Data hasil wawancara Dimensi Psychological Well – Being Individu Biseksual Yang Berpacaran Penerimaan Diri atau Self-Acceptance Hubungan Positif dengan Orang Lain Positive Relations with Others

apa-apa karena belum mendapatkan celah untk berpisah dengan salah satu dari mereka. Peneliti mengenal Santi dari teman peneliti yang merupakan teman Santi. Peneliti mengenal Santi sejak 5 bulan yang lalu. Peneliti menanyakan secara langsung apakah Santi seorang biseksual dan apakah bersedia menjadi responden penelitian pada penelitian ini dan peneliti menjelaskan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Setelah mendapatkan kesediaan langsung dari Santi untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti kemudian menentukan jadwal pertemuan berikutnya dengan Santi untuk selanjutnya melakukan wawancara. Tabel 2. Waktu Wawancara Responden I HariTanggal wawancara Waktu wawancara Tempat wawancara Sabtu14 November 2009 11.15 – 12.15 WIB Rumah Kost Responden I Rabu18 November 2009 17.30 – 18.45 WIB Rumah Teman Responden I Jumat20 November 2009 20.30 – 21.45 WIB Rumah Kost Responden I

c. Data hasil wawancara Dimensi Psychological Well – Being Individu Biseksual Yang Berpacaran

a. Penerimaan Diri atau Self-Acceptance

Santi menyadari bahwa dirinya adalah seorang biseksual namun ia tidak terima jika dirinya dikatakan sebagai seorang biseksual karena ia beranggapan bahwa biseksual bukanlah suatu kebanggaan melainkan sifat buruk. “menyadarilah.. sadar.. cuma gak mau aja aku di bilang orang kek gitu..” R1, W1b.121-122h.3 Universitas Sumatera Utara ”gak mau aku.. aku gak mau dikatakan seperti itu, walopun tu terjadi sama aku gitu ya.. karena buat aku tu bukan suatu kebanggaan tapi sifat buruk.. Kalo orang lain tau bisa di bilang gilaklah aku..hahaha.” R1, W1b.107-111h.3 ”...hmm, karena bukan suatu kebanggaan tapi sifat buruk itu.. bunuh-bunuhan pun jadi kalo di bilang orang kek gitu..hehehe.. gimana ya? Lebih baek di bilang lesbilah daripada biseks, karna lebih baek punya satu peranan daripada aku berperan jadi dua.. gitu.” R1, W2b.33-43h.1 Karena itu Santi memiliki penilaian yang buruk terhadap dirinya. Santi juga kecewa dan menyalahkan sang ayah atas perlakuan kasar ayahnya yang membuat ia menjadi biseksual. ”ehm.. gimana ya nok, aku tu punya pemikiran buruklah sama diri aku... terus yang pasti merasa kecewalah nok.. kecewa besar. Jujur kalo aku ditanya, aku gak mo kek gini...” R1, W1b.551-559h.10 ”kalo reinkarnasi ke kehidupan yang mendatang, aku gak pengen jadi anak dia lagi.. .” R1, W1b.459-461h.8 Ia merasa hidup yang ia jalani seperti ini adalah sia-sia. ”gak ada.. berpikir manfaatnya sih, gak ada manfaatnya kurasa.. sia-sia itu.. judulnya udah sia-sia..” R1, W3b.384-386h.6

