LATAR BELAKANG Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Daerah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kajian ini membahas tentang pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai Mahkamah Syar’iyah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara serta mendeskripsikan bagaimana budaya organisasi yang ada pada Mahkamah Syar’iyah. Fokus penelitian adalah melihat seberapa besar pengaruh adanya budaya organisasi terhadap kinerja para pegawai yang ada di kantor tersebut. Budaya organisasi menjadi hal yang memiliki peran penting dalam berdirinya suatu organisasi bahkan budaya organisasi menjadi tolak ukur keberhasilan ataupun kegagalan dalam organisasi tersebut. Budaya organisasi dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai efisiensi, efektivitas, produktivitas, serta semangat kerja yang dimiliki oleh semua orang yang menaungi organisasi. Suatu instansi didirikan karena memiliki tujuan yang akan dicapai. Dalam mencapai sebuah tujuan membutuhkan orang-orang yang dapat membantu mewujudkan tujuan tersebut. Kesuksesan untuk mencapai tujuan tersebut tergantung kepada kemampuan pegawai dalam mengoperasikan unit kerja, karena keberhasilan dari tujuan yang dicapau tidak lepas dari peran dari orang-orang yang ada di dalam instansi tersebut. Organisasi merupakan sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan memiliki keeratan yang kuat seehingga apabila salah satu dari sub sistem tersbeut rusak maka akan mempengaruhi sistem yang lainnya. Sistem ini akan berjalan apabila pelaku-pelaku didalam sistem tersebut sadar dan 2 bertanggung jawab terhadap apa yang dibebankan kepadanya maka jika hal ini terjadi organisasi akan berjalan dengan semestinya. Pegawai merupakan unsur yang strategis dalam menentukan baik tidaknya suatu organisasi. Dalam hal ini organisasi dituntut untuk menbantu dan mengembangkan potensi para pegawai agar memberikan kontribusi yang maksimal pada organisasi serta mempertahankan produktifitas yang dihasilkan oleh para pegawai. Sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia juga perlu dilakukan agar dapat mewujudkan pegawai yang memiliki disiplin dan kinerja yang tinggi, oleh sebab itu peran pemimpin dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut. Masalah sumber daya manusia yang kelihatannya hanya merupakan masalah intern dari suatu organisasi sesungguhnya mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat luas sebagai pelayanan publik yang diukur dari kinerja. Organisasi sesungguhnya merupakan suatu koneksitas manusia yang kompleks dan dibentuk untuk tujuan tertentu, dimana hubungan antar anggotanya bersifat resmi, ditandai oleh aktivitas kerjasama, integrasi dalam lingkungan yang lebih luas, memberikan pelayanan dan produk tertentu dan tanggung jawab kepada hubungan dengan lingkungannya. Organisasi memiliki ciri –ciri pembagian kerja, kekuasaan dan tanggung jawab berkomunikasi, pembagian yang direncanakan untuk mempertinggi realisasi tujuan khusus, adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang mengawasi penyelenggaraan usaha-usaha bersama dalam organisasi dan pengawasan, serta memiliki pengaturan personil dalam mengatur anggotanya dalam melaksanakan tugas organisasi. Setiap orang-orang yang tergabung didalam organisasi berasal dari latar belakang yang berbeda satu sama lain yang menjadi ciri khas dari orang itu sendiri 3 begitu halnya dengan organisasi yang memiliki ciri khas sehingga mudah dikenal dan dengan budaya-budaya yang berisikan nilai beserta norma dapat sebagai acuan untuk mengatur para anggota yang memiliki asal-usul yang berbeda. Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi ekternal dan integritas internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkandiwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut Schein dalam Tika, 2006:3. Organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya Robbins dalam Sutrisno, 2007:5. Penggunaan kata budaya organisasi merupakan budaya yang berlaku dalam perusahaan seperti kerjasama yang terjalin antara beberapa orang dalam organisasi tersebut. Budaya organisasi pada sebuah perusahaan diciptakan berdasarkan hasil interaksi dari semua orang yang tergabung dalam perusahaan tersebut dan biasanya budaya tersebut tertulis sehingga dapat dilihat dan dipatuhi oleh semua orang yang tergabung dalam organisasi. Budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota dan inilah yang membedakan organisasi satu dengan lainnya. Setiap pelaku yang tergabung dalam sebuah organisasi memiliki budaya yang berbeda namun semua perbedaan itu dilebur menjadi satu dalam sebuah 4 budaya yaitu budaya organisasi atau organization culture dan budaya ini menjadi budaya yang satu-satunya ada dalam organisasi tersebut sehingga memudahkan dalam hal bekerjasama untuk mencapai satu tujuan. Namun tidak menutup