Upacara Mapag Panganten Tahapan Adat Perkawinan Sunda 1. Neundeun Omong

Setelah ijab Kabul selesai, na’ib menanyakan pada saksi apakah ijab kabul tersebut sah atau tidak. Jika ada saksi yang merasa belum sah, maka ijab kabul diulang beberapa kali sampai para saksi menganggapnya sah. Ketika semua saksi bersepakat bahwa ijab kabul tersebut sah, maka secara resmi kedua calon pangantén tersebut telah sah menjadi sepasang suami istri

3.2.7. Upacara Mapag Panganten

Upacara mapag pangantén dilaksanakan pada siang hari seusai walimahan atau pada esok harinya jika walimahan dilaksanakan malam hari. Mapag pangantén merupakan ritual pengyambutan pangantén laki-laki oleh keluarga perempuan sebabai tanda bahwa dia telah sah diterima dalam keluarga pihak perempuan. Mapag pangantén dipimpin oleh Ki Léngsér yang memandu jalannya upacara. Setelah Ki Léngsér membuka upacara dengan rajah, kemudian Ki Léngsér mempersilahkan pembawa payung agung dan punggawa untuk makalangan tampil menjemput. Selanjutnya Ki Léngsér meminta nayaga untuk memainkan repertoar Pajajaran untuk mengiringi pager ayu untuk menjemput pangantén laki-laki dan rombongannya dengan tari-tarian. Setelah pengantén dipapag dijemput, kedua pangantén disandingkan dan di- sawér . Sawér adalah menabur-naburkan ramuan pangradinan yang terdiri dari beras putih, irisan kunyit, uang logam, permen dan tékték oleh panyawér kepada kedua pangantén. Sawér dimaksudkan sebagai simbol keberkahan bagi pangantén penyampaian nasihat-nasihat dalam kehidupan rumahtangga melalui tembang yang mengiringi upacara sawér tersebut. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pangantén laki-laki meuleum membakar harupat. Harupat dalam konsep masyarakat Sunda adalah simbol kerapuhan, dan membakarnya adalah upaya untuk menghilangkan sifat itu. Kemudian pangantén laki-laki nincak endog menginjak sebutir telur dan pangantén perempuan mencuci kakinya. Ini adalah simbol pengabdian istri pada suaminya. Setelah meuleum harupat dan nincak endog selesai, maka pangantén laki-laki mulai masuk ke dalam rumah dan disandingkan di pelaminan. Mereka berdua saling menyuapi nasi dan segelas air putih. Pangantén laki-laki menyuapi pangantén perempuan melalui belakang kepalanya, begitu juga sebaliknya. Ritual ini dinamakan huap lingkung. Seluruh rangkaian upacara mapag pangantén ini diiringi oleh gamelan degung. Kehadiran gamelan degung dalam upacara ini dipercaya telah ada sejak masa Kerajaan Pajajaran Kumalasari 1981:121. Penelitian Kumalasari ini didasarkan pada naskah lama Carita Pantun yang menyebutkan bahwa upacara-upacara pada jaman Kerajaan Pajajaran selalu diiringi oleh gamelan. Repertoar yang dimainkan untuk mengiringi upacara mapag pangantén, pada dasarnya disesuaikan dengan kehendak nayaga pemain gamelan. Namun ada beberapa kompisisi yang harus ada, misalnya Gending Bubuka dan Rajah sebagai repertoar pembuka dan Léngsér Midang untuk mengiringi Ki Léngsér. Selain itu ada repertoar Pajajaran untuk mengiringi tarian mapag pager ayu. Kadang juga dipakai repertoar Pangbagéa atau Bima Mobos untuk mengiringi mapag. Untuk mngeiringi sawér, biasanya memakai repertoar Raja Pamunah, Tejamantri atau tembang- Universitas Sumatera Utara tembang berpola sinom lainnya. Sedangkan untuk gending punggawa, nayaga bisa memakai gending apa saja sesuai kehendak dan kemampuan nayaga itu sendiri wawancara Kang Ayi dan Kang Ade Herdiyat, 21 Maret 2007. Pada perkembangannya, kehadiran gamelan degung dalam konteks upacara mapag pangantén mengalami distorsi. Mahalnya biaya untuk menghadirkan gamelan degung pada upacara mapag pangantén dan berkembangnya industri rekaman, menyebabkan mapag pangantén bisa diiringi oleh rekaman gamelan degung. Repertoar-repertoar gamelan degung masih tetap ada, namun disajikan melalui rekaman kaset.

3.2.8. Numbas