17
BAB II
GAMBARAN UMUM MAHKAMAH SYAR’IYAH MS KUTACANE
2.1 SEJARAH dan LETAK GEOGRAFIS KUTACANE
Menurut Sufi, dkk 2006:11, Kutacane adalah Kabupaten Aceh Tenggara dengan Ibukota Kutacane adalah salah satu daerah dalam wilayah
administrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Aceh. Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara dikelilingi oleh Kabupaten lainnya dalam wilayah Provinsi
Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian kabupaten ini tidak memiliki batas wilayah laut sebagaimana yang dimiliki oleh kabupaten
lainnya seperti Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Barat, yang memiliki wilayah garis pantai bagian Barat. Sedangkan garis pantai sebelah
Timur dimiliki oleh Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Pidie, dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Besar.
Kuta Cane berasal dari dua suku kata yaitu Kuta dan Cane. Kuta berasal dari bahasa Alas berarti Kota atau Kampung tempat permukiman penduduk, dan
Cane berasal dari bahasa Belanda yang artinya Tebu. Kenapa diambil dari bahasa Belanda, mengingat bahwa Belanda lah yang pertama kali menjajah di wilayah
Gayo-Alas. Jadi Kuta Cane maksudnya Kota Tebu. Masuk akal jika dikatakan dulunya daerah Alas ini sebagai kota tebu,
karena tradisi suku Alas yang masi dibudayakan sampai saat ini adalah tradisi Pemamanen. Pemamanen adalah tradisi undangan kehormatan atau kunjungan
18 keluarga yang dilakukan secara berkelompok atau sekampung ke pihak yang
mengundang dengan maksud memberi makan pihak pemamanen, dan pihak pemamanen membawakan peulawat uang serta bawaan tebu kado kepada
pihak yang dituju. Dulunya kata orang-orang tua dikampung, setiap pemamanen sebagai
barang bawaan kepada pihak yang dikunjungi ke tempat pesta selain pelawat mereka juga membawa tebu untuk diserahkan. Bahkan masih sempat sewaktu
saya berusia sekitar 9 tahunan setiap berkunjung ke rumah kakek, kami pernah diberikan tebu sebagai oleh-oleh dibawa ke rumah. Meskipun perkebunan tebu
dalam skala besar tidak ada di daerah ini, namun dapat dipastikan bahwa setiap perkebunan maupun perkarangan rumah masyarakat yang ada di wilayah Gayo-
Alas, khususnya Kutacane pasti ada menanam Tebu untuk dikonsumsi maupun dijual di pasar
3
Kabupaten Aceh Tenggara sebelum terbentuknya Kodam IIskadndar Muda, dan pembentukan Provinsi Aceh, Kewedaan Tanah Alas
dan Aceh Tengah termasuk dalam wilayah Sumatera Utara. Pada tahun 1957 setelah terbentuknya Provinsi Daerah Istimewa Aceh terbentuk
Panitia Aksi Tuntutan Rakyat Tanah AlasGayo yang menolak dimasukkannya Tanah Alas dan Gayo Lues ke Provinsi Sumatera Utara dan
mengusulkan agar Ibu Kota Kabupaten Aceh Tengah di pindahkan ke Kutacane, namun jika pemindahan ibu kota kabupaten tidak dimungkinkan.
.
3
https:dodileuser.wordpress.comtagsejarah-kutacane Di akses tgl 9 bulan januari pukul 18.06
19 Tim mengusulkan agar Kewedaan Tanah Alas dan Gayo Lues dibentuk
kabupaten dengan ibu kota Kutacane. Setelah perjuangan selama 17 tahun 1957-1974, pada hari Kamis tanggal
4 Juni 1974 Kewedanan Tanah Alas dan Gayo Lues resmi menjadi Kabupaten Aceh Tenggara berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1974 dan Letkol
Syahadat menjadi Bupati yang pertama. Namun pada tahun 2002 kewedanan Gayo Lues memisahkan diri dan membentuk Kabupaten Gayo Lues dengan
keluarnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 2002 dengan ibukota di Blangkejeren
4
Secara Geografis wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terletak pada 305523”–401637” Lintang Utara dan 9604323‘–9801032” Bujur Timur, dengan
luas wilayah 4. 231,41 Km² dan ketinggian 25-1000 m di atas permukaan laut dengan dikelilingi Hutan Taman Nasional Gunung Lauser dan Bukit Barisan,
dengan batas-batas wilayah sebagai berikur : .
