Walimah Akad Nikah Tahapan Adat Perkawinan Sunda 1. Neundeun Omong

3.2.6. Walimah Akad Nikah

Walimah merupakan ritual inti dalam adat perkawinan Sunda, maupun secara agama Islam, di mana saat ini adalah penetuan kedua pangantén diresmikan sebagai sepasang suami istri. Walimahan pada perkawinan adat Sunda dilakukan menurut ajaran agama Islam. Rukun nikah yang diajarkan oleh Islam menuntut terpenuhinya segala komponen dalam akad nikah, yang terdiri dari wali, saksi, kedua mempelai, mahar dan ijab kabul. Wali nikah adalah ayah calon pangantén perempuan atau yang mewakilinya yang akan menikahkan calon pangantén perempuan dengan calon pangantén laki-laki. Ucapan-ucapan walimahan sebagai tanda bahwa kedua pangantén disahkan sebagai pasangan suami istri disebut ijab kabul. Sedangkan mahar adalah sesuatu benda biasanya berbentuk perhiasan, uang atau apasaja yang diminta oleh calon pangantén perempuan yang harus diserahkan oleh pangantén laki-laki pada pangantén perempuan. Seluruh rangkaian walimahan dipimpin oleh seorang na’ib penghulu dan harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi yang adil. Walimahan dihadiri juga oleh kerabat dan tetangga-tetangga. Istilah untuk orang-orang yang hadir dalam walimahan disebut nungkulan. Walimahan dilaksanakan pada pagi hari atau malam hari sehabis waktu isya’ sekitar jam 20.00 dan biasanya dilaksanakan di rumah keluarga pihak perempuan atau di mesjid. Calon pangantén laki-laki duduk berhadapan dengan wali nikah, Universitas Sumatera Utara sedangkan na’ib dan para saksi berada di sisi lainnya. Hadirin yang ikut nungkulan duduk melingkar. Setelah semua hadir berkumpul ditempat walimahan, na’ib memulai walimahan dengan do’a dan khutbah nikah. Kemudian mempersilahkan wali nikah untuk mengucapkan ijab kabul pada calon pangantén laki-laki. Sambil berjabatan tangan, wali nikah mengucapkan ijab kabul: “Saya nikahkan …nama pangantén perempuan… binti …nama ayahnya… kepada …nama pangantén laki-laki… bin …nama ayahnya… dengan mahar …menyebutkan maharnya… dibayar …tunaihutang”. Kemudian ucapan tersebut dijawab langsung oleh pangantén laki-laki dengan ucapan: “Saya terima nikahnya …nama pangantén perempuan… binti …nama ayahnya… dengan mahar …menyebutkan maharnya… dibayar …tunaihutang”. Gambar 6. Wali sedang melakukan ijab kabul Universitas Sumatera Utara Setelah ijab Kabul selesai, na’ib menanyakan pada saksi apakah ijab kabul tersebut sah atau tidak. Jika ada saksi yang merasa belum sah, maka ijab kabul diulang beberapa kali sampai para saksi menganggapnya sah. Ketika semua saksi bersepakat bahwa ijab kabul tersebut sah, maka secara resmi kedua calon pangantén tersebut telah sah menjadi sepasang suami istri

3.2.7. Upacara Mapag Panganten