Seserahan Tahapan Adat Perkawinan Sunda 1. Neundeun Omong

3.2.4. Seserahan

Seserahan artinya menyerahkan, dalam hal ini pihak keluarga laki-laki menyerahkan calon pangantén laki-laki ke pada pihak keluarga perempuan untuk dinikahkan. Upacara ini dilaksanakan dua atau tiga hari sebelum hari perkawinan dan biasanya dilakukan pada sore hari. Orang tua calon pangantén laki-laki datang beserta rombongan yang terdiri dari sanak kerabat atau tetangga-tetangga. Mereka datang membawa berbagai bingkisan yang antara lain berisi berbagai macam kebutuhan wanita, seperti pakaian, perhiasan, alat kosmetik, pakaian dalam, benang dan jarum jahit dan lain-lain. Selain itu dibawa juga bingkisan yang berisi makanan dan ramuan sirih. Tidak ada ketentuan khusus mengenai banyaknya bingkisan yang dibawa. Semuanya tergantung dari kemampuan pihak laki-laki. Namun ada anggapan bahwa, semakin banyak barang yang dibawa, maka prestisenya semakin tinggi. Rombongan berjalan memasuki rumah keluarga perempuan dengan calon pangantén laki-laki berjalan di tengah diapit oleh kedua orang tuanya. Di belakangnya barisan perempuan yang membawa bingkisan, dan para pria mendampinginya. Sesampainya di rumah, rombongan disambut dengan gembira dan dipersilahkan duduk dengan hormat oleh tuan rumah. Para hadirin duduk berhadapan antara tuan rumah dan rombongan tamu. Bingkisan yang di bawa disimpan di tengah- tengahnya. Universitas Sumatera Utara Setelah semua siap, maka seserahan pun dimulai. Seorang tokoh adat atau yang dianggap tetua membuka acara dengan ucap syukur dan kata-kata sambutan bagi rombongan tamu. Kemudian dia memberi kesempatan pada orang tua calon pangantén laki-laki untuk berbicara. Orang tua calon pangantén laki-laki atau yang mewakilinya berbicara pada hadirin, khususnya pada keluarga pihak perempuan untuk menyerahkan calon pangantén laki-laki untuk dinikahkan. Ucapan yang lazim dipakai dalam seserahan ini contohnya: Sumeja masrahkeun tuang putra pameget katutu sarebuk samérang nyamu, belah pecah rarab rumbah, sadongkapeun banjel-banjel anu dikersakeun. Masrahkeun getihna satétés, rambutna salambar, ambekkanana sadami, beurangna, peutingna, ilang-along margahina, bisi katinggang pangupngna, dihakan maungna. Masrahkeun kabodoanana, katalingeuhanana. Kalaipanana. Masing lambat- lambut runtut-raut laki-rabina, panjag-punjung sareng si Nyai putra istri di bumi. Hendak menyerahkan Tuan Putra beserta seserbuk pakaian, belah- pecah, ulam-ulaman dan gerabah, sekedar untuk di saat dating, ala kadarnya membantu hasrat Tuan selamatan. Kami serahkan darahnya setetes, rambutnya selembar, nafasnya sehirupan; siangnya, malamnya, cedera dan papanya, kalau-kalau tertimpa kayu kering atau diterkam harimau; kami serahkan kebodohannya, kelalaiannya, kecerobahannya dan kehinaannya. Semoga menjadi suami istri yang rukun dan berbahagian selamanya dengan Tuan Putri anak pribumi. Mustapa 1913: 56, terjemahan penulis Pidato penyerahan tersebut dibalas sepantasnya oleh orang tua calon pangantén perempuan atau yang mewakilinya bahwa penyerahan itu diterima dengan senang hati dan berterimakasih atasnya. Kemudian bingkisan dibuka dan Universitas Sumatera Utara diperlihatkan kepada seluruh hadirin. Setelahnya, acara ditutup dengan do’a oleh penetua tadi. Masyarakat Sunda di Kota Medan pada dasarnya tetap melaksanakan seserahan, meskipun dengan bentuk yang lain. Bingkisan-bingkisan yang dibawa biasanya lebih sederhana, hanya berupa pakaian dan makanan ringan. Sedangkan uang yang akan diserahkan sebagai biaya pelaksanaan upacara dimasukkan ke dalam amplop saja, dan diserahkan secara pribadi oleh orang tua pihak laki-laki kepada orang tua pihak perempuan Wawancara Kang Ayi, 21 Maret 2007. Seserahan diucapkan dalam bahasa Indonesia agar semua hadirin bisa mengerti, mengingat tidak semua yang hadir adalah orang Sunda.

3.2.5. Ngeuyeuk Seureuh