berjenjang disebut Penghulu Balai Raja Kecil Karo dan Penghulu biasa tingkat kampung Desa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Terhadap Tingkat Penerimaan
Informasi Teknologi Pertanian di masyarakat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.”
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut, “Apakah komunikasi penyuluhan
berpengaruh terhadap tingkat penerimaan informasi teknologi pertanian di masyarakat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat ?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti, adapun
pembatasan masalah yang akan ditelti adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian terbatas pada pengaruh penyuluhan pertanian. 2.
Sampel dalam penelitian ini adalah petani di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.
3. Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Juni 2008.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi dalam kegiatan kegiatan penyuluhan pertanian di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani di masyarakat kecamatan
Tanjung Pura kabupaten Langkat tentang teknologi pertanian. 3.
Mengetahui penerimaan informasi teknologi pertanian di kalangan petani di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.
4. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pertanian terhadap tingkat
penerimaan informasi teknologi pertanian di masyarakat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara kritis, hasil penulisan penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan pikiran dan kontribusi kepada mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pengetahuan khususnya dalam ilmu komunikasi dan teknologi.
2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkankepada FISIP USU untuk
menambah dan memperkaya bahan referensi dan bahan penelitian sebagai sumber bacaan.
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan memperluas cakrawala pengetahuan
tentang teori-teori ilmu komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
I.5. Kerangka Teori
Teori menurut Karlinger merupakan himpunan konstruk konsep defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan psistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi dimana variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Rakhmat, 1999 : 6.
Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun
kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas Nawawi, 1995 : 40.
I.5.1. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada
tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Akan tetapi, kalau dinamika-dinamika kelompok merupakan suatu studi tentang berbagai aspek
tingkah laku kelompok, maka komunikasi kelompok yang memusatkan perhatiannya pada proses komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil Goldberg, 1985 : 7.
Perhatian para ahli komunikasi kelompok terdahulu terhadap teori sangatlah kecil. Walaupun sebagian besar dari mereka mengetahui bahwa teori yang mutlak
diperlukan bagi pertumbuhan suatu disiplin ilmu, pengajar komunikasi kelompok terdahulu lebih mengutamakan segi penerapannya. Mereka hanya berusaha
mencariatau mengembangkan prinsip tentang suatu diskusi yang baik, prinsip-prinsip yang akan menjadi patokan atau petunjuk bagi pengajar, pelatih, atau anggota-anggota
kelompok diskusi dalam meningkatkan keterampilan diskusi Goldberg, 1985 : 47- 48.
Universitas Sumatera Utara
Para psikologi Sosial juga mengenal mode. Pada tahun 1960-an, tema utama mereka adalah persepsi sosial. Pada dasawarsa berikutnya, tema ini memudar. Studi
tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami pasang surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar pada dasawarsa berikutnya, dan
populer lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi kelompok. Pada tahun 1940-an, ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setalah perang,
perhatian beralih pada individu, dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok, dan seperti
diramalkan Steiner 1974 menjadi dominan pada pertengahan 1980-an. Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang
efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi
kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran
politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada prilaku kita.
Para ahli psikologi juga ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Di sisni, kita akan menjelaskan empat dikotomi,
yaitu : 1. Kelompok Primer dan Skunder,
2. Ingroup dan Outgroup, 3. Kelompok Rujukan dan Keanggotaan, dan
4. Kelompok Deskriptif dan kelompok Prespektif Rakhmat, 2001 : 141-147.
Universitas Sumatera Utara
I.5.3. Komunikasi Penyuluhan
Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami,meminati, dan kemudian
menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, dalah suatu proses komunikator yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti mana suatu komunikasi
baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang, dan bukan dilakukan secara asal-asalan
saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu disain komunikasi penyuluhan.
