2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara ini juga sebagai alat bantu
untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisis data. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tapi juga berdasarkan
pada berbagai teori yang berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab Poerwandari, 2001.
Pedoman umum wawancara memuat isu-isu yang berkaitan dengan tema penelitian tanpa menentukan urutan pertanyaan karena akan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi saat wawancara berlangsung. Pedoman ini digunakan untuk mengingatkan sekaligus sebagai daftar pengecek bahwa semua aspek yang
relevan telah dibahas atau ditanyakan.
E. Lembar Observasi Responden
Lembar observasi responden digunakan untuk mempermudah proses observasi yang dilakukan. Observasi dilakukan seiring dengan wawancara. Lembar observasi
antara lain memuat tentang penampilan fisik, setting wawancara, sikap partisipan pada peneliti selama wawancara berlangsung, hal-hal yang tidak biasa dalam wawancara
serta hal-hal yang dilakukan partisipan dalam menjawab pertanyaan selama wawancara.
F. Kredibilitas Penelitian
Kredibilitas adalah istilah pertama, paling banyak dipilih dan paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikankan konsep validitas yang
dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif Poerwandari, 2007. Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilan
Universitas Sumatera Utara
mencapai maksud mengeksplorasi masalah dan mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.
G. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2000 yaitu sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi dan teori yang berhubungan dengan biseksual dan
psychological well-being. a.
Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori yang berhubungan dengan biseksual.
b. Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori yang berhubungan dengan
psychological well-being, dimensi psychological well-being dan faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being.
2. Menyusun pedoman wawancara
Agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teori yang ada untuk menjadi
pedoman wawancara. 3.
Persiapan untuk mengumpulkan data Peneliti mencari beberapa orang responden yang sesuai dengan kriteria sampel
yang telah ditentukan dan mengumpulkan informasi tentang responden penelitian. Setelah mendapatkannya, lalu peneliti menghubungi calon responden untuk
menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan dan menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Peneliti mengenal responden I melalui teman peneliti yang juga merupakan teman responden I. Setelah itu peneliti berteman dengan responden I. Lalu peneliti
Universitas Sumatera Utara
menanyakan kepada responden I apakah ia mempunyai kenalan seorang biseksual yang berpacaran dengan laki-laki dan perempuan. Responden I mengenalkan
temannya yang sesuai dengan kriteria. Peneliti kemudian membuat janji untuk bertemu dan berkenalan dengan teman responden I. Akhirnya peneliti bertemu dan
berkenalan dengan teman responden I di salah satu rumah makan bersama responden I juga. Saat merasa teman responden I memiliki indikasi bersedia untuk menjadi
partisipan dalam penelitian, peneliti memintanya untuk menjadi partisipan, namun sebelumnya peneliti memberitahukan alasan serta meminta kesediaan partisipan untuk
menjadi sampel dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kemudian, responden I pun mengajukan diri untuk menjadi responden peneliti. Partisipan I mengaku jujur
di hadapan peneliti bahwa ia adalah seorang biseksual yang berpacaran dengan laki- laki dan perempuan serta bersedia menjadi responden peneliti. Pada awalnya teman
responden I sudah bersedia, namun tanpa ada alasan yang jelas temannya tersebut menghindar dan menolak untuk menjadi responden peneliti.
Peneliti mengenal responden II dari teman peneliti yang juga adalah teman responden II. Peneliti pun berteman dengan responden II. Peneliti dan responden II
sering bertemu dan sudah banyak bercerita sampai akhirnya peneliti mengetahui bahwa responden II adalah seorang biseksual. Responden II pun juga mengetahui
bahwa saat ini peneliti sedang mencari responden yang sesuai dengan kriteria. Responden II pun mengatakan bahwa dirinya adalah seorang biseksual yang
berpacaran dengan laki-laki dan perempuan. Sebelum meminta kesediaan, responden II mengajukan diri terlebih dahulu untuk menjadi responden peneliti. Lalu kemudian
peneliti memberitahukan alasan dan tujuan penelitian yang dilakukan peneliti. Peneliti mengenal responden III dari teman peneliti yang adalah teman satu
kampus responden III. Peneliti bertanya kepada teman peneliti apakah ia memiliki
Universitas Sumatera Utara
kenalan yang adalah seorang biseksual yang berpacaran dengan laki-laki dan perempuan. Teman peneliti pun mengatakan bahwa ia memiliki seorang teman yang
adalah biseksual. Lalu peneliti dan teman peneliti mendatangi rumah responden III dan berkenalan langsung dengan responden III. Saat merasa responden III memiliki
indikasi bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian, peneliti memintanya untuk menjadi responden, namun sebelumnya peneliti memberitahukan alasan dan
tujuan penelitian lalu meminta kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
4. Membangun rapport pada responden
Hal ini dilakukan oleh peneliti terlebih dahulu untuk membangun kepercayaan pada calon responden dalam pengambilan data. Peneliti mengusahakan hubungan yang
akrab terlebih dahulu dengan responden. Tanpa membangun rapport yang baik, peneliti tidak akan mendapat informasi yang lebih atau berarti dari subjek penelitian
dan hal ini akan menghambat jalannya penelitian dan pengambilan data. 5.
