Rata-rata konsumsi tembakau kunyah ibu dalam penelitian ini adalah 5,08 kali hari dengan konsumsi terendah adalah 1 kali dan tertinggi 10 kali tabel 4.3.
Rata-rata konsumsi tembakau kunyah pada ibu yang melahirkan bayi BBLR adalah 6,09 kali, lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi tidak BBLR
yang hanya 3,81 kali dan berbeda bermakna χ
2
= 10,88; p=0,013; p0,05 pada taraf nyata
α= 0,05. Hal ini menunjukan terdapat pengaruh konsumsi tembakau kunyah terhadap kejadian BBLR.
4.6. Analisis Stratifikasi
Analisis stratifikasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel perancu yang dapat mendistorsi pengaruh konsumsi tembakau kunyah terhadap
kejadian BBLR dengan kriteria selection p0,25. Variabel perancu yang akan di analisa pada pengaruh konsumsi tembakau kunyah terhadap kejadian BBLR meliputi
paritas, ANC, masa hamil, dan pendapatan keluarga.
Tabel 4.16.Startifikasi Pengaruh Konsumsi Tembakau Kunyah terhadap Kejadian BBLR dengan Variabel Kontrol ANC, Masa Hamil, Paritas, dan
Sosial Ekonomi Variabel
Konfounding OR Mantel
Heanszel OR Kasar
Keterangan OR
CI OR
CI
ANC Masa Hamil
Paritas Pendapatan Keluarga
5,15 4,74
4,36 4,42
1,84-14,37 1,69-13,26
1,56-12,2 1,66-11,71
4,94 4,94
4,94 4,94
1,83-13,31 1,83-13,31
1,83-13,31 1,83-13,31
Sama Sama
Interction Perancu
Tabel diatas menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara konsumsi temabaku kunyah terhadap kejadian BBLR dengan OR kasar 4,9 CI: 1,83-
Universitas Sumatera Utara
13,31. Hasil analisis stratifikasi menunjukan variabel ANC dan masa hamil bukan merupakan perancu karena mempunyai OR yang sama sebelum dan sesudah
stratifikasi. Sedangkan paritas dan variabel konsumsi tembakau kunyah berinteraksi karena terdapat perbedaan attributable risk yang signifikan dengan nilai p=0,0157
p0,05 dan pendapatan keluarga adalah variabel perancu karena nilai OR sebelum dan sesudah stratifikasi berbeda lebih dari 10.
4.7. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan dengan metode beckward selection dengan menggunakan software Epi-Info versi 3.4.3. Variabel yang dimasukan kedalam
analisis multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai p0,25. Kemudian dilakukan analisis interaksi untuk melihat kelayakan suatu model regresi. Setelah
tahap ini dilakukan, analisis variabel perancu dilanjutkan dan hasil akhir dari analisis dapat dilihat seperti tabel berikut.
Tabel 4.17. Hasil Analisis Regresi Beckward Selection Unconditional Logistic Karakteristik
Odds Ratio
95 C.I.
Coefficient S. E.
Z- Statistic
P- Value
KonsumsiTBK 4-5 Kali
4.2807 1.1286 1.4541
16.2359 0.6802
2.1379 Konsumsi
TBK 5 Kali 0.0325
5.8486 1.7303 1.7662
19.7689 0.6214
2.8423 Paritas
0.0045 2.9219 1.0373
1.0722 8.2306
0.5284 2.0292
Konsumsi TBK 4-5
Paritas 0.0424
20.1143 1.0239 3.0014
395.1340 1.5193
1.9755 Konsumsi
0.0482 14.1429 1.1526
2.6492 173.5325
1.2792 2.0710 0.0384
Universitas Sumatera Utara
TBK = Tembakau Kunyah ; Likelihood ratio = 12,25 ; p=0,006
Dari tabel diatas dapat dilihat secara individual terdapat pengaruh konsumsi tembakau kunyah 4-5 kali hari terhadap kejadian BBLR dengan OR 4,2; CI 1,12-
16,23 dan p=0,03 pada taraf nyata α=0,05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
pengaruh yang bermakna p0,05 antara penggunaan tembakau kunyah 4-5 kali hari terhadap kejadian BBLR. Ini tidak lain adalah ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR
4,2 kali lebih banyak dilhirkan ibu yang mengonsumsi tembakau kunyah 4-5 kali hari dibandingkan dengan ibu yang tidak mengonsumsi tembakau kunyah
Hasil penenelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh konsumsi tembakau kunyah 5 kali hari terhadap kejadian BBLR dengan OR= 5,8; CI1,17-
19,76 dan p=0,04 pada taraf nyata α= 0,05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
pengaruh yang bermakna p0,05 antara konsumsi tembakau kunyah 5 kali hari terhadap kejadian BBLR. Ini berarti bahwa ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR
5,8 kali lebih banyak dilahirkan ibu yang mengonsumsi tembakau kunyah 5 kali hari dibandingkan dengan ibu yang tidak mengonsumsi tembakau kunyah. Sedangkan
variabel konsumsi tembakau kunyah 1-3 kali hari tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian BBLR.
