2.2. Teknologi Pemungutan dan Pengolahan Hasil I. Teknologi Pemungutan Hasil Tingkat Penerimaan Informasi 1. Penjelasan Mengenai Tingkat Penerimaan Informasi

IV. Kebiasaan-kebiasaan Dalam Pengolahan Tanah

Kebiasaan-kebiasaan dalam pengolahan tanah meliputi kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya tidak sakral dan sakral. Yang dimaksud kegiatan tidak sakral, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang tidak mempunyai latar belakang kepercayaan tertentu. Sedang yang dimaksud dengan kebiasaan-kebiasaan sakral adalah kebiasaan- kebiasaan yang mempunyai latar belakang kepercayaan tertentu Abu dkk, 1990 :58- 78.

II.3 2.2. Teknologi Pemungutan dan Pengolahan Hasil I. Teknologi Pemungutan Hasil

1. Alat Pemungutan Hasil di Sawah a. Etem b. Arit c. Giribig d. Bodag e. Dingkul f. Tampir g. Rancatan h. Salang i. Carangka 2. Ketenagaan Dalam Pemungutan Hasil Sawah a. Tenaga Keluarga Dalam Pemungutan Hasil Sawah b. Tenaga Buruh Tani Penuai Padi di Sawah Abu dkk, 1990 : 173. Universitas Sumatera Utara II.4. Divusi Inovasi II.4.1. Pengertian Divusi Inovasi Termasuk dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang baru adalah kegiatan yang dikenal dengan difusi-inovasi. Difusi merupakan suatu bentuk khusus komunikasi. Menurut Rogers dan Shoemaker 1971, studi difusi mengkaji pesan- pesan yang berupa ide-ide ataupun gagasan-gagasan baru. Lalu karena pesan-pesan yang disampaikan itu merupakan hal-hal yang baru, maka dipihak penerima akan timbul suatu derajat resiko tertentu. Hal ini kemudian menyebabkan prilaku yang berbeda karena adanya hal-hal baru tersebut pada penerima pesan, dari pada kalau si penerima berhadapan dengan pesan-pesan biasa yang bukan inovasi. Berlangsunganya suatu perubahan social, diantaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal yang baru tersebut dikenal sebagai inovasi. Masuknya inovasi ke tengah suatu system social terutama karena terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain.Dengan demikian komunikasi merupakan faktor yang penting untuk terjadinya suatu perubahan sosial. Melaui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan, pemahaman, penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.

II.4.2. Unsur-unsur Divusi Inovasi

Menurut Rogers dan Shoemaker 1971 dalam proses penyebarserapan inovasi terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari : 5. Suatu inovasi 6. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu Universitas Sumatera Utara 7. Dalam suatu jangka waktu 8. Di antara para anggota suatu sistem sosial Segala sesuatu ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, adalah inovasi. Baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditentukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. Yang penting, menurut kedua ahli tersebut adalah keberanian subjektif hal yang dimaksud itu merupakan inovasi. Havelock 1973 merumuskan inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya Nasution, 2004 : 125.

II.4.3. Atribut Divusi Inovasi

Dalam pandangan msyarakat yang menjadi klien dalam penyebarluasan inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara-cara baru yang dimaksud, yaitu : 1. Keuntungan-keuntungan relatif relative advantages 2. Keserasian compatibility 3. Kerumitan complexity 4. Dapat dicobakan trialability 5. Dapat dilihat observability Nasution, 2004 : 125. II.5. Agen Perubahan Agent Of Change II.5.1. Pengertian Agen Perubahan Agent Of Change Orang-orang yang melaksanakan tugasnya mewujudkan usaha perubahan sosial tersebut dinamakn agen perubahan. Menurut Rogers dan Shoemaker, agen Universitas Sumatera Utara perubahan adalah adalah petugas profesional yang memperngaruhi putusan inovasi para anggota masyarakat menurut arah diinginkan oleh lembaga perubahan. Jadi semua orang yang bekerja untuk mempelopori, merencanakan dan melaksanakan perubahan sosial adalah termasuk agen-agen perubahan. Dalam rumusan Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi yang berencana. Dalam kenyataan sehari-hari, agen perubahan meliputi sejak mereka yang bekerja sebagai perencanaan pembangunan hingga para penyuluh lapangan pertanian, pamong, guru,dan sebagainya Nasution, 1990 : 37. Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut, orang-orang itu dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent Of Change Agen Perubahan. Siapakah sebenarnya mereka itu? Apakah motivasi yang menyebabkan mereka bersedia dan tertarik untuk mengemban tugas tersebut? Kopetensi apasaja yang dimiliki orang-orang tersebut sehingga mereka berhasil menjalankan tugasnya? Pertanyaan ini akan dijawab melalui beberapa kajian yang menjelaskan masalah agen perubahan dan tugas-tugasnya.

