KESIMPULAN Drs. Torang Naiborhu

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Masyarakat Sunda yang bermigrasi ke Kota Medan tetap memelihara adat dan tradisinya, termasuk adat dalam upacara mapag pangantén sebagai bagian dari adat perkawinan. Upacara adat perkawinan Sunda yang diselenggarakan di Kota Medan mengalami perubahan. Perubahan tersebut meliputi struktur upacara yang terdiri dari waktu dan tempat upacara, materi-materi upacara dan proses jalannya upacara. Begitu juga dengan upacara mapag pangantén, yang mengalami perubahan dalam hal waktu dan tempat upacara, pendukung upacara dan proses upacara. Perubahan-perubahan tersebut diakibatkan oleh interaksi dan kontak budaya dnegan kebudayaan lain yang ada di Kota Medan. Masuknya tradisi tepung tawar yang diadaptasi dari budaya Melayu merupakan salah satu perubahan dalam struktur upacara perkawinan adat Sunda yang diakibatkan oleh interaksi sosial. Penyebab lain perubahan dalam konteks upacara perkawinan antaralain adalah perkembangan tingkat pendidikan yang mempengaruhi pola pikir dan cara hidup masyarakat Sunda di Kota Medan. Selain itu, ketersediaan materi-materi budaya di Kota Medan mempengaruhi cara masyarakat Sunda merepresentasikan kehidupan adatnya. Universitas Sumatera Utara Namun demikian, aspek-aspek nilai, konsep dan sistem ide masyarakat Sunda terhadap upacara pekawinan tetap bertahan. Ini dapat dilihat dari bagaimana orang Sunda memahami dan menerima perubahan material upacara dengan tidak merubah konsep dan nilainya. Pelajaran dan nasehat hidup direpresentasikan dalam bentuk simbol, baik itu secara analogis seperti dalam ritual meuleum harupat atau nincak endog , maupun secara verbal seperti teks dalam sawér. Meskipun kesemuanya telah berubah, namun konsep dan gagasan-gagasannya tetap berlanjut lihat teori Cowell 1959:40. Keberlanjutan dalam hal lain adalah menyangkut aspek-aspek musikal. Kehadiran gamelan degung dalam upacara mapag pangantén merupakan sesuatu yang esensial karena hanya repertoar yang dimainkan oleh gamelan degung yang dapat mempresentasikan upacara mapag pangantén. Repertoar-repertoar tersebut masih tetap sama seperti repertoar upacara mapag pangantén sebelum masyarakat Sunda bermigrasi ke Kota Medan. Keberlanjutan tradisi musik ini tidak terlepas dari peran Paguyuban Wargi Sunda yang secara konsisten melakukan upaya-upaya agar tradisi musik dalam konteks upacara mapag pangantén tetap bertahan. Pada akhirnya peran seluruh masyarakat Sunda yang ada di Kota Medan diperlukan supaya upacara mapag pangantén dan segenap aspeknya terus berlanjut. Menyelenggarakan upacara mapag pangantén berarti juga turut memelihara keberlanjutan tradisi musik Sunda. Universitas Sumatera Utara

5.2. SARAN