Konsep “Upa-upa” slametan Menurut Masyarakat Mandailing

keyboarnya. Keyboard ini cuma hiburan membuat keramean saja, memeriahkan suasanalah “ Konsep pesta yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan kepada salah satu tujuan diadakannya pesta dan di dalamnya juga terkait dengan pesta yang diadakan pada zaman sekarang identik dengan penggunaan musik keyboard yang berguna sebagai hiburan dan dapat lebih meemeriahkan suasana pesta. Beberapa informan mengonsepkan pesta adalah upacara yang diadakan dengan bersuka cita, bersenang-senang dan bergembira. “ Pesta adalah beramai-ramai, bergembira dan bersenang-senang” Bapak Harahap, 37 tahun. Pesta adalah perayaan yang diadakan dengan bersuka ria Rahmad, 24 tahun. Hal yang senada juga dikatakan oleh salah seorang informan yaitu Bapak Fahri 55 tahun : “ Pesta itu beramai-ramai, bersuka cita, acaralah yang dapat mengumpulkan kita dengan kerabat–kerabat kita. Kalau berpesta tidak selalu harus ada keyboardnya, namun kebanyakan orang sekarang kalau mengadakan pesta ada keyboardnya” Konsep pesta yang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan pada aktifitas pesta merupakan upacara yang meriah yang dapat mengumpulkan kerabat dan teman-teman di dalamnya juga terkait bahwa musik keyboard merupakan hiburan yang digemari jika mengadakan pesta.

4.1.2.2. Konsep “Upa-upa” slametan Menurut Masyarakat Mandailing

Upa-upa slametan bagi masyarakat Mandailing adalah upacara dalam kehidupan masyarakat Mandailing berupa wujud kepercayaan kepada zat yang Universitas Sumatera Utara ghaib, yang berkuasa, yang mengatur alam semesta termasuk perjalanan hidup manusia agar keselamatan dan kesuksesan manusia tercapai. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan konsep upa-upa slametan yang dikemukakan oleh informan cenderung sama. Beberapa informan memandang upa-upa terkait dengan pemberian makanan dan penyampaian kata-kata nasehat dan do’a terhadap segala sesuatu yang diperoleh dari Tuhan yang Maha Esa yang diadakan secara sederhana oleh tuan rumah dan beberapa tetangga terdekat saja. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yaitu Bapak Fahri 51 tahun : “ Upa-upa itu bagi orang Mandailing sebenarnya sama saja dengan syukuran- syukuran kecil-kecilan yang diadakan oleh orang satu rumah, eceknya memberikan makan dan nasehat-nasehat. Kalau upa-upa sama orang Mandailing ada upa-upa masuk rumah baru, upa-upa baru wisuda, upa-upa untuk anak kita yang baru naik kelas, banyaklah itu, tergantung kitanya mau mengadakan upa-upa apa saja niatnya kan mau bersukur atau tidak sama apa yang sudah didapatkan dari Tuhan. upa-upa diadakan agar horas tondi madingin, pir tondi matogu yang artinya selamatlah tondi dalam keadaan dingin dan nyaman, keraslah tondi semakin teguh bersatu dengan badan sehingga mampu menghadapi tantangan hidup yang dijalani. Kalau mangupa-upa ada berkeyboard-keyboard itu sudah pesta namanya pasti kita suidah mengundang orang banyak itu” Dari kutipan tersebut dapat dilihat konsep upa-upa slametan lebih menekankan pada kategorinya di dalamnya juga terkait dengan jenis upa-upa yang sering diadakan oleh masyarakat Mandailing dalam kehidupan dan makna diadakannya upa-upa. Makna upa-upa itu sendiri bagi Masyarakat Madailing adalah suatu penyemangat dalam menjalani kehidupan. Hal yang senada juga dikatakan oleh Ibu Zuriyah Nasution 63 tahun yang memberikan konsep bahwa upa-upa merupakan pemberian makan, kata-kata nasehat dan juga do’a sebagai bentuk ucapan bersyukur : Universitas Sumatera Utara “ Upa-upa itu memberikan makan dan memberikan sipaingot nasehat. Misalnya nanti kalau kamu sudah selesai sekolah di upai-upailah kamu pakek telur ayam kampung, garam dan nasi putih biar tondi mu tetap kuat. Telur bulat yang dikasikan itu mencerminkan keutuhan antara tondi dengan badan kita. Upa-upa juga diadakan kalau ada anak gadis mau kawin, malam harinya sebelum ia kawin, baiklah orang tuanya mangupa-upa terlebih dahulu dikasi nasehat-nasehat sama dia bagaimana menjalani berumah tangga, nanti ada lagi mangupa–upa orang yang sakit dikasi nasi sama telur direbus juga, nanti orang yang mangupa-upa orang sakit itu mengatakan…mulak tondi tu badan…ulang be sai marlolo..adongdo indahanta..adongdo siranta…godangdo bagasta..uuupa-upa. Kalau mengadakan upa-upa ada keyboardya boleh-boleh sajalah itu tapi berlebihanlah rasanya itu cuma mengadakan upa- upa sajanya bukan memestakan. Upa-upa cuma acara kecil-kecilan sajanya itu, acara nialak sabagas do acara orang satu rumah“ Konsep upa-upa slametanyang dapat dilihat dari kutipan tersebut lebih menekankan pada upacara pemberian makan dan pemberian kata-kata nasehat yang mengaitkan makna diadakannya upa-upa merupakan pemberian sprit atau penyemangat yang hanya diadakan oleh orang sdatu rumah tanpa harus mengundang orang banyak. Dalam kutipan tersebut juga memberikan pemaknaan atas hidangan pangupa pada saat mengadakan upa-upa yang menyimbolkan keutuhan atau kebulatan antara tondi dengan badan.

4.1.3. Konsep Pesta dan “Pasu-Pasuupa-upa” slametan Menurut Masyarakat