Komunikasi Kelompok 1. Pengertian Komunikasi Kelompok

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi Kelompok II.1.1. Pengertian Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Akan tetapi, kalau dinamika-dinamika kelompok merupakan suatu studi tentang berbagai aspek tingkah laku kelompok, maka komunikasi kelompok yang memusatkan perhatiannya pada proses komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil Goldberg, 1985 : 7. Perhatian para ahli komunikasi kelompok terdahulu terhadap teori sangatlah kecil. Walaupun sebagian besar dari mereka mengetahui bahwa teori yang mutlak diperlukan bagi pertumbuhan suatu disiplin ilmu, pengajar komunikasi kelompok terdahulu lebih mengutamakan segi penerapannya. Mereka hanya berusaha mencariatau mengembangkan prinsip tentang suatu diskusi yang baik, prinsip-prinsip yang akan menjadi patokan atau petunjuk bagi pengajar, pelatih, atau anggota-anggota kelompok diskusi dalam meningkatkan keterampilan diskusi Goldberg, 1985 : 47- 48. Para psikologi Sosial juga mengenal mode. Pada tahun 1960-an, tema utama mereka adalah persepsi sosial. Pada dasawarsa berikutnya, tema ini memudar. Studi tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami pasang surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar pada dasawarsa berikutnya, dan populer lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi kelompok. Pada tahun 1940-an, ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setalah perang, Universitas Sumatera Utara perhatian beralih pada individu, dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok, dan seperti diramalkan Steiner 1974 menjadi dominan pada pertengahan 1980-an. Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada prilaku kita. Para ahli psikologi juga ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Di sisni, kita akan menjelaskan empat dikotomi, yaitu : 1. Kelompok Primer dan Skunder, 2. Ingroup dan Outgroup, 3. Kelompok Rujukan dan Keanggotaan, dan 4. Kelompok Deskriptif dan kelompok Prespektif Rakhmat, 2001 : 141-147. II.I.2. Proses-Proses Komunikasi Kelompok Apa yang akan terjadi bila individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil? Jawaban terhadap pertanyaan ini hampir tidak ada batasnya. Apabila sejumlah pengalaman yang kita miliki masih belum mampu menghasilkan beberapa jawaban bagi pertanyaan yang dikemukakan di atas, pastinya ada alasan-alasan yang masuk akal. Sebagai salah alasan, karena banyak kejadian timbul pada saat Universitas Sumatera Utara bersamaan,sehingga sulit bagi seorang yang berpartisipasi dalam suatu sung begitu cepat serta saling berkait dan bertumpang tindih. Alasan lain ialah kemungkinan anda belum dilengkapi dengan konsep-konsepuntuk mengartikan setiap gejala yang ada, atau mungkin ada belum dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan konseptual yang memungkinkan anda melihat keseluruhan proses melalui sebagian komponen yang ada. Oleh karena itu, strategi kita dalam ini harus mencakup dua segi, yaitu : 1. Kita harus mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan mudah dimengerti dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara simultan dalam komunikasi kelompok. 2. Kita harus menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan kita mengorganisir pengamatan. Dalam suatu penyelidikan lain, Scheidel dan Crowell memberi perhatian khusus pada kejadian-kejadian umpan balik feedback events yang terjadi dalam diskusi kelompok kecil. Dengan mengartikan kejadian-kejadian umpan balik sebagai “kejadian di mana komentar yang dilontarkan salah satu peserta X setelah didikuti oleh komentar yang dilontarkan peserta lain Y, kemudian langsung diikuti lagi oleh komentar peserta pertama X,” Peneliti-peneliti ini mendapatkan bahwa lebih kurang sepertiga dari keseluruhan interaksi terdidri dari kegiatan umpan balik. Pada saat terjadinya umpan balik, prosesnya ditandai oleh komentar tetapi tanda persetujuan atau komentar yang di arahkan pada aspek yang tidak terlalu penting akan isi diskusi. Proses umpan balik seolah-olah tidak mendorong anggota untuk merubah tujuan atau memperbaiki cara berpikir maupun melahirkan ide-ide. Beberapa penjelasan tentang penelitian hubungan contiguity research kiranya perlu dikemukakan pada titik ini. Universitas Sumatera Utara 1. Orientasi peneliti hubungan adalah menguraikan proses komunikasi kelompok dengan cara mengkategorikan pernyataan atau ucapan-ucapan anggota kelompok ke dalam berbagai “kelas” atau “tipe.” Pola hubungan yang berkaitan di antara berbagai kelas serta ucapan verbal kemudian dianalisis. 2. Gambaran yang secara random dan tidak dapat diduga dari proses komunikasi kelompok yang timbul dalam penelitian hubungan tidak akan selalu cocok dengan penelitian yang telah menganut orientasi atau tingkatan analisis yang berbeda. 3. Tentang penelitian hubungan ialah walaupun ada kemungkinan bahwa kelas- kelas atau kategori-kategori ucapan anggota kelompok tidak berhubungan secara sistematis satu sama lain, paling tidak proses komunikasi kelompok agak lebih sistematis dan lebih dapat diperkirakan apabila seseorang merubah tingkatan analisisnya untuk memusatkan perhatian pada fase-fase yang dilalui kelompok dalam mendiskusikan suatu masalah Goldberg, 1985 : 20-25. II.I.3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok II.I.3.1. Komunikasi Kelompok Deskriptif Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa para ahli komunikasi kelompok menunjukkan tiga kategori kelompok yang besar, yaitu : kelompok tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar. Untuk setiap kategori kelompok terdapat beberapa model yang melukiskan tahapan perkembangan proses kelompok. Untuk sekedar memperkenalkan, kita hanya akan mengmbil sebuah model untuk setiap kelompok. Universitas Sumatera Utara