5
Terbentuk pada tahun 1974 dengan ibukota Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara sampai tahun 2012 terdiri dari 16 Kecamatan dan 385 Desa. Sebanyak
282 desa diantaranya terletak di lembah dan 103 terletak di kawasan lereng Taman Nasional Gunung Leuser dan Bukit Barisan. Jumlah penduduk Aceh
Tenggara berdasarkan hasil proyeksi tahun 2012 adalah sebanyak 184.150 jiwa Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues.
Sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Utara. Sebelah Selatan dengan Kab. Aceh Selatan dan Kab. Aceh Singkil.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Aceh Selatan.
4
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Tenggara Dalam Angka 2013, diterbitkan oleh BPS Aceh Tenggara, Kutacane, 2013, halaman xlvi.
5
Ibid, halaman 3.
20 dengan 91.880 penduduk laki-laki dan 92.270 penduduk perempuan. Pada
umumnya penduduk di Aceh Tenggara bermata pencaharian sebagai Petani atau Pekebun, hal ini ditunjang dengan keadaan alam yang dimungkinkan bagi
penduduk untuk berkecimpung di dalamnya
6
Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku bangsa, yang lebih dominan adalah suku Alas dan suku Gayo, selain itu ada suku
Minangkabau, suku Singkil, suku Aceh, suku Pak-Pak, suku Karo, suku Batak, suku Mandailing, suku Jawa, suku Sunda, suku Nias.dan suku Aneuk Jamee.
Bahasa Alas dan Gayo digunakan oleh mayoritas masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara, bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa ibu, sebagai bahasa bisnis,
sekolah, pemerintah, universitas, dan kantor .
2.1.1 Suku- Suku di Kutacane
7
Pada umumnya penduduk Kabupaten Aceh Tenggara menganut Agama Islam dengan persentasi 87,78 dan sebagian kecil saja dari penduduk tersebut
yang menganut agama Kristen Katholik dengan persentasi 1,77 dan Kristen Protestan dengan persentasi 10,45
.
8
6
Ibid, halaman 61
. Untuk menunjang kegiatan Ibadah sehari- hari masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara, pemerintah kabupaten dan
masyarakat telah menyediakan dan membangun sarana ibadah, yang terdiri dari 212 Mesjid, 128 MeunasahMushalla dan 128 Gereja Sufi, dkk, 2006:21.
7
http:id. Kabupaten_Aceh_Tenggara.org diakses pada tanggal 28 Agustus 2014 pukul 23.30
8
http:aceh.bps.go.idindex.php?artikelviewid=206, diakses pada tanggal 28 agustus 2014 pukul 23.30
21 Di Kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas hidup berdampingan dengan 12
etnis lainnya dan penduduk yang beragama Islam berdampingan dengan penduduk yang beragama Kristen Protestan dan Khatolik, walaupun memiliki
keanekaragaman dari segi etnis dan agama, di tanah Alas tidak pernah terjadi konflik antar penduduk yang diakibatkan oleh perbedaan tersebut. Inilah yang
membuat wilayah perbukitan di daerah Aceh Tenggara terkesan damai dan asri heterogen.
Keheterogenan kehidupan di tanah Alas kemudian menjadi keunikan tersendiri yang dimiliki oleh Aceh Tenggara, membuat kehidupan setiap elemen
masyarakatnya sangat berwarna dan bervariasi. Setiap unsur masyarakat yang berbeda kebudayaan saling berbaur dan saling mempengaruhi antara satu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Atas dasar etiologi kehadiran berbagai etnis di tanah Alas, jelaslah bahwa
tidak ada satu orang pun yang dapat hidup berdiri sendiri, begitu juga dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten ini. Semua pihak perlu
terlibat baik secara langsung maupun tidak. Keberagaman suku dan keyakinan akan menjadikan keunikan tersendiri bagi masyarakat di sana dalam membangun
daerahnya.
2.2 SEJARAH SINGKAT MAHKAMAH SYAR’IYAH