LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Tulisan ini mengkaji tentang kehidupan komunitas buruh yang berada di daerah pinggiran Kota Medan. Daerah pinggiran yang dimaksud adalah daerah yang berbatasan langsung dengan daerah perkotaan, dimana secara administratif masih tergabung dengan daerah pedesaan. Disebabkan oleh keberadaan desa yang berdekatan dengan perkotaan, gaya hidup pedesaan telah banyak terpengaruh oleh unsur-unsur baru yang terserap oleh masyarakat pinggiran. Seperti yang dituliskan oleh Hebdige dalam Lury, 1998 :112-113 bahwa gaya hidup life style sebagai karakter konsumsi modern. Yang menampilkan individualitas sebagai perjuangan untuk memperoleh posisi sosial. Lebih lanjut Hebdige menuliskan sebagai berikut : “ gaya hidup” life style adalah sebagai karakter konsumsi modern. Melalui gaya hidup para konsumen dianggap membawa kesadarankepekaan yang lebih tinggi terhadap proses konsumsi. Sebagai sebuah gaya mode konsumsi atau sikap konsumsi hal itu merujuk pada cara orang-orang berusaha menampilkan individualitas mereka dan cita rasa mereka melalui pemilihan barang-barang tetentu dan disusul dengan pembiasaan atau personalisasi barang-barang tertentu. Individu secara aktif menggunakan barang- barang konsumsi, pakaian, rumah, furniture, dekorasi interior, mobil, liburan, makanan dan minuman. Juga benda-benda budaya seperti musik, film, seni dengan cara-cara yang menunjukkan selera atau cita rasa kelompoknya. Gaya hidup demikian merupakan contoh kecenderungan kelompok-kelompok dalam menggunakan barang-barang untuk membedakan diri dengan kelompok-kelompok lainnya sekaligus mendukung pandangan bahwa praktek-praktek konsumsi dapat dipahami dalam konteks sebuah perjuangan dalam memperoleh posisi sosial. Pesatnya perkembangan media informasi yang berteknologi tinggi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup baik di kota maupun di desa. Abdullah dalam Herdiana, 2001:11 menuliskan bahwa perkembangan media cetak dan media elektronik seperti program televisi yang bervariasi, stasiun radio, media cetak seperti majalah, koran, serta yang muncul belakangan ini dan marak Universitas Sumatera Utara digemari yaitu media informasi internet dan kesemuanya mengekspresikan gaya hidup dan mengorentasi diri terhadap dunia mode dan estetika, ini merupakan suatu tanda perubahan yang paling tampak dalam kehidupan perkotaan dan telah berlangsung sejak tahun 1990-an . Selain pengaruh letak desa yang berada dekat perkotaan komposisi penduduk juga mempunyai andil dalam membawa perubahan kepada masyarakat kota maupun pinggiran kota. Seperti yang dituliskan oleh Subagya dan Walokow 1998:3 bahwa kondisi masyarakat yang tampak di daerah perkotaan ataupun daerah perbatasan masyarakatnya cenderung merupakan masyarakat majemuk 1 Desa Sambirejo Timur merupakan salah satu desa yang berada di pinggiran perkotaan, dimana letak Desa Sambirejo Timur yang berbatasan langsung dengan kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung. Letak desa yang berbatasan dengan kota ini telah membuka peluang besar untuk masuknya pengaruh gaya hidup kota ke desa. Penduduk Desa Sambirejo Timur banyak yang “nglaju” . Beberapa etnis yang ada di Desa Sambirejo Timur adalah mayoritas Etnis Jawa dan Batak Mandailing selebihnya Batak Toba, Minang, Karo, dan lain-lain. Sementara itu Yunus 2006:52 menuliskan bahwa terjadinya perubahan perilaku penduduk di daerah pedesaan dapat berupa perilaku ekonomi, kultural bersifat pedesaan menjadi sifat kekotaan disebabkan makin baiknya transportasi antara daerah pedesaan dengan daerah perkotaan mengakibatkan makin tingginya mobilitas penduduk baik dari desa ke kota maupun dari kota ke desa. 1 Menurut Furnival dalam Nasikun, 1993:28-29 masyarakat majemuk adalah masyarakat yang di dalamnya terdapat dua atau lebih elemen sosial yang hidup berdampingan satu