1. Kelompok Tugas : Model Fisher

Aubrey Fisher meneliti tindak komunikasi kelompok tugas, dan menemukan bahwa kelompok melewati empat tahap :orientasi, konflik, pemunculan, dan peneguhan. Pada tahap pertama, setiap anggota berusaha saling mengenal, saling menangkap perasaan yang lain, mencoba menemukan peranan dan status. Ini adalah tahap pemetaan masalah. Pada tahap kedua, konflik terjadi peningkatan perbedaan di antara anggota Masing-masing berusaha mempertahankan posisinya. Terjadinya polarisasi dan kontraversi di antara anggota kelompok. Tindak komunikasi pada pendirian masing-masin, dan biasanya menghubungkan diri dengan pihak yang pro atau kontra. Pada tahap ketiga, pemunculan emergence orang yang negurangi tingkat polarisasi dan perbedaan pendapat. Di sini, anggota yang menentang usulan tertentu menjadi bersikap tidak jelas. Tindak komunikasi umumnya berupa ususlan- usulan yang ambigu. Pada tahap keempat, Peneguhan para anggota memperteguh konsensus kelompok. Mereka mulai memeberikan komentar tentang kerja sama yang baik dalam kelompok dan memeperkuat keputusan yang diambil oleh kelompok. Pernyataan umumnya bersifat positif dan melepaskan ketegangan.

2. Kelompok Pertemuan : Model Bennis dan Shepherd

Pada tahun 1946 Kurt Lewin secara tidak sengaja menemukan dasar-dasar yang merintis munculnya kelompok sensitivitas. Pada tahun 1960-an muncul kelompok pertemuan untuk pengembangan diri. Pada tahun 1970-an para peneliti menemukan bahwa kelompok pertemuan bukan saja dapat membantu pertumbuhan diri, tetapi juga memepercepat penghancuran diri. Beberapa peneliti mencatat adanya kerusakan psikis akibat kepemimpinan kelompok yang merusak. Seperti kita ketahui. Orang memasuki kelompok pertemuan untuk mempelajari diri mereka dan mengetahui bagaimana mereka dipersepsi oleh anggota yang lain. Banyak model yang Universitas Sumatera Utara dikemukakan, tetapi di sini kita akan mengambil model Bennis dan Shepherd, yang uraiannya kita kutip dari Cragan dan Wright 1980. Dalam komunikasi kelompok pertemuan, dan menemukan bahwa kelompok melewati dua tahap, yaitu : a. Kebergantungan pada otoritas b. Kebergantungan satu sama lain

