commit to user
9
2. Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu
model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu
secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis, suatu pahan pembelajaran dimana belajar merupakan suatu hasil dari konstruksi mental.
Mahasiswa belajar dengan cara mencocokkan informasi baru yang mereka peroleh bersama-sama dengan apa yang telah mereka ketahui. Mahasiswa
akan dapat belajar dengan baik jika mereka mampu mengaktifkan konstruk pemahaman mereka sendiri. Menurut Kauchak dan Eggen dalam Suradi
2006 belajar kooperatif merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang digunakan untuk membantu mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain
dalam mempelajari sesuatu. Isjoni 2007 juga mengungkapkan bahwa Cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang mahasiswa lebih bergairah dalam belajar.
commit to user
10
Sistem pembelajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama,
dan proses kelompok. Menurut Lie 2007 mengatakan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson
dalam Emildadiany 2008, mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur
model pembelajaran gotong royong yaitu : 1 Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan
mereka.
2 Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap mahasiswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok
commit to user
11
harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3 Tatap muka Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4 Komunikasi antar anggota Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun,
proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental
dan emosional para mahasiswa. 5 Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
commit to user
12
Urutan langkah-langkah
perilaku pengajar
menurut model
pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends 1997 adalah sebagai berikut ini:
a Fase 1 : menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa. Pada fase ini dosen menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa belajar. b Fase 2: mengorganisasi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar. Dosen bertugas menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan acuan.
c Fase 3: mengorganisasi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Dosen menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d Fase 4: membimbing kelompok bekerja dan belajar. Dosen membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka. e Fase 5: evaluasi. Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f Fase 6: memberikan penghargaan. Dosen mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu, kelompok.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah mahasiswa sebagai anggota kelompok kecil
commit to user
13
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap mahasiswa anggota kelompok harus saling bekerja sama
dan saling membantu untuk memahami materi kuliah. b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya Slavin, 2004. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
1 Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 2 Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
commit to user
14
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3 Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
c. Karakteristik dan Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya 2006, karakteristik pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
1 Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. 2 Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan
fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. 3 Kemauan untuk bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan
dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja
commit to user
15
harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.
4 Keterampilan bekerjasama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktekkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama.
Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi
dan berkomunikasi dengan anggota lain.
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya 2006 adalah sebagai berikut:
1 Prinsip ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.
Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
2 Tanggung jawab perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. 3 Interaksi tatap muka
commit to user
16
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan
informasi dan saling membelajarkan.
4 Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting
sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.
d. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin dalam Suradi 2006, keuntungan pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut: 1 Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok
2 Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama
berhasil.
3 Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
4 Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
5 Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan
kognitif yang non konservatif menjadi konservatif Teori Piaget.
3. Model Pembelajaran Kooperative Jigsaw