II.5.2. Kualifikasi Agen Perubahan Agent Of Change

Kualifikasi dasar agen perubahan menurut Duncan dan Zaltman merupakan tiga yang utama di antara sekian banyak kompetisi yang mereka miliki, yaitu : 4. Kualifikasi teknis, yakni kopetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan. 5. Kemampuan admisistratif, yaitu persyaratan administrative yang paling dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengolakasikan waktu untuk persoalan- persoalan yang relatif menjelimet detailed. Universitas Sumatera Utara 6. Hubungan antarpribadi, suatu sifatyang paling penting adalah empathi, yaitu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan diri dengan oranglain, berbagi akan perspektif dan perasaan mereka dengan seakan-akan mengalaminya sendiri Nasution, 2004 : 128. Peran yang manifes dari agen peubahan dapat dilihat dalam tiga perspektif, yaitu sebagai penggerak, perantara, dan penyelesai accomplisher. Sebagai penggerak, peranan agen perubahan meliputi fungsi-fungsi fasilitator, penganalisa, dan pengembang kepemimpinan. Hampir semua peranan yang manifes dari agen perubahan yang disebutkan di atas tadi mempunyai pasangan yang bersifat laten. Itu berarti selain fungsi-fungsi yang kelihatan secara nyata, agen perubahan juga memilki fungsi-fungsi yang laten, yaitu : Sebagai penngembang kepemimpinan, seorang agen perubahan secara laten dapat berperan selaku orang yang memobolisir atau orang yang membangkitkan kesadaran. Pemobilisasi melakukan kegaitannya dalam rangka stastus quo. Pemobilisasi berguna dalam menghadapi masyarakat yang stastus quodan dalam menghadapi suatu system yang menjadikan masyarakat hanyalah objek dalam mekanisme jurang kesadaran antara pemimpin dan masyarakat, membantu pengembangan masyarakat belajar mengajardan membangun nilai-nilai melalui hubungan-hubungan yang dipunyainya Nasution, 2004 : 131.

II.5.3. Tugas dari Agen Perubahan Agent Of Change

Menurut Rogers dan Shoemaker setidak-tidaknya ada tujuh tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi yaitu : 8. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melekukan perubahan. Universitas Sumatera Utara 9. Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan change relationship. 10. Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. 11. Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien. 12. Menerjamahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata. 13. Menjaga kstabilan perubahan dan mencegah terjadinya dropout. 14. Mencapai suatu terminal hubungan Nasution, 2004 : 133. II.6. Tingkat Penerimaan Informasi II.6.1. Penjelasan Mengenai Tingkat Penerimaan Informasi Penerimaan terhadap suatu informasi dengan adanya inovasi baru oleh suatu masyarakat tidak terjadi secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang sejak lama telah meanti datangnya inovasi karena sadar akan kebutuhannya. Ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri kanannya dan setelah yakin benar akan keuntungan-keuntungan tertentu yang bakal diperoleh, baru mau menerima inivasi dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak mau menerima suatu inovasi atau ide-ide baru Nasution, 1990 : 17. Rogers dan Shoemaker 1971 mengelompokkan masyarakat penerima menjadi 5 lapisan : 6. Inovator. Yaitu mereka yang sudah pada dasarnya gandrung akan hal-hal baru, dan rajin melakukan percobaan-percobaan. 7. Penerima dini early adopter. Lapisan ini merupakan orang-orang yang berpengaruh, tempat teman-temannya bertanya dan mendapatkan keterangan, serta merupakan orang-orang yang lebih maju disbanding orang sekelilingnya. 8. Mayoritas dini early mayority. Yaitu orang-orang yang menerima suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari rata-rata kebanyakan orang lainnya. Universitas Sumatera Utara 9. Mayoritas belakangan late mayority. Yakni orang-orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang sekelilingnya salah menerima. 10. Laggards. Yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi. Dalam penerimaan informasi terhadap suatu inovasi, biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan yang disebut tahap putusan inovasi, yaitu : 6. Tahap pengetahuan, tahap ini di mana seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi. 7. Tahap bujukan, tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi,apakah ia menyukainya atau tidak. 8. Tahap putusan, tahap di mana seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud. 9. Tahap implementasi, tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya menganai suatu inovasi. 10. Tahap pemastian, tahap seeorang memastikan atau mengkomfirmasikan putusan yang telah diambilnya Nasution, 2004 : 127. II.7. Komunikasi Persuasi II.7.1. Pengertian Komunikasi Persuasi

Dokumen yang terkait

Kehidupan Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong (1970-200)

2 69 90

Sikap Petani Terhadap Berbagai Media Penyuluhan Pertanian (Studi Kasus : Desa Tanjung Rejo, Kec. Perçut Sei Tuan Kab. Deli Serdang)

2 49 89

Sikap Petani Terhadap Materi Dan Media Penyuluhan Pertanian.

37 232 66

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Nilam Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Kasus: Desa Tanjung Meriah Kecamatan STTU Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

6 80 91

Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalibil Khairiyah Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat (1912-1944)

0 31 74

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN (Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

4 25 113

Persepsi dan Pemilihan Petani terhadap Saluran Komunikasi Penyuluhan Mengenai Informasi Pengelolaan Usahatani Padi (Kasus Petani Kabupaten Serang)

0 12 298

Strategi Kebijakan Terkait Pengembangan Informatika Pertanian di Indonesia: e-Petani dan Cyber Extension, Mendekatkan Teknologi dan Informasi Pertanian Kepada Petani

0 0 9

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) SKRIPSI MELFRIANTI ROMAULI 080309006 PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

0 1 13