatan dapat berhasil. Di samping itu perlu adanya peraturan lebih lanjut tentang pola kerja sama antara pemerintah dengan pihak swasta dalam pembinaan narapidana wanita. Dewasa ini upaya kerja sama dengan pihak swasta sudah berjalan dengan baik, seperti di LP Cirebon dengan proyek pembuatan kompor, LP Mlaten dengan proyek tambak udang, LP Ujung Pandang, dengan proyek kerja sama di bidang industri mebel. 361 Apabila proyek kerjasama dengan pihak swasta ini dapat diikuti oleh seluruh lembaga pemasyarakatan yang ada, maka dapat dikatakan lembaga pemasyarakatan telah memberikan sumbangan yang besar bagi negara. Adapun peranan pekerja sosial dalam pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan dimulai dengan adanya pendataan secara pribadi dan informasi lain yang mendukung, termasuk kendala yang dihadapi dalam pembinaan. Pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan dalam pembinaan terhadap narapidana lebih ditujukan kepada perlindungan dari pada bersifat pelampiasan dendam kepada narapidana. Soedjono Dirjosisworo menjelaskan bahwa tujuan hukuman tidaklah untuk melunasi hutang atau membalas dendam pada seorang 361 Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : Mandar Maju, 1995, hal. 143. SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 324 penjahat, akan tetapi dapat dipastikan bahwa ia tidak akan mengulangi kejahatannya pada masa yang akan datang. 362 Dari uraian di atas maka sebagai pedoman bagi masyarakat untuk mengadakan reaksi terhadap pelaku kejahatan adalah mempertimbangkan sikap dan perilaku sosial. Maksudnya, pemberian reaksi terhadap pelaku kejahatan harus senantiasa dapat menciptakan kondisi yang serasi untuk memungkinkan timbulnya tingkah laku sosial yang positif, dan sekaligus menghilangkan suasana atau kondisi yang kriminogen. Untuk itu menurut penulis ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pihak swasta antara lain : 1. Menyediakan tenaga profesional instruktur yang ahli seperti psikolog dan pekerja sosial serta peralatan kerja untuk bengkel kerja sebagai pusat pendidikan keterampilan bagi narapidana sampai kepada hal-hal penyediaan bahan baku serta pelemparan barang-barang hasil produksi narapidana. 2. Setelah narapidana selesai menjalani hukuman, pihak swasta diharapkan menyalurkan tenaga kerja bekas narapidana yang dianggap memenuhi syarat. 3. Memberikan laporan mengenai perkembangan pembinaan narapidana kepada pemerintah. 4. Bertanggung jawab penuh atas berlangsungnya pembinaan narapidana selama menjalani pidana dan memberikan gaji kepada narapidana atas hasil produksinya. 362 Soedjono Dirjosisworo, Sosio Kriminologi, Bandung : Tribisana Karya, 1977, hal. 214. SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 325 Di samping tanggung jawab pihak swasta dalam pengelolaan lembaga pemasyarakatan, dalam hal ini pemerintah tentunya bertanggung jawab atas pengawasan Lembaga Pemasyarakatan. Pengawasan pemerintah terhadap lembaga pemasyarakatan yang dikelola oleh swasta meliputi : 1. Memberikan pola dasar pembinaan narapidana. 2. Berhak menerima laporan secara periodik dari pihak pengelola mengenai perkembangan narapidana. 3. Apabila terdapat ketimpangan dalam pelaksanaan pembinaan narapidana, Pemerintah berhak mencabut izin pengelolaan dan menjatuhkan sanksi administratif kepada pihak swasta. 4. Berhak mengadakan evaluasi terhadap hasil kerja pihak pengelola dan berkewajiban membantu pihak swasta dalam penyediaan dana. Adapun manfaat lembaga pemasyarakatan dikelola pihak swasta, khususnya bagi narapidana adalah menjadikan narapidana sebagai warga masyarakat yang sadar akan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum; menjadi terampil dalam pekerjaan tertentu dan taat pada hukum setelah berada di masyarakat dan diperhatikannya hak-hak narapidana selama menjalani pidana. Sedangkan keuntungan bagi pemerintah adalah tertanggulanginya keterbatasan dana dan sarana, terhapusnya citra buruk lembaga pemasyarakatan. Sedangkan bagi pihak swasta keuntungannya ialah mendapatkan tenaga kerja untuk pengembangan kemajuan usaha perusahaannnya. Dengan dikelolanya lembaga pemasyarakatan oleh pihak swasta, diharapkan lembaga pemasyarakatan menjadi lembaga yang produktif dalam SUWARTO : PENGEMBANGAN IDE INDIVIDUALISASI PIDANA DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA Studi Pembinaan Narapidana Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, 2008. 326 mempersiapkan narapidana kembali ke masyarakat sebagai manusia yang patuh dan taat pada hukum.

5. Lembaga pemasyarakatan terbuka