commit to user
61
Posttest Pengetahuan
Scheffe
a,b
6 68,33
11 71,00
71,00 39
72,79 72,79
35 78,14
,453 ,087
Kelompok Sampel Metode Jigsaw, Sikap Sedang
Metode GI, Sikap Sedang Metode Jigsaw, Sikap Tinggi
Metode GI, Sikap Tinggi Sig.
N 1
2 Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,829.
a. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the
group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. b.
Uji lanjut pada penelitian ini menggunakan uji Scheffe yang digunakan apabila data yang dibandingkan lebih dari dua dengan data yang homogen,
bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran dan kondisi sikap ilmiah yang lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Tabel 4.14. Perhitungan Uji Scheffe
Tabel perhitungan uji Scheffe di atas menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok sampel yang hasilnya berada pada baris yang berbeda, yaitu kelompok
sampel metode Jigsaw-sikap ilmiah sedang dan kelompok sampel Group Investigation GI-sikap ilmiah tinggi. Dengan kata lain, bahwa hasil belajar
mahasiswa menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok sampel yang menggunakan metode pembelajaran Jigsaw pada mahasiswa yang mempunyai
sikap ilmiah sedang dengan kelompok sampel yang menggunakan metode pembelajaran Group Investigation GI pada mahasiswa yang mempunyai sikap
ilmiah tinggi.
D. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
commit to user
62
Berdasarkan hasil analisis variansi P-value untuk pembelajaran menggunakan metode belajar Jigsaw dan Group Investigation GI terhadap
prestasi belajar sebesar 0,042 pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti P-value ≤
0,05, dengan demikian hipotesis nol ditolak. Sehingga kesimpulannya adalah bahwa ada perbedaan pengaruh antara penerapan metode pembelajaran Jigsaw
dan Group Investigation GI terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Mardiyanto 2009 yang menyatakan ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperative Jigsaw dan
Group Investigation GI terhadap prestasi belajar Fisika, dengan P value sebesar 0,038 pada taraf signifikansi 0,05.
Kedua penelitian tersebut di atas sama-sama meneliti tentang perbedaan pengaruh metode belajar Jigsaw dengan Group Investigation GI terhadap
pencapaian hasil belajar peserta didik. Penelitian yang dilakukan peneliti diujicobakan untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas pada tingkatan
perguruan tinggi, sedangkan yang dilakukan Mardiyanto 2009 diujicobakan untuk pelajaran Fisika pada siswa SMA. Walaupun keduanya memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda, tetapi proses pelaksanaan pembelajarannya sama, dan cara evaluasinyapun hampir sama. Sehingga efektifitas penggunaan metode
belajar kooperatif tidak dibatasi oleh jenis mata ajar dan jenjang pendidikan. Akan tetapi pada unsur-unsur yang diterapkan dalam model pembelajaran secara
kooperatif yang diterapkan tidak hanya sekedar berkelompok, tetapi menuntut
commit to user
63
keaktifan, tanggung jawab, komunikasi dan ketergantungan positif antar anggotanya Emildadiany, 2008.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model belajar yang dapat menciptakan keaktifan mahasiswa belajar. Dalam model ini mahasiswa dituntut
untuk melakukan kegiatan yang berupa membaca naskah atau materi, menggali pengalaman belajar, melakukan presentasi juga melakukan diskusi dan berdebat
dengan sesame teman serta menjawab pertanyaan dari mahasiswa lain. Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil,
sehingga mahasiswa saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mahasiswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi memecahkan masalah,
dan saling membantu dan mengajak satu sama lain mengatasi masalah belajar. Pembelajaran model ini akan mengkondisikan mahasiswa untuk aktif dan saling
memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi belajar. Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa angka kelulusan pada
pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw sebanyak 80, dengan kata lain terdapat 9 orang mahasiswa 20 yang tidak lulus. Sedangkan angka
kelulusan pada pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation GI sebanyak 87, dengan kata lain terdapat 6 orang mahasiswa 13 yang
tidak lulus. Sedangkan pada tabel 4.2. dapat dilihat bahwa rata-rata perolehan nilai
pada pembelajaran dengan metode Group Investigation GI sebesar 76,43, sedangkan pada metode Jigsaw sebesar 72,20. Perolehan nilai tertinggi pada
pembelajaran dengan metode Group Investigation GI sebesar 91, sedangkan
commit to user
64
pada Jigsaw diperoleh nilai tertinggi sebesar 85. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Group Investigation GI lebih berpengaruh dalam
meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan metode Jigsaw. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Doymus 2009 yang
menyatakan bahwa pembelajaran dengan Group Investigation GI memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan Jigsaw.
Pada pembelajaran tipe Jigsaw mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi belajar yang harus dipelajari. Kelompok ini disebut kelompok asal. Kemudian,
masing-masing mahasiswa dari berbagai kelompok dengan topik yang sama, bergabung untuk mencari dan mempelajari serta mendiskusikan bahan belajar
secara berkelompok. Setelah itu, masing-masing mahasiswa kembali pada kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan materi yang telah
dibahas Arends, 2001. Sedangkan pada pembelajaran Group Investigation GI mahasiswa
dilibatkan dalam merencanakan topik-topik yang akan dipelajari dan bagaimana cara menjalankan investigasinya. Mahasiswa mendapatkan tugas sesuai dengan
kelompok belajarnya untuk mendapatkan sumber belajar dan berdiskusi dengan kelompoknya tentang bahan belajar yang mereka bahas, untuk kemudian hasil dari
investigasinya didiskusikan di kelas Slavin, 2008. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara
penerapan metode pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation GI terhadap
commit to user
65
hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Pada pembelajaran Jigsaw, setiap mahasiswa dengan karakteristik kemampuan akademis yang berbeda-beda diberi
tanggung jawab untuk menyampaikan materi yang dibahas di kelompok ahli pada kelompok Jigsaw. Sehingga mahasiswa dengan kemampuan akademik tinggi
cenderung dapat menyampaikan materi lebih baik daripada mahasiswa dengan kemampuan akademik rendah. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode Jigsaw juga akan sedikit terhambat apabila dalam kelompok tersebut terdapat anggota dengan kemampuan penyampaian materi yang rendah.
Sedangkan pada kelompok Group Investigation GI, masing-masing kelompok mewakilkan anggotanya yang dirasa paling menguasai materi dan memiliki
kemampuan manjelaskan yang baik untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok pada teman sekelasnya. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk lebih menguasai
materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan metode pembelajaran Jigsaw, masih terdapat beberapa
kesulitan, diantaranya mahasiswa masih terfokus dan terbebani dengan tugas yang diberikan kepadanya, sehingga perhatian untuk mendengarkan penyampaian
materi oleh temannya belum terkonsentrasi sepenuhnya. Pada pembelajaran dengan metode Group Investigation GI, peran mahasiswa dalam proses
pembelajaran adalah berusaha secara aktif untuk mengembangkan kemampuan dirinya dibawah bimbingan dosen. Mahasiswa terlihat lebih terfokus pada materi
yang dibahas, karena beban individu dirasa tidak sebesar pada kelompok Jigsaw. Dalam hal ini, dosen harus mampu menciptakan situasi yang memaksimalkan
kegiatan belajar mahasiswa.
commit to user
66
2. Hipotesis Kedua