IV. Kebiasaan-kebiasaan Dalam Pengolahan Tanah
Kebiasaan-kebiasaan dalam pengolahan tanah meliputi kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya tidak sakral dan sakral. Yang dimaksud kegiatan tidak sakral, yaitu
kebiasaan-kebiasaan yang tidak mempunyai latar belakang kepercayaan tertentu. Sedang yang dimaksud dengan kebiasaan-kebiasaan sakral adalah kebiasaan-
kebiasaan yang mempunyai latar belakang kepercayaan tertentu Abu dkk, 1990 :58- 78.
II.3 2.2. Teknologi Pemungutan dan Pengolahan Hasil I. Teknologi Pemungutan Hasil
1. Alat Pemungutan Hasil di Sawah a.
Etem b.
Arit c.
Giribig d.
Bodag e.
Dingkul f.
Tampir g.
Rancatan h.
Salang i.
Carangka 2. Ketenagaan Dalam Pemungutan Hasil Sawah
a. Tenaga Keluarga Dalam Pemungutan Hasil Sawah b. Tenaga Buruh Tani Penuai Padi di Sawah
Abu dkk, 1990 : 173.
Universitas Sumatera Utara
II.4. Divusi Inovasi II.4.1. Pengertian Divusi Inovasi
Termasuk dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang baru adalah kegiatan
yang dikenal dengan difusi-inovasi. Difusi merupakan suatu bentuk khusus komunikasi. Menurut Rogers dan Shoemaker 1971, studi difusi mengkaji pesan-
pesan yang berupa ide-ide ataupun gagasan-gagasan baru. Lalu karena pesan-pesan yang disampaikan itu merupakan hal-hal yang baru, maka dipihak penerima akan
timbul suatu derajat resiko tertentu. Hal ini kemudian menyebabkan prilaku yang berbeda karena adanya hal-hal baru tersebut pada penerima pesan, dari pada kalau si
penerima berhadapan dengan pesan-pesan biasa yang bukan inovasi. Berlangsunganya suatu perubahan social, diantaranya disebabkan
diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal yang baru tersebut dikenal sebagai inovasi.
Masuknya inovasi ke tengah suatu system social terutama karena terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain.Dengan
demikian komunikasi merupakan faktor yang penting untuk terjadinya suatu perubahan sosial. Melaui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan,
pemahaman, penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.
II.4.2. Unsur-unsur Divusi Inovasi
Menurut Rogers dan Shoemaker 1971 dalam proses penyebarserapan inovasi terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari :
5. Suatu inovasi
6. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
Universitas Sumatera Utara
7. Dalam suatu jangka waktu
8. Di antara para anggota suatu sistem sosial
Segala sesuatu ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, adalah inovasi. Baru di sini tidaklah semata-mata dalam
ukuran waktu sejak ditentukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. Yang penting, menurut kedua ahli tersebut adalah keberanian subjektif hal yang
dimaksud itu merupakan inovasi. Havelock 1973 merumuskan inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang
mengalaminya Nasution, 2004 : 125.
II.4.3. Atribut Divusi Inovasi
Dalam pandangan msyarakat yang menjadi klien dalam penyebarluasan inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara-cara baru yang
dimaksud, yaitu : 1.
Keuntungan-keuntungan relatif relative advantages 2.
Keserasian compatibility 3.
Kerumitan complexity 4.
Dapat dicobakan trialability 5.
Dapat dilihat observability Nasution, 2004 : 125.
II.5. Agen Perubahan Agent Of Change II.5.1. Pengertian Agen Perubahan Agent Of Change
Orang-orang yang melaksanakan tugasnya mewujudkan usaha perubahan sosial tersebut dinamakn agen perubahan. Menurut Rogers dan Shoemaker, agen
Universitas Sumatera Utara
perubahan adalah adalah petugas profesional yang memperngaruhi putusan inovasi para anggota masyarakat menurut arah diinginkan oleh lembaga perubahan. Jadi
semua orang yang bekerja untuk mempelopori, merencanakan dan melaksanakan perubahan sosial adalah termasuk agen-agen perubahan. Dalam rumusan Havelock,
agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi yang berencana. Dalam kenyataan sehari-hari, agen perubahan meliputi
sejak mereka yang bekerja sebagai perencanaan pembangunan hingga para penyuluh lapangan pertanian, pamong, guru,dan sebagainya Nasution, 1990 : 37.
Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses
perubahan tersebut, orang-orang itu dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent Of Change Agen Perubahan.
Siapakah sebenarnya mereka itu? Apakah motivasi yang menyebabkan mereka bersedia dan tertarik untuk mengemban tugas tersebut? Kopetensi apasaja yang
dimiliki orang-orang tersebut sehingga mereka berhasil menjalankan tugasnya? Pertanyaan ini akan dijawab melalui beberapa kajian yang menjelaskan masalah agen
perubahan dan tugas-tugasnya.