Menentukan jadwal wawancara Setelah memperoleh kesediaan dari responden penelitian, peneliti meminta
responden untuk bertemu mengambil data. Hal ini dilakukan setelah peneliti melakukan rapport kepada responden sebelumnya. Setelah itu, peneliti dan responden
penelitian mengatur dan menyepakati waktu untuk melakukan wawancara.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki tahap pelaksanaan penelitian.
a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara
Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan
Universitas Sumatera Utara
tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan responden. Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar
memastikan responden dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara.
b. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara
Sebelum melakukan wawancara, peneliti meminta responden untuk menandatangani Lembar Persetujuan Wawancara yang menyatakan bahwa responden
mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian sewaktu-waktu serta
memahami bahwa hasil wawancara adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Dalam melakukan wawancara, peneliti sekaligus melakukan
observasi terhadap responden. c.
Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip verbatim Setelah hasil wawancara diperoleh, peneliti memindahkan hasil wawancara ke
dalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk
dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari
Poerwandari, 2007.
3. Tahap Pencatatan Data
Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada partisipan untuk merekam wawancara yang akan dilakukan. Untuk memudahkan pencatatan data,
peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat
Universitas Sumatera Utara
lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan Hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil
wawancara dalam pita suara dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas.
H. Teknik dan Proses Pengolahan Data
Data akan dianilisis menurut prosedur penelitian kualitatif, dengan mengumpulkan verbatim wawancara dan mengolah data dengan metode kualitatif.
Menurut Poerwandari 2007 proses analisa data adalah sebagai berikut :
a. Koding Langkah penting pertama sebelum analisis dilakukan adalah membubuhkan
kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasikan data secara lengkap dan medetail
sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian peneliti akan dapat menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.
Peneliti berhak memilih cara melakukan koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang dikumpulkannya. Kemudian peneliti memberikan perhatian pada substansi
data yang telah dikumpulkan, membaca transkrip begitu transkrip selesai dibuat, membaca transkrip berulang-ulang sebelum melakukan koding untuk memperoleh ide
umum tentang tema sekaligus untuk menghindari kesulitan dalam mengambil kesimpulan Poerwandari, 2007.
b. Organisasi Data Setelah melakukan koding, peneliti lalu mengorganisasikan data-data tersebut
dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah kaset hasil rekaman, transkrip wawancara,
data yang sudah ditandaidibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang
Universitas Sumatera Utara
kronologis mengenai perkumpulan data dan langkah analisis Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2001.
c. Pengujian terhadap dugaan Dugaan adalah kesimpulan sementara. Begitu tema-tema dan pola-pola muncul
dari data, kita mengembangkan dugaan-duagaan yang adalah juga kesimpulan- kesimpulan sementara. Dugaan yang berkembang tersebut harus dipertajam serta diuji
ketepatannya. Saat tema-tema dan pola-pola muncul dari data untuk meyakini temuannya, selain mencoba untuk terus menajamkan tema dan pola yang ditemukan,
peneliti juga perlu mencari data yang memberikan gambaran atau fenomena berbeda dari pola-pola yang muncul tersebut Poerwandari, 2007.
d. Strategi analisis Analisis terhadap data pengamatan sangat dipengaruhi oleh kejelasan
mengenai apa yang dilakukan. Patton dalam Poerwandari, 2007 menjelaskan bahwa proses analisis dapat melibatkan konsep-konsep yang muncul dari jawaban atau kata-
kata partisipan sendiri maupun konsep yang dkembangkan atau dipilih oleh peneliti untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis.
e. Interpretasi Menurut Kvale dalam Poerwandari, 2007 interpretasi mengacu pada upaya
memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui
perspektif tersebut. Peneliti beranjak melampaui apa yang secara langsung dikatakan partisipan untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna
yang tidak segera tertampilkan dalam teks data mentah atau transkripsi wawancara.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DATA DAN INTERPRETASI
Pada bagian ini akan diuraikan hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi. Untuk mempermudah pembaca dalam memahami
bagaimana psychological well- being pada individu biseksual yang berpacaran maka data akan dijabarkan, dianalisa,
dan diinterpretasi per-subjek. Interpretasi akan dijabarkan dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam pedoman wawancara.
A. Responden I
1. Analisa Data
a. Deskripsi identitas diri responden I
Tabel 1. Gambaran Umum Responden I Keterangan
Responden I
Inisial Santi
Usia 25 tahun
Agama Islam Jenis Kelamin
Perempuan Urutan Dalam Keluarga
Anak ketiga dari tiga bersaudara
b. Latar Belakang Responden I Santi
Responden I bernama Santi bukan nama sebenarnya yang genap berusia 25 tahun pada bulan 12 ini adalah seorang perempuan berkulit putih, mata sedikit sipit
dengan bola mata berwarna hitam, tinggi badan 160 cm, berat badan 50 kg dan berambut hitam yang panjangnya sebahu.
Santi yang berstatus belum menikah ini merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Santi memiliki dua abang yang keduanya sudah menikah. Abangnya yang
pertama sudah memiliki 2 anak perempuan sedangkan yang kedua belum memiliki anak. Sebagai anak yang paling kecil di dalam keluarga, Santi tetap dituntut untuk
Universitas Sumatera Utara