Selanjutnya hasil penelitian ini menujukan terdapat pengaruh paritas ibu terhadap kejadian BBLR dengan OR = 2,92; CI 1,03-8,32 dan p=0,04. Hal ini
TBK 5 Paritas
CONSTANTA -1.6088 0.5816 -2.7662 0.0057
Universitas Sumatera Utara
menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna p0,05 antara paritas terhadap kejadian BBLR. Ini juga berarti ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR 2,92
kali lebih banyak dilahirkan dari ibu paritas pertama dibandingkan dengan ibu dengan paritas kedua atau lebih.
Selanjutnya secara bersama-sama variabel konsumsi tembakau kunyah 4-5 kali per hari, 5 kali per hari, dan paritas mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kejadian BBLR dengan likelihood ratio = 12,25 dan p=0,006 pada taraf nyata
α=0,05. Ini berarti bahwa secara bersama-sama ibu hamil dengan konsumsi tembakau kunyah 4-5 kali hari, 5 kali hari, dan paritas berpengaruh terhadap
kejadian BBLR dan pengaruh ini di dominasi oleh penggunaan tembakau kunyah 5 kali hari.
Interaksi biologis antara konsumsi tembakau kunyah 4-5 kali hari dan 5 kali hari dengan paritas ditemukan bermakna dalam penelitian ini p=0,04 p0,05
dan p=0,03 p0,05. Hal ini menunjukan bahwa dengan kehadiaran faktor resiko konsumsi tembakau kunyah 4-5 kali hari dengan paritas pertama secara bersama-
sama akan menyebabkan peningkatan risiko terhadap kejadian BBLR. Sehingga nilai Relative Excess Risk due to Interaction RERI dapat ditentukan Rothman, 1986.
Untuk konsumsi tembakau kunyah 4-5 kali hari Refrensi = 1 tidak ada resiko 0,0
OR
10
OR = OR konsumsi tembakau 4-5 kali hari
01
= OR paritas
Universitas Sumatera Utara
OR
11
= OR konsumsi tembakau 4-5 kali hari OR paritas
Interaksi biologis:
RERI 0 interaksi positif atau sinergi RERI = 0 tidak ada interaksi
RERI 0 interaksi negative atau antagonis RERI = OR
11
– OR
10
– OR
01
= 20,14 - 5,28 - 2,92 + 1 + 1
= 12,94 interaksi positif Jika tidak ada interaksi RERI = 0 maka
OR
11
= OR
10
+ OR
01
= 4,28 + 2,92 - 1 - 1
= 6,2 Jadi peningkatan risiko adalah 20,14-6,2=13,94 13,9420,14100 = 69,21
Jadi ketika faktor risiko konsumsi tembakau kunyah 4-5 kali hari dan paritas pertama ada sebagai faktor risiko bersama maka kejadian BBLR akan meningkat
sebesar 69,21 dibandingkan dengan kedua faktor risiko independen. Interaksi konsumsi tembakau 5 kali hari dengan paritas
RERI = OR
11
-OR
10
-OR
01
+1 OR
1
reff
OR
01
1 OR
10
OR
11
OR 1
1 2,9
1 4,2
20,1
Universitas Sumatera Utara
=14,14-5,84-2,92+1 = 6,38 interaksi positif
Jika tidak ada interaksi RERI = 0 maka: OR
11
= OR
10
+OR
01
=5,84+2,29-1 -1
=7,13 Jadi, peningkatan risiko adalah 14,14-7,13=7,01 7,0114,14100 = 49,5. Ini
berarti bahwa ketika konsumsi tembakau kunyah 5 kali hari dengan paritas hadir sebagai faktor risiko bersama maka kejadian BBLR akan bertambah sebesar 49,5
dibandingkan dengan kedua faktor risiko independen. Dari hasil analisa regresi nilai konstatnta adalah bermakna p=0,005 p0,05
pada taraf nyata α=0,05 Hal ini menunjukan bahwa konstanta sangat baik untuk memprediksi model. Sehingga model terbaik persamaan regresi dapat dibentuk
dengan � = �� + �
−�
dimana,
y = -1,60 + 1,45 konsumsi tembakau 4-5 kali hari + 1,76 konsumsi tembakau 5 kali hari + 1,07 paritas + 3,0 konsumsi tembakau 4-5 kali hariparitas + 2,64
konsumsi tembakau 5 kali hariparitas
Persamaan ini dapat di iterpretasikan sebagai berikut: Jika seorang ibu mengonsumsi tembakau kunyah 5 kali hari dan paritas pertama, maka peluang
untuk melahirkan bayi BBLR adalah:
Universitas Sumatera Utara
y = -1,60 + 1,45 0 + 1,76 1 + 1,071 + 30 +2,641 y = 3,87
maka : � = 11 + 2,71
−3,87
P = 1 1 + 0,016 P = 1 1,016
P = 0,98 Ini berarti melalui model ini jika seorang ibu hamil mengonsumsi tembakau
kunyah 5 kali hari, pada kehamilan anak pertama maka peluang terjadinya BBLR adalah 98.
Hasil penelitian ini juga menunjukan seberapa besarkah populasi dapat dicegah bila konsumsi tembakau kunyah dihilangkan dapat dilihat dari population
attributable risk proportion PAR sebesar 0,624. Bila konsumsi tembakau kunyah 5 kali hari di hilangkan maka sebanyak 62,4 populasi dapat di cegah terhadap
kejadian BBLR.
4.8. Keterbatasan Penelitian