Lokasi Penelitian Metode Penelitian

transkripsi tersebut dinotasikan dalam sistem notasi musik Barat agar lebih mudah dibaca.

I.7.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis lakukan adalah di tempat-tempat komunitas Sunda tinggal di Kota Medan. Desa Pematang Johar Kec. Sampali Kab. Deli Serdang merupakan tempat sebagian besar orang Sunda menetap. Selain itu juga orang Sunda banyak tinggal di Kampung Banten Medan Helvetia, Jalan Angkasa Medan Polonia, dan selain itu Sanggar PWS di kawasan Setiabudi Pasar IV juga menjadi tempat penulis mengumpulkan data. Wawancara penulis lakukan di rumah Ketua PWS di Komp. Johor Indah I dan di rumah masing-masing informan; Kang Ade di jalan Darmawan no. 1 dan kang Ayi di Pematang Johar Sampali. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara bebas pada saat acara riung mungpulung pertemuan rutin di Wisma Kartini Jl. T. Cik Ditiro Medan. Untuk perekaman upacara, penulis lakukan di tempat upacara mapag panganten berlangsung; di Kawasan Gaperta perkawinan Yayat-Ina dan di Asr. Singgasana Glugur perkawinan Rizal-Nining. Perekaman tambahan untuk merekam bagian- bagian yang tak jelas terekam ketika upacara juga penulis lakukan dengan meminta para pemusik memainkan repertoar-repertoar sesuai yang dimainkan pada saat upacara. Perekaman ini dilakukan di rumah informan dan di rumah penulis di Asr. Singgasana Glugur Medan. Universitas Sumatera Utara BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT SUNDA DI KOTA MEDAN Bab ini akan membahas migrasi masyarakat Sunda dari Tanah Sunda ke Sumatera dan etnografi masyarakat Sunda yang ada di Sumatera Utara umumnya dan di Kota Medan khususnya. Uraian sejarah disusun secara kronologis berdasarkan sumber-sumber tercatat maupun informasi-informasi yang diperoleh dari wawancara. Sedangkan penjelasan etnografi akan dibatasi pada aspek-aspek kehidpan secara umum dan berhubungan langsung dengan upacara perkawinan masyarakat Sunda di Kota Medan. Sedikit sekali catatan-catatan sejarah tentang masuknya masyarakat Sunda ke Sumatera Utara. Para penulis sejarah yang secara khusus membahas sejarah Sumatera Utara cenderung mengaburkan masalah etnisitas; di mana orang Sunda sering sekali “dipandang” sama sebagai “orang Jawa” 11 11 Pada umumnya orang-orang di luar Jawa menganggap masyarakat yang berasal dari P. Jawa adalah orang Jawa, meskipun pada kenyataannya tidak demikian karena di P. Jawa juga tinggal suku-suku lain seperti Sunda, Tengger, Baduy dan suku-suku pendatang lainnya, seperti Batak, Bugis, Maluku, Papua dan sebagainya. . Penulis Belanda Buiskool 2005, Berman 1997 menganggap bahwa orang-orang yang didatangkan sebagai kuli perkebunan di Sumatera Utara adalah orang Jawa. Pun dengan penulis Indonesia seperti Sinar 2005, Hartono 2005, dan Aulia 2006 mengabaikan fakta bahwa sebagian dari kuli itu adalah orang Sunda. Mungkin masalah kesukuan tidak menjadi perhatian utama para penulis tersebut, karena titik fokus perhatian mereka terletak pada Universitas Sumatera Utara bagaimana sistem kuli kontrak diberlakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda selama pembangunan perkebunan di Sumatera Utara sepanjang kurun 1850 sampai 1930-an. Lain daripada itu penulis menemukan bahwa sebagian kecil kuli kontrak itu adalah orang Sunda yang berasal dari daerah kulon Banten dan sekitarnya dan daerah wetan Ciamis, Garut dan Tasik. Pemukiman Kampung Banten yang ada di kawasan Medan Helvetia dan pemukiman orang Sunda di Sampali Deli Serdang membuktikan hal ini. Oleh karenanya penulis agak kesulitan dalam menyusun catatan sejarah tentang masuknya masyarakat Sunda ke Sumatera Utara. Informasi yang didapat dari buku- buku sejarah dipilah-pilah untuk “memisahkan” orang Sunda dan orang Jawa. Sebagian informasi yang lain berasal dari wawancara yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan akurasi yang memadai untuk dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, penulisan sejarah masuknya masyarakat Sunda ke Sumatera ini belum sampai pada tahap komprehensif, selain karena migrasi orang Sunda masih berlangsung sampai sekarang. Universitas Sumatera Utara

2.1. Tentang Masuknya Masyarakat Sunda Ke Sumatera Utara