sama lain namun tidak terikat atau tergabung dalam satu kesatuan politik. Universitas Sumatera Utara ke Kota Medan untuk tujuan bekerja maupun sekolah dan pada sore harinya kembali lagi ke Desa Sambirejo Timur 2 Buruh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah buruh kasar yang menggunakan tenaga otot untuk mencari nafkah sehari-harinya. Mereka tidak tergolong sebagai buruh profesional yang bekerja dengan menggunakan tenaga otak . Penduduk desa yang melaju ke Kota Medan untuk tujuan bekerja, biasanya bekerja sebagai buruh bangunan, buruh pabrik, karyawan toko, karyawan konveksi, pembantu rumah tangga, Sales Promotion Girl SPG, dan sebagian kecil Pegawai Negeri Sipil PNS. Mereka yang bekerja sebagai buruh bangunan tidak setiap harinya melaju dan bekerja. Para buruh bangunan bekerja ketika ada borongn yang ditawarkan baik yang berada disekitar Desa Sambirejo Timur maupun yang berada di luar desa misalnya Kota Medan, Binjai, Nias, Aceh . Kajian Evers 1995:102, menjelaskan khusus di sektor bangunan dengan proyek pembangunan kota yang diadakan oleh pemerintah maupun perusahaan-perusahaan besar bidang ini merupakan lapangan kerja yang potensial dan berjangkau panjang. Namun kaum buruh hariannya hidup dengan bercirikan “massa apung“ yang ditandai oleh mobilitas kerja yang tinggi. Mereka terdiri dari pendatang musiman para pekerja tidak tetap, tidak memiliki tempat tinggal, tingkat pendidikan yang rendah. 3 2 Nglaju adalah migrasi ulang alik dimana pada waktu pagi hari penduduk desa pergi ke kota dalam rangka bekerja ataupun dalan urusan lainnya dan pada sore harinya mereka penduduk desa pulang kerumah di daerah pedesaan, mereka juga disebut commuters. 3 Secara umum buruh dibagi atas dua klasifikasi yaitu : 1 buruh kasar yang biasanya disebut sebagai buruh kerah biru yang menggunakan tenaga otot dalam bekerja, 2 buruh profesional yang biasanya disebut juga buruh kerah putih yang menggunakan tenaga otak dalam bekerja http:id.wikipedia.orgwikiburuh . Seperti yang telah dituliskan di atas fokus kajian penelitian ini adalah buruh kasar yang berada di pinggiran perkotaan khususnya Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara Kehidupan buruh yang berada di Desa Sambirejo Timur tidak jauh berbeda dengan kehidupan buruh yang berada di daerah-daerah lain. Dimana mereka di dalam ketertindasan dan keterdiskriminasian di tempat mereka bekerja. Namun para buruh di Desa Sambirejo Timur sangat gemar mengadakan pesta dan slametan. Setiap ada kesempatan semua peristiwa kehidupan yang penting bagi mereka pasti akan dipestakan atau setidaknya dibuat slametan. Beberapa pesta yang sering diadakan di desa ini adalah pesta pernikahan, pesta khitanan sunatan, dan pesta ulang tahun. Salah satu yang unik pada pelaksanaan pesta di Desa Sambirejo Timur yaitu sebelum hari “H” pesta, satu atau dua hari sebelumnya para kerabat, tetangga dan teman-teman penyelenggara pesta sudah mendapat undangan yang disebut dengan punjungan disana diberitahukan hari, tempat dan jam hajatan pesta diadakan. Isi punjungan tersebut berupa nasi, telur, mie goreng, kerupuk, dan sepotong daging ayam dalam ukuran besar. Maksud pengiriman itu adalah agar tamu yang diundang datang dan memberikan sumbangan sedikitnya Rp 20.000,- dua puluh ribu rupiah bahkan untuk kerabat dan teman-teman dekat diharapkan memberikan jumlah yang lebih besar lagi. Pesta cenderung dilaksanakan pada Hari Sabtu dan Minggu. Pada dua hari tersebut tiga resepsi pesta dalam satu harinya dapat dipastikan berlangsung di Desa Sambirejo Timur. Akan tetapi dihari-hari lain aktivitas pesta tetap dapat ditemukan. Aktivitas pesta sulit ditemukan ketika pada bulan puasa Ramadhan karena mayoritas penduduk beragama Islam. Pesta berlangsung selama enam belas jam, misalnya pesta yang dimulai pada Hari Sabtu jam 12 siang, akan selesai pada Hari minggu jam 4 dini