Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal tersebut berpengaruh pula pada kemajuan teknologi pertanian baik untuk pembangunan desa ataupun pada pembangunan masyarakat itu sendiri. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya sekedar membawa dampak yang kecil bagi masyarakat. Revolusi informasi dan komunikasi telah melahirkan peradaban baru sehingga memudahkan manusia untuk saling berhubungan satu sama lain. Kemajuan teknologi dan informasi ini juga mampu mengatasi jarak ruang dan waktu. Sadar atau tidak, saat ini kita memang telah berada dalam suatu lingkungan atau lingkaran yang sarat akan informasi dan komunikasi. Pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi yang ditandai dengan kehadiran sejumlah piranti komunikasi mutakhir telah memberikan sebagai kemudahan bagi manusia dalam melakukan berbagai aktifitasnya. Setiap orang dapat menolah, memproduksi serta mengirimkan maupun menerima segala bentuk pesan komunikasi di mana saja dan kapan saja tanpa harus terikat ruang dan waktu. Salah satu buah dari perkembangan teknologi ini adalah seberapa besra tingkat peneriamaan informasi teknologi pertanian di dalam komunikasi penyuluhan ataupun Penyuluhan Pembangunan PP. Seorang Penyuluh Pembangunan PP dalam menghasilkan upaya skill dalam melaksanakan Penyuluhan Pembangunan Masyarakat Desa Penyuluhan PMD mempunyai tugas yang berat.Tujuan pelaksanaan tugas PP umumnya adalah untuk Universitas Sumatera Utara menaikkan kesejahteraan masyarakat desa dan tujuan tersebut paling sedikit mencakup dua hal pokok yaitu : 1. Menyangkut objek dari pembangunan yang sifatnya sering sektoral penyuluhan kesehatan objeknya adalah kesehatan, penyuluhan pertanian objeknya adalah pertanian. 2. Menyangkut perubahan prilaku dari orang-orang yang disuluh. Untuk mencapai tujuan tersebut tentulah perlu pemanfaatan secara efektif dan efisien sumberdaya termasuk sumberdana yang umumnya terbatas di desa. Strategi komunikasi yang tepat akan dapat menjadi landasan operasional dalam pemanfaatan sumberdaya secara efektif dan efisien. Bagaimanakan strategi kumunikasi yang tepat tersebut? Itulah salah satu pertanyaan mendasar yang ingin dibahas dalam permasalahan ini. Namun terlebih dahuluakan dijelaskan mengenai apa dan bagaimana penyuluhan PMD dan Penyuluhan Pembangunan PP peran dan masalah yang dihadapinya. Dengan mengetahui misi yang diembannya dan mengenal diri sendiri Penyuluhan Pembangunan diharapkan menjadi terampil mengenalkan ide-ide baru atau inovasi pada masyarakat desa. Defensisi komunikasi yang dianut adalah defenisi yang sederhana sebagaimana di kemukakan oleh Soreno dan Mortensen 1970 yaitu : “Sebagai satu proses di mana si pengirim sender dan si penerima receiver dari pesan melaksanakan interaksi dalam konteks social tertentu.” Penyuluh Pembangunan merupakan si pengirim pesan dan masyarakat desan sebagai penerima. Penyuluh PMD sebagai kegiatan yang dilaksanakan penyuluhan pembangunan tidaklah terlepas dari hakikat ilmu pembangunan penyuluhan itu sendiri yaitu sebagaimana didefenisikan oleh Margono Slamet Hubeis dkk, 1992. “Ilmu Universitas Sumatera Utara penyuluhan pembangunan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana pola prilaku pembangunan manusia prmbangunan terbentuk, bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan lama dan menggantinya dengan perilaku baru yang berakibat kualitas kehidupan orang yang bersangkuan menjadi lebih baik. Pembanguna masyarakat desa Community Development dapat dilihat dari berbagai cara pandang, antara lain Sanders 1958 mengemukakan empat cara pandang, yaitu pembangunan masyarakat desa sebagai proses, metode, program, dan sebagai gerakan. 1. Sebagai proses adalah dengan penekanan kepada apa yang terjadi terhadap masyarakat secara social dan psikologis. 2. Sebagai metode adalah mencakup proses dan tujuan dengan penekanan beberapa tujuan akhir. 