3. Kelompok Pentadar : Model Chesebro, Cragan, dan McCullough

Pada tahun 1960-an di Amerika muncul gerakan emansipasi wanita yang radikal. Mereka membentuk kelompok-kelompok yang menggerakkan kelompok wanita yang menentang masyarakat yang didominasi pria. Diskusi kelompok mereka ikut serta menumbuhkan gerakan Women’s lib. Model mereka ini kemudian digunakan oleh gerakan radikal lainnya. Tahun 1978 dunia dikejutkan dengan bunuh dari masal 900 orang anggota Kuil Rakyat dari pendeta Jimmy Jones. Gerakan ini pun menggunakan komunikasi kelompok untuk menimbulkan kesadaran pada anggota- anggotanya. Pada tahun 1970 James Chesebro, John Cragan, dan Patricia McCullough melakukan studi lapangan di Minnesota tentang gerakan revolusioner kaum homoseksual. Dari penelitian inilah mereka merumuskan empat tahap perkembangna kelompok penyadar, antara lain : a. Kesadaran diri akan identitas baru b. Identitas kelompok melalui polarisasi c. Menegakkan nilai-nilai baru bagi kelompok d. Menghubungkan diri dengan kelompok revolusioner lainnya Universitas Sumatera Utara II.I.3.2. Komunikasi Kelompok Prespektif Berdasarkan uraian di atas, komunikasi kelompok dapat dipergunakan untuk menyelesaikan tugas, memecahkan persoalan, membuat keputusan, atau melahirkan gagaasan kreatif, memebantu petumbuhan kepribadian seperti dalam kelompok pertemuan, atau membangkitkan kesadaran sosial politik. Tidak terlalu salah kalau kita katakan bahwa komunikasi kelompok berfungsi sebagai katup pelepas perasaan tidak enak sampai pembuat gerakan revolusioner, sejak sekadar pengisi waktu sampai basis perubahan sosial. Berbagai komunikasi kelompok ini menurut formatnya dapat diklasifikasikan pada dua kelompok besar : privat dan publik terbatas dan terbuka. Kelompok pertemuan kelompok terapi, kelompok belajar, panitia, konferensi rapat adalah kelompok privat.Panel, wawancara terbuka public interview. Forum, simposium termasuk kelompok publik. Di sini kita akan mempergunakan format diskusi dari Cragan dan Wright 1980 : meja bundar, simposium, diskusi panel, macam-macam forum, kolokuium, dan prosedur parlementer. Dari sini kita menguraikan langkah-langkah rasional yang merupakan sistem agenda pemecahan masalah. Bab ini menjadi sangat lengkap bila kita menguraikan teknik-teknik diskusi; tetapi, ini tampaknya bukan lagi wilayah psikologi komunikasi Rakhmat, 2001 : 175-180. II.2. Komunikasi Penyuluhan II.2.1. Pengertian komunikasi penyuluhan

Dokumen yang terkait

Kehidupan Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong (1970-200)

2 69 90

Sikap Petani Terhadap Berbagai Media Penyuluhan Pertanian (Studi Kasus : Desa Tanjung Rejo, Kec. Perçut Sei Tuan Kab. Deli Serdang)

2 49 89

Sikap Petani Terhadap Materi Dan Media Penyuluhan Pertanian.

37 232 66

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Nilam Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Kasus: Desa Tanjung Meriah Kecamatan STTU Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

6 80 91

Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalibil Khairiyah Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat (1912-1944)

0 31 74

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN (Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

4 25 113

Persepsi dan Pemilihan Petani terhadap Saluran Komunikasi Penyuluhan Mengenai Informasi Pengelolaan Usahatani Padi (Kasus Petani Kabupaten Serang)

0 12 298

Strategi Kebijakan Terkait Pengembangan Informatika Pertanian di Indonesia: e-Petani dan Cyber Extension, Mendekatkan Teknologi dan Informasi Pertanian Kepada Petani

0 0 9

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) SKRIPSI MELFRIANTI ROMAULI 080309006 PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

0 1 13