hari dan pesta yang dimulai Hari Minggu jam 12 siang, akan selesai pada hari senin jam 4 dini hari dan begitu seterusnya. Selama pesta berlangsung musik keyboard senantiasa Universitas Sumatera Utara menghibur para tamu undangan penyelenggara pesta, bahkan para tamu undangan turut serta menyumbangkan suaranya untuk bernyanyi yang kadang-kadang biduanita keyboardnya sendiri terlupakan. Lain halnya dengan upacara pernikahan, upacara khitanan sunatan dan upacara ulang tahun yang dalam pelaksanaannya selalu diiringi musik keyboard, tetapi untuk slametan tidak disertai musik keyboard. Karena dalam upacara slametan ini yang pokok adalah pembacaan do’a yang dipimpin oleh orang yang dipandang memiliki pengetahuan tentang islam. Selain itu, terdapat seperangkat makanan yang dihidangkan bagi para peserta slametan, serta makanan yang dibawa pulang kerumah masing-masing peserta slametan yang disebut sebagai berkat Sofwan dalam Amin, 2002:131 4 Melihat realitas ataupun fenomena lapangan yang sangat kontradiksi di dalam tulisan-tulisan ilmiah ataupun tulisan-tulisan di dunia maya yang mengkaji tentang buruh selalu mendeskripsikan buruh adalah kaum yang termarjinalisasi, tersubordinasi, terdiskriminasi dan terpuruk ekonominya . Beberapa jenis slametan yang sering diadakan di Desa Sambirejo Timur, misalnya, tujuh bulanan dilakukan pada saat janin berusia tujuh bulan dalam perut ibu, pemberian nama pada bayi, turun tanah pertama kali bayi menginjakkan tanah, amo-among, empat puluh hari kematian, seratus hari kematian, dan lain-lain. 5 4 Slametan terdiri dari sekedar makan bersama dengan mengundang para tetangga, umumnya laki- laki dengan do’a oleh modin. Makanan-makanan yang disediakan oleh penyelenggara slametan sering disebut dengan shahibul hajat. Dalam bentuknya yang khas makanan inti adalah nasi tumpeng, ingkung ayam dan ditambah ubarampe yang lain. Jumlah undangan slametan disesuaikan dengan tingkat pentingnya slametan tersebut. serta tingkat kemampuan ekonomis shahibul hajat. Namun demikian diutamakan para tetangga sekitar Sofwan dalam Amin, 2002:131-132. , disini peneliti ingin menampilkan masih ada sisi lain dari kehidupan buruh. 5 1.Buruh sebagai kelompok sosial selalu menjadi kelompok subordinat, baik yang dilakukan oleh penguasa maupun pengusaha. Hal ini tidak lepas dari pemainan buruh sebagai orang yang bekerja dengan mengandalkan tenaga dibanding dengan pikiran. Tawaran yang diberikan buruh umumnya adalah bersedia diperlakukan sewenang-wenang dengan pemberian gaji yang jauh dari mencukupi, penyediaan tempat kerja yang jauh dari layak, perumahan yang tidak sehat dan pemenuhan Universitas Sumatera Utara Kajian tentang buruh juga ditulis oleh : Erwiza Erman 1995, Abdul Haris 2002. Erman menuliskan dalam bukunya yang berjudul Kesenjangan antara Majikan dan Buruh, bahwa kesenjangan antara majikan dan buruh sudah terjadi sejak jaman kolonial Belanda. Pada saat tersebut pemerintah kolonial membuat peraturan hubungan kerja yang disebut Koeli Ordonantie. 6 Tulisan ilmiah yang mengkaji tentang buruh juga dilakukan oleh mahasiswa antropologi diantaranya : Maria krisna Brutu 1992, Pintauli Sihombing 1997, Juliana Achriana 1999, Wina Khairina 2001. Brutu menuliskan bahwa peran perempuan dalam pekerjaan sangat dibutuhkan.Tetapi kenyataan bahwa dipihak lain masih banyak perempuan tertinggal dan berada pada keadaan sosial ekonomi yang rendah. Sihombing menuliskan bahwa buruh-buruh wanita di perusahaan industri umumnya berpendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian yang khusus. Dan akibatnya buruh-buruh wanita tersebut menjadi tenaga kerja murah yang menghadapai masalah-masalah dengan pihak pengusaha seperti upah di bawah standard, jam kerja yang cukup panjang. Achriani menuliskan pekerjaan buruh Haris dalam bukunya yang berjudul Memburu Ringgit Membagi Kemiskinan juga menuliskan, aktivitas buruh migran pekerja Indonesia di Negara jiran khususnya Malaysia nampak tak pernah mengalami sentuhan perubahan. Aktivitas mereka yang lekat dengan kekerasan, kelaparan, dan bahkan pemerasan merupakan satu hal yang akrab bagi mereka. kebutuhan pangan yang jauh dari standar pemenuhan gizi. Kondisi semacam ini tentu saja melemahkan posisi tawar buruh di hadapan para pemilik modal maupun penguasa. http:www.averroes.or.id20080627adakah-buruh-sejahtera di akses tanggal 06 Agustus 2008. 