Untuk pemakaian lokal, tembakau kunyah biasanya di buat dari daun tembakau yang diiris setelah daunya tua. Setelah diris dengan halus, tembakau ini
kemudian di keringkan dan di gulung untuk selanjutnya di perdagangkan. Tidak terdapat banyak jenis tembakau kunyah yang diperjualbelikan di Sumatera utara.
Pada umumnya jenis tembakau kunyah ini hanya di bedakan dari rasanya. Rasa tembakau kunyah pada dasarnya tergantung pada campuran zat aditif
tertentu yang dicampurkan dengan tembakau. Campuran zat ini memberikan aroma dan rasa yang berbeda antara satu tembakau dengan tembakau yang lain. Terdapat
beberapa jenis aroma yang ada dalam tembakau seperti original, mint, aroma buah, gum , dan kopi Lyan, 2004. Namun untuk tembakau lokal yang digunakan bersama
sirih sama sekali belum mendapatkan campuran tertentu.
2.2.1. Sejarah Penggunaan Tembakau Kunyah
Penggunaan tembakau kunyah merupakan salah satu cara tertua mengkonsumsi daun tembakau. Tembakau ini pada awalnya paling banyak
digunakan oleh penduduk asli Amerika bagian Utara dan Selatan dan biasanya digunakan untuk proses pengobatan dan sering di campur dengan mineral kapur
CDC, 2010. Bagian selatan Amerika Serikat adalah merupakan daerah khusus yang
memproduksi tembakau di seluruh dunia. Kebanyakan petani menanam tembakau sedikit dan pada umumnya untuk konsumsi sendiri atau menjualnya pada tentangga
mereka. Penjualan komersial dimulai pada abad ke-19-an karna perusahaan rokok meningkat di daerah Selatan Amerika. Beberapa perusahaan terbesar saat itu seperti
Universitas Sumatera Utara
Winston-Salem NC , Durham NC , dan Richmond VA . Pada tahun 1938 RJ Reynolds memasarkan delapan puluh empat merek tembakau kuyah, dua belas merek
rokok tembakau, dan penjualan terlaris adalah merek rokok Camel. Reynolds menjual dalam jumlah besar tembakau kunyah. Pasarnya mencapai puncak sekitar
1910 CDC, 2010. Akhir abad 19, merupakan puncak popularitas tembakau kunyah di Amerika
Serikat bagian Barat. Pada saat inilah muncul sebuah perangkat yang dikenal sebagai tempat ludah yakni alat atau benda yang digunakan untuk menampung ludah bagi
mereka yang menggunakan tembakau kunyah. Perangkat inipun terdapat di tempat pribadi maupun umum misalnya panti dan mobil penumpang . Tujuan dari
pembuatan tempat ludah adalah untuk menyediakan wadah bagi mereka yang menggunakan tembakau secara oral. Ketika popularitas tembakau kunyah menurun,
tempat ludah hanya menjadi sebuah peninggalan sejarah dan jarang terlihat kecuali dalam museum Smith dkk, 2010.
Di Indonesia, sejarah penggunaan tembakau kunyah pada saat ini belum diketahui dengan jelas. Namun demikian hampir semua suku-suku lokal
menggunakan tembakau kunyah bersama dengan sirih. Biasanya memakan sirih dilakukan dalam suatu pesta-pesta adat atau hanya terbatas pada wanita tua. Namun
demikian di daerah-daerah tertentu kebiasaan memakan sirih dan tembakau kunyah ini tidak hanya terjadi pada wanita tua, tetapi wanita mudapun sudah
menggunakanya.
Universitas Sumatera Utara
Diwilayah sumatera Utara, hampir semua suku-suku lokal menggunakan tembakau kunyah. Namun yang paling sering kita liahat pengguaan tembaku ini
berada pada suku Tapanuli, Karo, dan Simalungun. Ketiga suku ini menggunakan temabakau bersama dengan sirih yang sering disebut dengan suntil.
2.2.2. Komposisi Kimia Tembakau