Konsep “Pasu-Pasu Upa-Upa” slametan Menurut Masayarakat Toba

4.1.3.2. Konsep “Pasu-Pasu Upa-Upa” slametan Menurut Masayarakat Toba

Pasu-pasuupa-upa merupakan upacara pemberkatan atau pemberian do’a restu dan pemberian kata-kata nasehat yang diadakan secara sederhana. Pasu-pasu adalah berkat yang diberikan oleh pihak hula-hula. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang beretnis Toba memiliki konsep yang juga cenderung sama tentang pasu-pasuupa-upa slametan. Bagi sebagian masyarakat Toba upacara tersebut dinamakan dengan pasu-pasu dan bagi sebagian masyarakat Toba menyebutkannya dengan upa-upa. Konsep pasu-pasuupa-upa dilihat dari sudut pandang intensitas, bahwa masyarakat Toba juga mengadakan pasu-pasuupa-upa. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yaitu Bapak Tambunan 53 tahun : “pasu-pasu itu pemberian berkat, orang Toba ini juga banyaknya mengadakan slametan kalau dia mau mengadakannya, kalo orang Batak bilang itu mangupa- upa tapi tergantunglah apa yang diadakan misalnya waktu memasuki rumah baru, selamatan karena mau tunangan atau martupol bagi orang Batak atau karena baru membeli mobil baru” Aspek yang dapat dilihat dari kutipan tersebut adalah aspek jenis-jenis slametan yang diadakan dan lebih cenderung mengatakan bahwa slametan itu dinamakan pasu-pasu bagi orang Batak. Nama lain untuk slametan yang diadakan masyarakat Toba adalah esekesek. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yaitu Bapak Hombing 52 tahun: “ pasu-pasu itu ada juga yang dibilang esekesek, esekesek ini ungkapan kitalah karena misalnya baru lepas dari bahaya atau selamat dari bahaya, pokoknya ungkapan bersyukur kitalah mengesekesekhon karena anak baru lahir, memberikan makan…” Universitas Sumatera Utara Dimana upa-upa juga merupakan salah satu bentuk ucapan syukur kepada Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yaitu Bapak Gultom 45 tahun: “pasu-pasu itu ucapan syukur kita kepada Tuhan misalnya baru sembuh dari sakit” Konsep pasu-pasuupa-upa dari aspek tujuan dan aspek jenis-jenis juga dikemukakan oleh salah seorang informan bahwa upa-upa merupakan ucapan syukur kepada Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Tobing 35 tahun “naik sidi itu juga disebut dengan pasu-pasu. Dimana itu merupakan meneguhkan keyakinan atau kepercayaan yang dilaksanakan di gereja, kalau pardidi ini ada yang bisa dibilang pesta, tapi bisa juga tidak tergantung ucap syukur kitalah ini juga diadakan di gereja, kalau tardidi ini pemberian nama yang juga diadakan di gereja” Dari kutipan tersebut terlihat bahwa lebih konsep pesta terkait dengan tujuan dan jenis-jenis dari pasu-pasuupa-upa yang diadakan oleh masyarakat Toba. Dari seluruh konsep slametan, upa-upa, pasu-pasuupa-upa yang didefenisikan dari semua informan baik dari masyarakat Jawa, masyarakat Mandailing dan masyarakat Toba peneliti dapat melihat bahwa upacara tersebut adalah ritual keagamaan. 4.2. Jenis-Jenis Pesta dan Slametan 4.2.1. Jenis-Jenis Pesta dan Slametan Menurut Masyarakat Jawa

4.2.1.1. Jenis-jenis Pesta Berdasarkan Life Cycle Menurut Masyarakat Jawa di

Desa Sambirejo Timur 1. Pesta Ngayun Pesta ngayun merupakan upacara pemotongan rambut untuk pertama kali dan pemberian nama sejak seorang anak lahir yang diadakan secara besar-besaran. Universitas Sumatera Utara