II.5.2. Kualifikasi Agen Perubahan Agent Of Change
Kualifikasi dasar agen perubahan menurut Duncan dan Zaltman merupakan tiga yang utama di antara sekian banyak kompetisi yang mereka miliki, yaitu :
4. Kualifikasi teknis, yakni kopetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek
perubahan yang bersangkutan. 5.
Kemampuan admisistratif, yaitu persyaratan administrative yang paling dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengolakasikan waktu untuk persoalan-
persoalan yang relatif menjelimet detailed.
Universitas Sumatera Utara
6. Hubungan antarpribadi, suatu sifatyang paling penting adalah empathi, yaitu
kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan diri dengan oranglain, berbagi akan perspektif dan perasaan mereka dengan seakan-akan
mengalaminya sendiri Nasution, 2004 : 128. Peran yang manifes dari agen peubahan dapat dilihat dalam tiga perspektif,
yaitu sebagai penggerak, perantara, dan penyelesai accomplisher. Sebagai penggerak, peranan agen perubahan meliputi fungsi-fungsi fasilitator, penganalisa,
dan pengembang kepemimpinan. Hampir semua peranan yang manifes dari agen perubahan yang disebutkan di
atas tadi mempunyai pasangan yang bersifat laten. Itu berarti selain fungsi-fungsi yang kelihatan secara nyata, agen perubahan juga memilki fungsi-fungsi yang laten,
yaitu : Sebagai penngembang kepemimpinan, seorang agen perubahan secara laten
dapat berperan selaku orang yang memobolisir atau orang yang membangkitkan kesadaran. Pemobilisasi melakukan kegaitannya dalam rangka stastus quo.
Pemobilisasi berguna dalam menghadapi masyarakat yang stastus quodan dalam menghadapi suatu system yang menjadikan masyarakat hanyalah objek dalam
mekanisme jurang kesadaran antara pemimpin dan masyarakat, membantu pengembangan masyarakat belajar mengajardan membangun nilai-nilai melalui
hubungan-hubungan yang dipunyainya Nasution, 2004 : 131.
II.5.3. Tugas dari Agen Perubahan Agent Of Change
Menurut Rogers dan Shoemaker setidak-tidaknya ada tujuh tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi yaitu :
8. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melekukan perubahan.
Universitas Sumatera Utara
9. Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan change relationship.
10. Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
11. Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.
12. Menerjamahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata.
13. Menjaga kstabilan perubahan dan mencegah terjadinya dropout.
14. Mencapai suatu terminal hubungan Nasution, 2004 : 133.
II.6. Tingkat Penerimaan Informasi II.6.1. Penjelasan Mengenai Tingkat Penerimaan Informasi
Penerimaan terhadap suatu informasi dengan adanya inovasi baru oleh suatu masyarakat tidak terjadi secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang
sejak lama telah meanti datangnya inovasi karena sadar akan kebutuhannya. Ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri kanannya dan setelah yakin benar akan
keuntungan-keuntungan tertentu yang bakal diperoleh, baru mau menerima inivasi dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak mau
menerima suatu inovasi atau ide-ide baru Nasution, 1990 : 17. Rogers dan Shoemaker 1971 mengelompokkan masyarakat penerima
menjadi 5 lapisan : 6.
Inovator. Yaitu mereka yang sudah pada dasarnya gandrung akan hal-hal baru, dan rajin melakukan percobaan-percobaan.
7. Penerima dini early adopter. Lapisan ini merupakan orang-orang yang
berpengaruh, tempat teman-temannya bertanya dan mendapatkan keterangan, serta merupakan orang-orang yang lebih maju disbanding orang sekelilingnya.
8. Mayoritas dini early mayority. Yaitu orang-orang yang menerima suatu
inovasi selangkah lebih dahulu dari rata-rata kebanyakan orang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
9. Mayoritas belakangan late mayority. Yakni orang-orang yang baru bersedia
menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang sekelilingnya salah menerima.
10. Laggards. Yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi.
Dalam penerimaan informasi terhadap suatu inovasi, biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan yang disebut tahap putusan inovasi, yaitu :
6. Tahap pengetahuan, tahap ini di mana seseorang sadar, tahu, bahwa ada
sesuatu inovasi. 7.
Tahap bujukan, tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi,apakah
ia menyukainya atau tidak. 8.
Tahap putusan, tahap di mana seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud.
9. Tahap implementasi, tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah
dibuatnya menganai suatu inovasi. 10.
Tahap pemastian, tahap seeorang memastikan atau mengkomfirmasikan putusan yang telah diambilnya Nasution, 2004 : 127.
II.7. Komunikasi Persuasi II.7.1. Pengertian Komunikasi Persuasi