kemungkinan jika ada beberapa pelaku organisasi yang sulit menerimanya. Selain dari budaya yang mengatur individu-individu yang ada dalam organisasi, kinerja juga merupakan hal yang penting bagi para pegawai sulitnya untuk mengukur tingkat kinerja ini terkadang mengharuskan pimpinan untuk melakukan pekerjaan tambahan guna meningkatkan semangat pegawai dalam bekerja baik itu berupa penghargaan ataupun pujian yang dilontarkan sehingga para pegawai merasa pekerjaannya dihargai dan semakin menimgkatkan kualitas kerja dan pimpinan juga wajib memantau kinerja para pegawai. Pengukuran kinerja organisasi perlu dilakukan dalam memastikan pemahaman para pelaksana dan mengukur pencapaian prestasi, memastikan tercapainya skema prestasi yang disepakati, memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan perbandingan antara skema kerja dan pelaksanaan, memberikan penghargaan maupun hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksanaan yang telah diukur sesuai sistem pengukuran yang telah disepakati, menjadikan sebagai alat komunikasi antara pegawai dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi, memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif dan mengungkapkan permasalahan yang terjadi. Kinerja yang dimiliki oleh instansi pemerintahan pada hakikatnya merupakan suatu akibat dari persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh pegawai. Pegawai akan bersedia bekerja dengan penuh semangat apabila merasa kebutuhan baik fisik dan non fisik terpenuhi. Kinerja instansi pemerintahan sangat ditentukan oleh kinerja pegawai 5 yang menjadi ujung tombak kantor itu. Kesadaran para pegawai ataupun pimpinannya akan pengaruh positif budaya organisasi terhadap produktivitas organisasi akan memberikan motivasi yang kuat untuk mempertahankan, memelihara, dan mengembangankan budaya organisasi yang dimiliki, sehingga merupakan daya dorong yang kuat untuk kemajuan organisasi. Penelitian kali ini terfokus pada pegawai Mahkamah Syar’iyah Kutacane yang merupakan badan peradilan hukum yang dinaungi oleh Mahkamah Agung sebagai badan peradilan syari’at Islam di Aceh. Mahkamah Syar’iyah merupakan pengadilan Khusus dalam lingkungan Peradilan Agama. Peradilan Syar’iat islam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama sepanjang wewenangnya menyangkut wewenang peradilan agama dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum sepanjang wewenangnya menyangkut wewenang peradilan umum. Wewenang Mahkamah Syar’iyah sebagai pengadilan khusus seperti yang dijelaskan dalam pasal 3A Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 tidak lafi terbatas dalam bidang perdata tetapi juga mencakup bidang mu’amalah dan jinayah. Sebagai bagian dari sistem peradilan Indonesia Mahkamag Syar’iyah memiliki dua kompetensi dasar yaitu wewenang Peradilan Agama dan sebahagian wewenang Peradilan Umum. Penyempurnaan yang menyangkut dengan kewenangan tambahan dari Mahkamah Syar’iyah tersebut harus dibuat dalam bentuk undang-undang khuss yang mengatur tentang Mahkamah Syar’iyah sebagai pengadilan khusus sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24 ayat 3 UUD 1945 1 1 http:pustaka.unpad.ac.idkewenangan –mahkamah-syar’iyah-pdf diakses tanggal 26 februari 2015 pukul 12:07 . 6 Mahkamah Syar’iah MS merupakan Lembaga Peradilan Syari’at Islam di Aceh sebagai pengembangan Peradilan Agama. Penggunaan nama Mahkamah Syar’iyah MS hanya dapat dijumpai pada daerah Aceh saja berbeda dengan daerah lainnya seperti Sumatera Utara dikenal dengan nama Pengadilan Agama PA yang menangani masalah perkawinan, wasiat, kewarisan serta hibah dll sama halnya dengan Pengadilan Agama PA namun pada MS di Aceh ditambah dengan perkara jinayat. Mahkamah Syar’iyah sama seperti dengan organisasi lainnya yang memiliki budaya organisasi yang mengatur segala kegiatan para karyawan yang berada di dalamnya. Setiap orang pasti tahu yang namanya Pengadilan Agama yakni suatu instansi pemerintahan yang menangani masalah perkawinan, harta warisan dsb begitupun dengan Mahkamah Syar’iyah yang berada di daerah istimewa Aceh seluruhnya namun hal jinayat seperti khamr, maisir dan khalwat menjadi bahan tambahan yang dimiliki oleh MS ini dibandingkan dengan instansi peradilan lainnya yang berada diluar Aceh. Begitu pula dengan visi dan misi yang dimiliki oleh Mahkamah Syar’iyah Mahkamah Syariyah terdiri dari Mahkamah Syariyah Provinsi dan Mahkamah Syariyah tingkat Kabupaten dan Kota. Kekuasaan dan Kewenangan Mahkamah Syar’iyah dan Mahkamah Syar’iyah Provinsi adalah kekuasaan dan kewenangan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama ditambah dengan kekuasaan dan kewenangan lain yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam bidang ibadah dan Syariat Islam yang ditetapkan dalam Qanun. Saat ini 7 terdapat satu Mahkamah Syariyah Provinsi dan 20 Mahkamah Syariyah 2

1.2 TINJAUAN PUSTAKA