3. Sebagai program adalah mencakup metode dan isi dengan penekanan kepada aktifitas. 4. Sebagai gerakan adalah mencakup program dan dinamika emosional dengan penekanan mengenal ide dari pembangunan masyarakay desa. Penyuluhan pertanian dilaksanakan guna meningkatkan pembangunan, melalui aktifitas peyuluhan pembangunan yang jumlahnya jutaan orang dengan nama atau panggilan yang bermacam-macam seperti: peyuluhan lapangan, juru penerang, penyuluh pertanian, penyuluh KB, dan lain-lain. Dan ada pula yang menyebut penyulug pembangunan sebagai agen perubahan agent of change atau agen pembangunan agent of development. Pada umumnya kebanyakan penyuluhan pembangunan tersebut telah pernah memperoleh latihan secara teknis mengenai objek pembangunan yang menjadi tujuan pembangunan yang Universitas Sumatera Utara direncanakan. Mangun Wijaya 1979 : 52 pernah mengatakan bahwa, di dalam setiap pembangunan masyarakat , tidak mungkin menolak teknologi, sebab teknologi memiliki hubungan erat dengan sains dan tidak dapat lepas dari struktur-struktur yang ada dalam masyarakat. Pengertian tentang teknologi itu sendiri, bukanlah sekedar alat atau benda material yang hanya digunakan. Untuk jangka waktu tertentu saja, melainkan merupakan seluruh perangkat ide, metode, teknik, maupun segala upaya atau kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Teknologi adalah hasil penerapan sistematik dari sains dan merupakan himpunan rasionalitas insani untuk memanfaatkan lingkungan hidup dan mengendalikan gejala-gejala di dalam proses produktif dan ekonomis. Sejalan dengan pengertian yang diberikan terhadap teknologi tersebut, Hayani dan Rutan 1985 : 73 mengemukakan adanya teori perubahan teknologi di dalam pembangunan pertanian. Perubahan teknologi atau penerapan teknologi “baru” disini, dimaksudkan untuk meningkatkan efisien usaha, serta untuk menaikkan nilai tambah, dan produktif yang dihasilkan. Oleh karena itu, tepatlah jika dalam mencanangkan pembangunan bahwa salah satu syarat mutlak dari pembangunan pertanian adalah adanya teknologi usaha tani yang senantiasa berubah. Berlandaskan pada dalil, sepanjang perjalanan sejarah pembangunan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia khususnya sejak era pemerintahan orde baru senantiasa diupayakan adanya perubahan-perubahan teknologi dalam usaha tani, baik teknologi pra panen maupun teknologi pasca panen. Dalam forum symposium pola pembangunan pertanian yang diselenggarakan oleh PARHEPI pernah mengungkapkan bahwa masalah penting yang sering dikemukakan dalam pembangunan pertanian sampai seberapa jauh teknologi baru Universitas Sumatera Utara yang telah berhasil menaikkan volume produksi itu benar-benar dapat menaikkan pendapatan petani dan memperluas kerja Mardikanto, 1994 : 68. Upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani yang ingin dicapai melaui pembangunan pertanian harus selalu memperhatikan pelestarian Sumber Daya Alam SDA melalui kegiatan konservasi lahan dan memperhatikan sifat-sifat perkembangan tanaman dan hewan yang diusahakan. Pengalaman menunjukkan bahwa setiap inovasi teknologi baru yang ingin diterapkan sebagai upaya perubahan teknologi selalu diikuti dengan konsekuensi pembiayaan yang relative lebih mahal jika dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada sebelumnya. Hal ini nampak pada upaya penggunaan benih unggul bersertifikat, penggunaan pupuk buatan, dan penggunaan berbagai pestisida “baru” maupun alat- alat atau mesin pertanian. Dilain pihak, setiap inovasi teknologi baru seringkali masih mengandung ketidakpastian, baik ketidakpastian secara teknis kenaikkan hasil yang akan dicapai, ketidakpastian ekonomis kenaikkan harga jual dari produk yang dihasilkan serta tingkat keuntungan yang akan diperoleh dibanding dengan penerapan teknologi lama, maupun ketidakpastian sosio koltural dan kebijaksanaan pemerintah. Pelayanan public merupakan masalah yang actual untuk dicermati dan memiliki relevansi yang kuat dengan pelayanan prima. Aparatur pemerintah sebagai paradigma baru di era reformasi dan otonomi daerah saat ini. Dalam konteks tersebut, bahwa Undang-Undang no.32 tahun 2004 merupakan pengganti UU no. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah, maka secara otomatis Undang-Undang yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang n0.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Sebagai konsekwensi dari UU tersebut, pemerintah juga sudah mengeluarkan UU no. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Universitas Sumatera Utara Daerah. Juga lahirnay Kepmendagri no. 13 Tahun 2006 bahwa Kantor Kecamata merupakan Satuan Kerja Perangkat Desa SKPD. Sebagai akibat reposisi dan perubahan tersebut, adanya penyesuaian dalam organisasi dan tata kerja, koordinasi dan hubungan kerja, serta kewenangan dan tanggung jawab. Dalam kondisi seperti ini sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD, Kantor Camat siap menerima segala kebijakan pemerintah atasan, karena kita selalu memahami segala bentuk perubahan, yang selama ini agen perubahan agent of change, menjadi Pelayanan masyarakat Public Servant. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Daerah tingkat II Kabupaten Langkat masih bersatatus Assisten Keresidenan dan Kesultanan Raja. Assisten Resuden dijabat seorang Assisten Residen Ass. Res yaitu Mr. Morrey berkedudukaan di Binjai, kekuasaanya hanya sekedar mendampingi Sultan Langkat yang berkuasa penuh terhadap penduduk asli pribumi berkedudukan di Tanjung Pura. Pada masa itu tercatat ada 3 tiga sultan yang pernah memegang kekuasaan yaitu : 1. Sultan pertama adalah sultan Musa Abdul Jalil Rahmatsyah Sultan Musa Al Hajj 2. Sultan kedua adalah sultan Abdul Aziz 3. Sultan ketiga adalah Sultan Mahmud Pada waktu Sultan abdul Aziz berkuasa, kedudukan Ass. Res berada di Tanjung Pura, namun pada Sultan Mahmud kedudukannya di Binjai. Adapun jenjang pemerintahan pada waktu itu adalah di bawah “Kesultanan dan Ass. Res” di sebut “Luhak” di pimpin seorang “Pangeran” sedangkan di bawah Luhak disebut “Kejuruan” Raja Kecil dipimpin seorang “Datok” selanjutnya di bawah Kejuruan disebut “Distrik” dipimpin oleh seorang Kepala “Distrik” dan di bawah distrik secara Universitas Sumatera Utara berjenjang disebut Penghulu Balai Raja Kecil Karo dan Penghulu biasa tingkat kampung Desa. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Terhadap Tingkat Penerimaan Informasi Teknologi Pertanian di masyarakat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.”

I.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Kehidupan Petani Padi Sawah Tadah Hujan di Desa Tanjung Leidong (1970-200)

2 69 90

Sikap Petani Terhadap Berbagai Media Penyuluhan Pertanian (Studi Kasus : Desa Tanjung Rejo, Kec. Perçut Sei Tuan Kab. Deli Serdang)

2 49 89

Sikap Petani Terhadap Materi Dan Media Penyuluhan Pertanian.

37 232 66

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Nilam Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Kasus: Desa Tanjung Meriah Kecamatan STTU Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

6 80 91

Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalibil Khairiyah Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat (1912-1944)

0 31 74

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN (Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

4 25 113

Persepsi dan Pemilihan Petani terhadap Saluran Komunikasi Penyuluhan Mengenai Informasi Pengelolaan Usahatani Padi (Kasus Petani Kabupaten Serang)

0 12 298

Strategi Kebijakan Terkait Pengembangan Informatika Pertanian di Indonesia: e-Petani dan Cyber Extension, Mendekatkan Teknologi dan Informasi Pertanian Kepada Petani

0 0 9

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) SKRIPSI MELFRIANTI ROMAULI 080309006 PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

0 1 13