b. Hubungan Positif dengan Orang Lain Positive Relations with Others

Karena Santi merasa bahwa biseksual adalah suatu sifat buruk, maka ia pun tidak mau membuka identitasnya kepada banyak orang. Ia hanya membuka dirinya sebagai biseksual kepada teman-temannya yang lesbi dan biseksual dan pacarnya yang perempuan. Pengakuan Santi kepada teman-temannya dan pacarnya yang perempuan membuat mereka tetap menerima Santi. “dia terima.. dia yang mau diduain…hehe.. dia bilang, okey jalan, jalan gak papa sama abang itu, tapi jangan jalan ma cewek lain.” R1, W1b.516-518h.9 ”yang belok-belok ini cuek, biasa-biasa aja nanggepinnya...” R1, W2b.495h.9 Universitas Sumatera Utara Lain halnya kepada teman-teman heteroseksual Santi. Santi hanya mengatakan bahwa dirinya adalah seorang lesbi. Namun demikian teman-temannya tidak merasa takut. Sebaliknya, mereka bisa menerima keadaan Santi dan tetap menyadarkan, menasehati serta memotivasi Santi agar berubah menjadi heteroseksual. ”baik… mereka tetap ngawanin aku, mereka gak takut samaku..” R1, W1b.444-445h.8 ”nasehatin aku lah.. dia bilang, kalo bisa dalam jangan dalam waktu yang lamalah, oke..oke.. hanya sekedar terbawa lingkungan, pergaulan ya kata dia, tapi jangan pernah di bawa sampai matilah kek gitu..” R1, W1b.414-418h.7 Sebaliknya, Santi tidak berniat membuka identitas dirinya sebagai biseksual kepada keluarga dan pacarnya yang laki-laki. Ia berpendapat tidak mungkin membuka kejelekan kepada keluarganya. Santi mampu menutupi identitasnya kepada keluarga dan pacarnya yang laki-laki. Sampai kapanpun Santi tidak akan mengungkapkan identitasnya kepada keluarga maupu pacarnya yang laki-laki. ”kalo keluarga gak mungkinlah nok.. kalo aku ngomong ke keluarga, karena aku tau kondisi keluargaku tu bagaimana, jadi itu.. itu yang buat aku gak mungkin ngomong ke keluarga.. udah itu aja.. lagian gak mungkin aku buka kejelekan aku di keluarga aku sendiri kan, ibaratnya gimana ya kalo aku buat... gimana ya, mungkin orangtua ku gak bisa nerima seperti itu..” R1, W1b.451-459h.8 ”sampai kapan pun gak bakal aku cerita.. inilah aku, inilah kepribadian aku, cukup aku sendiri yang tau..” R1, W1b.498-500h.9 Dalam kehidupan sehari-hari Santi adalah orang yang suka bergaul, memiliki banyak teman. Santi juga dibutuhkan oleh teman-temannya. Santi adalah orang yang mau membantu dan sulit untuk cuek kepada teman-temannya. Namun lama-kelamaan bagi Santi itu semua tidak ada artinya. Dia melihat dan berpikir bahwa ternyata rata- rata temannya hanya mengambil keuntungan dari dia. Karena kebanyakan temannya hanya mengambil keuntungan dari dia Santi mencoba untuk menutup diri dan tidak mau bergaul lagi dengan teman-temannya. Universitas Sumatera Utara ”banyak sih kawan aku sebenarnya nok.. cuma hanya.. bagi aku sih, gak ada arti.. gak ada arti teman itu..”R1, W1b.208-210h.5 ”...di lingkungan kerja juga aku dibutuhkan kali nok..” R1, W3b14-16h.1 ”...prinsip aku sih, kalo aku bisa, kalo aku mampu kenapa enggak, gitu aja prinsip aku.. makanya terkadang sifat itu yang susah ku buang, aku mo cuek sama orang, gitu, gak bisa.” R1, W3b.19-31h.1 ”karena temen yang berkawan samaku tu, rata-rata ya.. ku perhatiin ya.. rata- rata mengambil keuntungan dari aku, apalagi kawan satu tongkrongan aku semua.. iya, bener.. diam sejenak semua rata-rata mo enaknya...” R1, W1b.212-222h.5 ”mencoba untuk nutup diri sendiri aja.. dari kawan-kawan aku semua... ” R1, W3b.348-355h.6 Santi juga lebih memilih berteman dekat dengan laki-laki karena Santi tidak suka dengan sifat perempuan dalam menjaga perkataan. ”yah, tau sendiri kan mulut perempuan gimana.. ngomong kesini A, ngomong kesana B, itu aja sih sebenarnya yang buat aku.. perempuan gak bisa kujadiin kawan deket aku..” R1, W1b.385-389h.6 Di dalam keluarga, hubungan Santi dengan mama dan abang terjalin dengan baik, namun tidak demikian dengan ayah Santi. Santi adalah orang yang paling menentang ayahnya dan ayahnya merupakan musuh terbesar yang dihadapi Santi. Dari dulu memang ayahnya terlalu kasar dan suka memukul Santi dari dia masih kecil. Tidak hanya sewaktu masih kecil, di usianya yang sekarang pun ketika ayahnya marah, ia masih mau memukul Santi. Kebiasaan dipukul ayahnya sejak ia kecil membuat Santi sudah merasa kebal dengan yang namanya pukulan. Tidak membuatnya takut lagi dengan pukulan, tidak membuatnya sakit, bahkan karena sudah terbiasanya pukulan itu sudah dirasa enak oleh Santi. Sampai akhirnya, ia merasa capek dan jenuh sehingga memutuskan untuk pergi dari rumah. ”hubungan aku dengan keluarga baik, dengan mama aku, abang aku, aku baik, cuma kalo bapak aku, aku sangat.. aku sangat.. aku orang yang paling paling menentang dia. Dan musuh terbesar yang aku hadapin itu bapak aku, karena dia terlalu kasar sama aku..” R1, W2b.412-417h.7 Universitas Sumatera Utara ”gimana ya nok.. udah kebal aja gitu, makanya aku gak takot apapun aku gak takot, aku udah terbiasa dari kecil digituin, jadi yah udah terbiasa yang kalian bilang kalo di pukul yah sakit gitu, karena udah terbiasa aku nerima itu jadi udah enak samaku, udah gak sakit lagi.. makanya kemaren dia mukul ini enak loh jadi bawaannya, pegel-pegel enak gitu.. iya loh, ini juga pernah terkilir loh.. sambil menunjukkan jari tangan yang pernah terkilir, pernah bengkok dia, di plintir sama bapak aku..” R1, W2b.449-459h.8 “perasaan aku.. aku capeklah.. capek aja perasaan aku, menghadapi yang gitu- gitu sih dah capek, dah jenuh.. makanya aku mutusin untuk keluar dari rumah.. capek, jenuh, sakit lagi.. di pukulkan sakit sih.. sehingga sakit itu jadi enak samaku.. kan gak mungkin kan, kalo kita udah ngerasain kebalikannya kan...” R1, W3b.109-119h.3 Dengan kedua pasangannya, Santi merasa tidak tenang dalam menjalani hubungan pacaran. Pada awalnya Santi ingin menghindar dari pacaran sekaligus dengan laki-laki dan perempuan namun tidak berhasil. Memasuki 3 tahun perjalanan hubungan pacaran dengan laki-laki dan perempuan, membuat Santi merasa capek, tertekan, tersiksa dan ia menganggap bahwa hubungan yang ia jalani adalah sia-sia sehingga pada akhirnya Santi menyesali hubungan pacaran yang sedang ia jalani ini. ”karena begini ya, kemaren sih aku sempat menghindari yang namanya berpacaran sekaligus ya ... ternyata aku jadi seperti inilah nok, jadi ngejalanin dua cinta yang berbeda gitu..” R1, W2b.64-70h.2 ”tersiksalah.. sakit nok.. sakitlah pokoknya, segala bidang semua sakit..” R1, W3b.203-204h.5 ”...tertekan dari masyarakat, dari kehidupan masyarakat.. tertekan lagi dari cowok aku gitu, tertekan lagi dari dia gitu, seluruhnya, keluarga aku...”R1, W2b.525-531h.9 ”gak ada.. berpikir manfaatnya sih, gak ada manfaatnya kurasa.. sia-sia itu.. judulnya udah sia-sia..” R1, W3b.384-386h.6 ”menyesallah... seharusnya aku, menyesal sih pasti ada...” R1, W2562- 570h.10

c. Otonomi Autonomy