2. Memang tidak perlu berpikir keras, untuk mengetahui bahwa kenaikan BBM sangat memukul kehidupan buruh . Rasanya, bertanya pada buruh di manapun, dengan mudah akan mengetahui bahwa kenaikan BBM telah mebuat kehidupan buruh morat-marit. http:www.inilah.comberita . Diakses tanggal 06 Agustus 2008. 6 Koeli ordonantie adalah suatu peraturan kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1880, dengan tujuan untuk memberi perlindungan kepada pihak pemberi kerja modal peratuan ini pertama kali dikeluarkan di Sumatera Timur dimana pihak perkebunan mengeluarkan biaya yang besar untuk merekrut tenaga kerja, akan tetapi pihak perkebunan sering mengalami kerugian karena kuli yang baru kerja kemudian menghilang antara lain karena perlakuan kejam dari majikan. Universitas Sumatera Utara bangunan merupakan pekerjaan yang rentan dengan bahaya. Khairina menuliskan bahwa sejarah buruh merupakan bagian dari “soko guru” politik Indonesia. Dalam melihat kontradiksi antara kehidupan buruh dan realitas ataupun fenomena lapangan di Desa Sambirejo Timur, peneliti ingin mengetahui apa konsep mereka tentang pesta dan slametan, sehingga mereka gemar mengadakan pesta dan slametan, dari manakah mereka mendapat sumber keuangan jika ingin mengadakan pesta dan slametan, apakah upah harian mereka mencukupi untuk biaya pesta dan slametan. Upah seorang buruh bangunan di Desa Sambirejo Timur untuk jenis tukang bangunan sebesar Rp 60.000,- perhari, dan dalam sebulan sebesar Rp 1.440.000,- untuk kernet bangunan sebesar Rp 35.000,- per hari dalam sebulan sebesar Rp 1.050.000,- Sementara itu biaya untuk membuat pesta sunatan sudah mengeluarkan biaya sedikitnya Rp 10.000.000,- sedangkan biaya pesta pernikahan akan lebih banyak lagi bisa mencapai Rp 15.000.000,-. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti, harga pelaminan pada saat khitanan sunatan lebih murah dengan harga pelaminan pernikahan, selain itu jumlah undangan pesta khitanan dan pesta pernikahan sangat berpengaruh. Karena orang yang diundang pada saat pesta khitanan selain teman-teman si anak yang akan dikhitan, hanya kerabat dan teman- teman ayah dan ibu si anak. Sedangkan undangan pesta pernikahan selain kerabat dan teman-teman ayah dan ibu dari pihak laki-laki dan perempuan juga undangan kedua mempelainya. Untuk tahap awal peneliti telah melakukan wawancara dengan beberapa warga yang berada di Desa Sambirejo Timur yang bekerja sebagai buruh Universitas Sumatera Utara bangunan dan tukang cuci pencuci pakaian. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yaitu Ibu Wagiem 53 tahun yang bekerja sebagai tukang cuci : “ owalah non... sekarang apa-apa mahal.. belum apa- apa, duitnya dah ntek...,Tapi dekat bulan puasa ini, ibu mau buat kenduri seratus hari untuk cucu ibu…” Dari kutipan wawancara peneliti di atas terlihat begitupun sekarang kebutuhan hidup serba mahal, tapi jika urusan pesta nyunatkan khitanan, ngawinkan pernikahan, dan kenduri slametan harus dapat dilaksanakan. Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk menelusuri dan mengkaji lebih dalam mengapa mereka gemar mengadakan pesta dan slametan. Apakah merupakan pengaruh gaya hidup kota, atau ciri khas buruh atau masyarakat yang berada di pinggiran kota ataupun tradisi salah satu etnis mayoritas yang berada di desa ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH