Pengaruh Konsumsi Tembakau Kunyah terhadap Kejadian BBLR

telah lanjut usia. Namun akhir-akhir ini tradisi inipun menjadi suatu kebiasaan terutama pada wanita muda usia produktif.

5.2. Pengaruh Konsumsi Tembakau Kunyah terhadap Kejadian BBLR

Brdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini seperti yang terlihat pada tabel 4.17 bahwa ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR 4,2 kali lebih banyak dilahirkan ibu yang mengonsumsi tembakau kunyah 4-5 kali hari dibandingkan dengan ibu yang tidak mengonsumsi tembakau kunyah. Sedangkan ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR 5,8 kali lebih banyak dilahirkan ibu yang mengonsumsi tembakau kunyah 5 kali hari dibandingkan dengan ibu yang tidak mengonsumsi tembakau kunyah. Hasil penelitian yang sama ditemukan oleh Jayant 2011 di India yang menemukan risiko melahirkan bayi BBLR pada ibu hamil yang mengonsumsi tembakau kunyah lebih besar 6,36 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengonsumsi tembakau kunyah. WHO Searo 2004, Pogodina dkk 2009, Bruce 2002, Henrietta dkk 2005, dan Gupta 2004 juga menemukan hal yang sama dengan OR berturut-turut 3,6, 1,28, 2, 2, 2,4. Menurut Pastrakuljic dkk 2000 konsentrasi nikotin pada plasma dan cairan amniotik ibu dapat menyebabkan kejadian BBLR melalui penurununan trasportasi arginin, alanin, penylalanin, dan valin yang akan berkontribusi terhadap hambatan pertumbuhan janin. Nikotin juga mempunyai efek perusak pada aliran darah rahim melalui pelepasan katekolamin dan peningkatan resistensi vaskuler rahim yang menyebabkan penurunan aliran darah rahim Resnik, 1999. Jurnal Development Universitas Sumatera Utara Pharmacology and teraupetics tahun 1985 dalam Roxanne 2010 yang mengukur kadar nikotin dan metabolit utama lain dalam cairan amniotik pada ibu yang terpapar tembakau menyatakan bahwa di dalam plasenta, nikotin merusak dingding plasenta dan mengurangi aliran darah yang akan menyebabkan janin kehilangan zat-zat makanan dan oksigen. Dalam kehilangan oksigen dan zat gizi berat, bayi akan mengalami berat badan lahir rendah dan dalam kondisi tertentu dapat mengakibatkan bayi meninggal. Salah satu zat yang terkadung dalam tembakau kunyah yang dapat meningkatkan risiko kejadian BBLR adalah nikotin. Nikotin merangsang peningkatan tekanan darah dan mengaktifkan trombosit yang menyebabkan timbulnya adhesi trombosit pengumpalan ke dingding pembuluh darah. Nikotin dan bahan lainya dalam tembakau terbukti merusak pembuluh darah endotel dingding dalam pembuluh darah, mempermudah pengumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer Sirajudin dkk, 2011. Nikotin juga memacu pengeluaran zat- zat seperti adrenalin, yang merangsang peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin apakah ditemukan dalam rokok sigaret, tembakau kunyah, atau penggunaan tembakau lainya dapat berdampak pada perkembanagna janin dalam kandungan. Kejadian BBLR pada mereka yang mengonsumsi tembakau kunyah di Kecamatan Raya, Purba, Silima Kuta, Pematang Silima Kuta, dan Haranggaol Horizon disebabkan karena tingginya konsumsi tembakau kunyah pada ibu yang melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi tidak BBLR. Universitas Sumatera Utara Gambar berikut ini menjelaskan perbedaan pola konsumsi tembakau kunyah antara ibu yang melahirkan bayi BBLR dan ibu yang melahirkan bayi tidak BBLR. Gambar 5.1. Perbedaan Konsumsi Tembakau Kunyah Antara Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR dan Ibu yang Melahirkan Bayi Tidak BBLR Konsumsi tembakau kunyah pada ibu yang melahirkan bayi BBLR relatif meningkat hingga konsumsi tembakau 5 kali hari dan berbanding terbalik dengan konsumsi tembakau pada ibu yang melahirkan bayi tidak BBLR. Konsumsi tembakau kunyah lebih tinggi pada ibu yang melahirkan bayi BBLR pada pola konsumsi 3-5 kali hari dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi tidak BBLR dan pola ini kembali muncul pada konsumsi tembakau 7-10 kali hari. Perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan risiko antara ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan ibu yang melahirkan bayi tidak BBLR jika kondisi dan faktor lain tidak berbeda. Tembakau kunyah yang digunakan pada umunya di Kabupaten Simalungun adalah jenis tembakau yang berasal dari tanaman masyarakat lokal. Tanaman tembakau ini pada umumnya tidak mendapatkan perawatan seperti tanaman tembakau di daerah perkebunan. Biasanya daun tembakau pada bagian sebelah bawah mempunyai kandungan nikotin yang tinggi dan kegunaanya adalah untuk rokok Universitas Sumatera Utara pusuk. Sedangkan daun yang berada di sebelah atas dan tunas mengandung kandungan nikotin yang lebih rendah dan digunakan untuk tembakau kunyah. Namun bila kita lihat di pasar-pasar tradisionil di Kabupaten Simalungun terdapat dua jenis tembakau yang diperjual belikan yang disebut dengan tembakau suntil dan tembakau rokok rokok pusuk. Tembakau rokok biasaya berwarna coklat kehitaman, sedangkan tembakau suntil berwarna coklat keputihan. Tapi bagi ibu-ibu yang telah lama mengonsumsi tembakau kunyah, tembakau rokok pun sudah sering digunakan sebagai pengganti tembakau suntil. Faktor lain yang juga berkontribusi terhadap kejadian BBLR pada pengguna tembakau kunyah di Kecamatan Raya, Purba, Silima Kuta, Pematang Silima Kuta, dan Haranggaol Horizon adalah cara dan waktu ibu hamil mengonsumsi tembakau. Hal ini dibuktikan sebesar 85,5 ibu yang mengonsumsi tembakau kunyah tidak membuang ludah saat tembakau dimasukan antara bibir dan gusi. Selain itu sekitar 95 pengguna tembakau kunyah mengonsumsi tembakau dengan durasi 30 menit. Hal ini akan menyebabkan konsentrasi nikotin terserap kedalam plasma dengan sempurna. Roxanne 2000 menyatakan bahwa lebih banyak nikotin digunakan akan semakin tinggi risiko bayi mengalami masalah perinatal dan risiko ini akan sangat tergantung pada waktu konsumsi nikotin selama kehamilan. Hal tersebut senanda dengan pendapat Gupta 2004. Nikotin dalam tembakau diserap seluruh lapisan mulut. Tinggi rendahnya konsentrasi nikotin kedalam plasma tergantung pada kuantitas tembakau yang digunakan, durasi konsumsi, karakteristik fisik tembakau mengunyah tembakau, baik dipotong atau tembakau lembab, Universitas Sumatera Utara campuran tembakau, dll, dan bagaimana hal itu digigit atau dipindahkan di sekitar mulut, dan pembuangan ludah. Secara normal jika tembakau dimasukan kedalam mulut akan terasa pahit bila tidak dicampur dengan zat-zat aditif tertentu yang akan merangsang pengguna tembakau kunyah mengeluarkan ludah selama 5 menit pertama. Di India, sangat mudah dijumpai bercak-bercak warna merah di lantai yang merupakan ludah pengguna tembakau kunyah WHO Searo, 2005. Namun di masyarakat lokal terdapat suatu kebiasaan mengonsumsi tembakau kunyah bersama dengan daun sirih, kapur putih, biji pinang, dan gambir. Kebiasaan ini menyebabkan bibir dan lidah kurang peka terhadap berbagai rasa sehingga saat tembakau dimasukan kedalam mulut rasa pahit pada tembakau menjadi tidak terasa. Meskipun tidak diperoleh biomarker untuk paparan nikotin dalam penelitian ini frekuensi menggunakan tembakau kunyah konsisten sebelum dan sesudah penelitian Gambar 3.2. Hal ini juga dapat dilihat dari kategori perasaan ketergantungan bila tidak mengonsumsi tembakau kunyah. Pada ibu yang mengonsumsi tembakau kunyah perasaan ketergantungan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi tembakau kunyah hari. Kategori perasaan ibu yang mengonsumsi tembakau kunyah 1-3 kali hari yang dihitung berdasarkan rata-rata masih sangat rendah. Namun perasaan ketergantungan ini semakin meningkat pada ibu yang mengonsumsi tembakau kunyah 4-5 kali hari hingga mencapai level tertinggi pada ibu yang mengonsumsi tembaku kunyah 5 kali hari untuk semua kategori perasaan ketergantungan bila tidak menggunakan tembakau kunyah. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2. Perasaan Ketergantungan Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR terhadap Tembakau Kunyah Nikotin telah diketahui mempunyai sifat adiktif yang kuat. Ketika tembakau dihisap atau dikunyah sebagian besar nikotin akan masuk ke dalam tubuh dan dosis ini cukup untuk menyebabkan ketergantungan psikologis somatik ringan, sedang , sampai berat Henningfield dan Benowitz, 2004. Penelitian ini juga memperkirakan PAR dari BBLR yang mana adalah upaya pencegahan BBLR sebagai suatu promosi program penghentian konsumsi tembakau kunyah pada ibu hamil dan program pencegahan pada bayi. Lebih lanjut, kebijakan program perlu mempertimbangkan hubungan diantara strategi untuk pencegahan atau penghentian penggunaan tembakau kunyah pada saat pre natal care PNC. Wanita lebih memungkinkan untuk berhenti mengonsumsi tembakau kunyah bila diintervensi pada awal kehamilan.

5.3. Paritas Ibu terhadap Kejadian BBLR