Penyuluhan merupakan proses komunikasi. Sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seorang individu komunikator menyampaikan
lambang-lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Akhirnya, penyuluhan boleh ditujukan untuk kegiatan
mempengaruhi orang lain.Tetapi dengan pengenalan yang sangat singkat ini saja sebuah lembaga, kelompok atau pun individu tidak dapat begitu saja dengan mudah
untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Banyak faktor yang mesti diperhatikan dan itu sangat dibutuhkan. Seperti perancang mode misalnya, modal pengetahuan dan
keterampilan mengukur, memotong dan menjahit tidaklah cukup untuk menciptakan sebuah pakaian yang mahal. Sebab, hanya dengan kemampuan membuat kecocokan
ukuran dan potongan serta rapih caranya menjahit si perancang masih belum dapat diperhitungkan. Tapi apa yang harus dipunyai seorang perancang mode agar karyanya
dapat tersohor dan mampu mempengaruhi gaya mode dunia? Salah satu modal yang harus ia miliki adalah kemampuannya mengetahui siapa dan apa kebutuhan
khalayaknya. Penghitungan waktu, suasana dan perubahan musim juga merupakan faktor yang harus ia kuasai.Demikian juga dengan penyuluhan, karena merupakan
Universitas Sumatera Utara
sebuah proses komunikasi maka kegiatan itu harus memperhatikan banyak hal agar dapat sukses dan mencapai sasaran.
Hal utama yang sangat diperhatikan adalah sama dengan si perancang mode, yakni mengenal siapa dan mengetahui apa kebutuhan khalayak. Seperti juga tentara di
medan perang, kalau mereka tidak mengenal medan dan tidak mengetahui siapa dan bagaimana musuhnya si tentara hanya akan memperoleh gelar pahlawan anumerta
tetapi tidak akan memperoleh kemenangan. Pun, setelah mengetahui siapa dan apa kebutuhan khalayak sebuah kegiatan penyuluhan tidak serta merta akan langsung
langgeng dalam pelaksanaannya. Banyak aksesoris yang harus dilengkapi untuk mendekati khalayak itu.
Aksesoris tersebut diperlukan agar proses melakukan perubahan pengetahuan dan kesadaran dapat tercapai. Tetapi ini relatif, karena semua itu tergantung kepada
keterampilan yang melakukan. Seorang penyuluh harus terampil mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan
adalah; komunikasi massa cetak dan elektronik, komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi.
Semua media itu memiliki keunggulan dan kelemahan.Beberapa atau bahkan banyak orang yang bergiat pada masalah-masalah konservasi sumber daya alam masih
memandang kegiatan penyuluhan sebagai sesuatu yang tidak populer. Banyak juga LSM-LSM yang bergerak di bidang konservasi di atas kertas masih mengutamakan
hasil capaiannya pada berapa juta hektar kawasan hutan yang harus dikelola untuk kawasan pelestarian alam atau berapa juta spesies yang harus diselamatkan. Tetapi
jutaan hektar hutan yang harus dikelola dan jutaan spesies yang harus diselamatkan itu tidak pernah dikomunikasikan kepada masyarakat. Sama seperti HPH yang hanya
menjadi milik para pemodal, konservasi pun akhirnya hanya menjadi milik lembaga-
Universitas Sumatera Utara
lembaga dan orang-orang tertentu saja. Masyarakat adalah penonton yang resah dan objek yang empuk. www.conservation.or.id
Melihat bentuk dan tujuannya, maka penyuluhan merupakan wujud konkrit dari apa yang sekarang dikenal dengan sebutan komunikasi pembangunan. Suatu
bidang yang berkembang pesat sejak penghujung decade 60-an.Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu
aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutamaantara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses
perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pencapaian pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan yang berasal
dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima,
dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tersebut. Dalam melakukan penyuluhan, factor penyampaian baca :
pengkomunikasian hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain, yang secara
terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini : 1.
Masalah yang dihadapi 2.
Siapa yang akan disuluh 3.
Apa tujuan objectives yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan 4.
Pendekatan yang dicapai 5.
Pengenbangan pesan 6.
Metoda atau saluran yang digunakan 7.
Sistem evaluasi “telah terpasang” atau built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud Nasution, 1990: 10.
Universitas Sumatera Utara
I.5.4. Teknologi Pertanian
Teknologi Tepat Guna TTG merupakan salah satu bentuk teknologi yang dipakai untuk meningkatkan produk dari usaha kecil menegah, seperti produk yang
bersifat kerakyatan. Bermacam-macam mekanisme difusi telah diterapkan oleh penghasil teknologi kepada masyarakat, tetapi tingkat keberhasilannya masih rendah,
sehingga masih banyak Teknologi Tepat Guna TTG yang dihasilkan tidak dipakai oleh masyarakat alias mubazir. Menyadari hal tersebut di atas, maka tidak berlebihan
apabila proses keputusan mendifusikan TTG bagi masyarakat mendapat ruang kajian yang khusus, sehingga dapat dihindari kemubaziran teknologi tersebut.
Pertanian merupakan sektor yang menunjukkan keberhasilan dalam proses difusi teknologi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya teknologi pertanian yang
digunakan oleh masyrakat. TTG merupakan salah satu bentuk teknologi yang dipakai untuk meningkatkan produk dari usaha kecil dan menengah, bahkan produk yang
bersifat kerakyatan. TTG pada bidang pertanian adalah salah satu contoh dari jenis TTG tersebut, sehingga sudah selayaknya untuk dikembangkan. Hal ini mengingatkan
sektor pertanian masih menduduki tempat strategis untuk mengimbangi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Terlebih hampir seluruh masyarakat Indonesia
menggunakan beras sebagai makanan pokok. Lembaga yang dinilai telah berhasil melakukan proses difusi teknologi tepat guna bidang pertanian tersebut antara lain
adalah instansi pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian dan instansi non- pemerintah, baik industri maupun LSM. Keberhasilan difusi teknologi pertanian di
masyarakat, tidak terlepas dari menisme difusi yang digunakan lembaga pelaku difusi dalam mentransformasikan inovasinya.
www.iptek.net.id
Universitas Sumatera Utara
Sudah menjadi ketetapan masyarakat dan bangsa Indonesia bahwa, untuk terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, diperlukan suatu struktur ekonomi
yang seimbang di mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh.
Pertanian yang tangguh, merupakan system yang selalu dapat meningkatkan daya produksinya di bawah pengaruh lingkungan biofisik tertentu, sehingga dapat
membatasi ketergantungannya yang berlebihan pada pasokan energi komersial. Oleh sebab itu, pertanian yang tangguh harus mampu menerapkan teknologi yang
berwawasan tempat dan waktu, dengan keharusan dapat memanfaatkan secara efektif sumber-sumber energi dan bahan-bahan alamiah seperti sinar matahari, air hujan
langsung, dan mineral-mineral tanah. Dengan kata lain, pertanian tangguh tidak lagi merupakan usaha sederhana yang dapat dilkasanakan semata-mata dengan cara-cara
tradisional atau teknologi konvesional yang statis sebagai ciri dari pertanian subsistem, tetapi harus berubah menjadi pertanian komersial yang bertumpu pada
daya cipta dan pembaharuan yang tergabung di dalam masyarakat industri. Pertanian canggih ialah system pertanian yang bercorak industri dalam hal
pengelolaannya, bersifat dinamik dengan memanfaatkan kemajuan menyeluruh dari ilmu dan teknologi, dan membentuk hubungan yang saling bergantung dengan
industri. Oleh sebab itu, salah satu pertanian canggih ialah pertanian yang menggunakan teknologi canggih, yaitu teknologi produktif inovatif yang berwawasan
tempat dan waktu sesuai dengan perkembangannya. Teknologi canggih pada hakikatnya adalah teknologi yang selalu berkembang,
yaitu teknologi yang selalu dapat : 1.
Mempertinggi produktifitasnya 2.
Memperendah biaya produksinya
Universitas Sumatera Utara
3. Mengurangi atau meniadakan kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh
berbagai gangguan alam fisik maupun biologis 4.
Menyesuaikan diri dengan keadaan tenaga kerja 5.
Meringankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya sukar di laksanakan Mardikanto, 1994: 127.
I.5.5. Divusi Inovasi
Termasuk dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang baru adalah kegiatan
yang dikenal dengan difusi-inovasi. Difusi merupakan suatu bentuk khusus komunikasi. Menurut Rogers dan Shoemaker 1971, studi difusi mengkaji pesan-
pesan yang berupa ide-ide ataupun gagasan-gagasan baru. Lalu karena pesan-pesan yang disampaikan itu merupakan hal-hal yang baru, maka dipihak penerima akan
timbul suatu derajat resiko tertentu. Hal ini kemudian menyebabkan prilaku yang berbeda karena adanya hal-hal baru tersebut pada penerima pesan, dari pada kalau si
penerima berhadapan dengan pesan-pesan biasa yang bukan inovasi. Berlangsunganya suatu perubahan social, diantaranya disebabkan
diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal yang baru tersebut dikenal sebagai inovasi.
Masuknya inovasi ke tengah suatu system social terutama karena terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain.Dengan
demikian komunikasi merupakan faktor yang penting untuk terjadinya suatu perubahan sosial. Melaui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan,
pemahaman, penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rogers dan Shoemaker 1971 dalam proses penyebarserapan inovasi terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari :
1. Suatu inovasi
2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
3. Dalam suatu jangka waktu
4. Di antara para anggota suatu sistem sosial
Segala sesuatu ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, adalah inovasi. Baru di sini tidaklah semata-mata dalam
ukuran waktu sejak ditentukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. Yang penting, menurut kedua ahli tersebut adalah keberanian subjektif hal yang
dimaksud itu merupakan inovasi. Havelock 1973 merumuskan inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang
mengalaminya Nasution, 2004 : 125
I.5.6. Agent Of Change Agen Perubahan
Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses
perubahan tersebut, orang-orang itu dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent Of Change Agen Perubahan.
Siapakah sebenarnya mereka itu? Apakah motivasi yang menyebabkan mereka bersedia dan tertarik untuk mengemban tugas tersebut? Kopetensi apasaja yang
dimiliki orang-orang tersebut sehingga mereka berhasil menjalankan tugasnya? Pertanyaan ini akan dijawab melalui beberapa kajian yang menjelaskan masalah agen
perubahan dan tugas-tugasnya.
Universitas Sumatera Utara
Kualifikasi dasar agen perubahan menurut Duncan dan Zaltman merupakan tiga yang utama di antara sekian banyak kompetisi yang mereka miliki, yaitu :
1. Kualifikasi teknis, yakni kopetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek
perubahan yang bersangkutan. 2.
Kemampuan admisistratif, yaitu persyaratan administrative yang paling dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengolakasikan waktu untuk persoalan-
persoalan yang relatif menjelimet detailed. 3.
Hubungan antarpribadi, suatu sifatyang paling penting adalah empathi, yaitu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan diri dengan oranglain,
berbagi akan perspektif dan perasaan mereka dengan seakan-akan mengalaminya sendiri Nasution, 2004 : 128.
Peran yang manifes dari agen peubahan dapat dilihat dalam tiga perspektif, yaitu sebagai penggerak, perantara, dan penyelesai accomplisher. Sebagai
penggerak, peranan agen perubahan meliputi fungsi-fungsi fasilitator, penganalisa, dan pengembang kepemimpinan.
Hampir semua peranan yang manifes dari agen perubahan yang disebutkan di atas tadi mempunyai pasangan yang bersifat laten. Itu berarti selain fungsi-fungsi
yang kelihatan secara nyata, agen perubahan juga memilki fungsi-fungsi yang laten, yaitu :
Sebagai penngembang kepemimpinan, seorang agen perubahan secara laten dapat berperan selaku orang yang memobolisir atau orang yang membangkitkan
kesadaran. Pemobilisasi melakukan kegaitannya dalam rangka stastus quo. Pemobilisasi berguna dalam menghadapi masyarakat yang stastus quodan dalam
menghadapi suatu system yang menjadikan masyarakat hanyalah objek dalam mekanisme jurang kesadaran antara pemimpin dan masyarakat, membantu
Universitas Sumatera Utara
pengembangan masyarakat belajar mengajardan membangun nilai-nilai melalui hubungan-hubungan yang dipunyainya Nasution, 2004 : 131.
Menurut Rogers dan Shoemaker setidak-tidaknya ada tujuh tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi yaitu :
1. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melekukan perubahan.
2. Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan change relationship.
3. Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
4. Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.
5. Menerjamahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata.
6. Menjaga kstabilan perubahan dan mencegah terjadinya dropout.
7. Mencapai suatu terminal hubungan Nasution, 2004 : 133.
I.5.7. Tingkat Penerimaan Informasi
Penerimaan terhadap suatu informasidengan adanya inovasi baru oleh suatu masyarakat tidak terjadi secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang
sejak lama telah meanti datangnya inovasi karena sadar akan kebutuhannya. Ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri kanannya dan setelah yakin benar akan
keuntungan-keuntungan tertentu yang bakal diperoleh, baru mau menerima inivasi dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak mau
menerima suatu inovasi atau ide-ide baru Nasution, 1990 : 17. Rogers dan Shoemaker 1971 mengelompokkan masyarakat penerima
menjadi 5 lapisan : 1.
Inovator. Yaitu mereka yang sudah pada dasarnya gandrung akan hal-hal baru, dan rajin melakukan percobaan-percobaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Penerima dini early adopter. Lapisan ini merupakan orang-orang yang
berpengaruh, tempat teman-temannya bertanya dan mendapatkan keterangan, serta merupakan orang-orang yang lebih maju disbanding orang sekelilingnya.
3. Mayoritas dini early mayority. Yaitu orang-orang yang menerima suatu
inovasi selangkah lebih dahulu dari rata-rata kebanyakan orang lainnya. 4.
Mayoritas belakangan late mayority. Yakni orang-orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang
sekelilingnya salah menerima. 5.
Laggards. Yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi. Dalam penerimaan suatu informasi terhadap suatu inovasi, biasanya seseorang
melalui sejumlah tahapan yang disebut tahap putusan inovasi, yaitu : 1.
Tahap pengetahuan, tahap ini di mana seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi.
2. Tahap bujukan, tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau
sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi,apakah ia menyukainya atau tidak.
3. Tahap putusan, tahap di mana seseorang membuat putusan apakah menerima
atau menolak inovasi yang dimaksud. 4.
Tahap implementasi, tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya menganai suatu inovasi.
5.
Tahap pemastian, tahap seeorang memastikan atau mengkomfirmasikan
putusan yang telah diambilnya Nasution, 2004 : 127.
Universitas Sumatera Utara
1.5.8. Komunikasi Persuasi
Persuasi merupakan bagian dari kehidupan kita setiap hari, maka usaha memahami dan menguasai persuasi baik teoritis maupun praktis agaknya merupakan
kebutuhan yang tidak bisa ditunda. Defenisi persuasi menurut :
1. Ronald L. Applbaum dan Karl W.E. Anatol
Persuasi adalah proses komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan sengaja atau tidak sengaja melalui cara verbal dan
nonverbal untuk memeperoleh respons tertentu dari individu atau kelompok lain.
2. Winston Bremberk dan William Howell
Mendefenisiskan persussi sebagai usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif-motif orang ke arah tujuan yang sudah
ditetapkan. Dari beberapa defenisi yang dikutip di atas, tampaknya terdapat dua orientasi
paradigmatis yang cukup menonjol diamati : a.
Ada rumusan-rumusan persuasi yang menitikberatkan pada orientasi sumber atau persuader. Orientasi paradigmatis ini memandang proses
persuasi sebagai sesuatu yang linier dan satu arah. Kecenderungan orientasi ini melihat khalayak yang dipersuasi Persuadee sebagai
benda yang tak berdaya, atau pasif, yang siap menerima manipulasi peran dari pada pembujuk, tanpa melibatkan konteks, dinamika, dan
umpan balik penerima pesan. b.
Cenderung melihat persuasi sebagai hasil dinamika aktif dari sumber pesan dan penerima pesan. Komunikasi tidak dipandang sebagai pesan
dan penerima pesan. Komunikasi tidak dipandang sebagai sesuatu yang linier, tetapi bersifat circular, yang sangat memperhatikan umpan
Universitas Sumatera Utara
balik, konteks, dan aktivitas si penerima pesan. Antara pemberi pesan dan penerima pesan terjadi proses saling memepengaruhi melalui
interaksi dan interellasi antarsesama Irianta, 1994 : V-VI.
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat
mengantar penelitian pada rumusan hipotesa Nawawi, 1995 : 33. Konsep adalah penggambara secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yaksi
istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial.
Dengan demikian, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa, yang sebenarnya merupakan jawaban
sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi
variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas X
Variabel bebas merupakan segala factor atau unsur yang menetukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat. Tanpa
variabel ini maka variabel berubah, sebagai akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain sama sekali tidak muncul Nawawi, 1995 : 57.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Komunikasi Penyuluhan.”
Universitas Sumatera Utara
b. Variabel Terikat Y