c. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Dengan dilaksanakannya kegiatan reklamasi lahan dengan baik dan teren-
cana, maka diharapkan akan terjadi perbaikan kondisi hidrogeologi pada lokasi bekas tambang. Proses rehabilitasi hidrogeologi akan memakan
waktu sangat lama, sehingga belum dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat terutama pengguna sumber air baik air permukaan mau-
pun air bawah tanah. Kondisi akhir kegiatan ini adalah perbaikan kualitas habita perairan serta perbaikan erosi dan sedimentasi lahan.
d. Penanganan Tanah Pucuk Luas areal konsesi batu kapur seluas 493,54 ha sedangkan luas areal yang
direncanakan akan ditambang adalah seluas 233,5 ha sehingga areal yang tidak ditambang cukup luas. Sebagian besar dari daerah itu akan dijadikan
daerah penyangga. Tanah penutup akan ditempatkan pada areal ini, pada lokasi yang mudah untuk dilakukan pengangkutan kembali ke areal yang
akan direklamasi kelak. e. Revegetasi
Pada masa akhir penambangan akan dilakukan penempatan kembali tanah penutup pada bekas lokasi tambang. Penutupan kembali menggunakan ta-
nah top soil yang telah dipersiapkan yaitu tanah pindahan saat awal ke- giatan pengupasan lapisan pucuk. Manfaatnya disamping tetap menjaga
tingkat kesuburan tanah, juga memperbaiki tingkat kemiringan tanah se- hingga dapat normal kembali sesuai kestabilan
4.2 Nilai Ekonomi Pengusahaan Hutan Kelas Perusahaan Pinus Berdasarkan Daur Yang Berlaku di KPH Sukabumi
4.2.1 Penaksiran Produksi Kayu
Penaksiran volume kayu dilakukan hanya pada petak yang akan dilakukan kegiatan penambangan oleh PT TSS yaitu pada areal seluas 493,54 ha di petak 11,
12, 13 dan 27 BKPH Cikawung, KPH Sukabumi. KPH Sukabumi menggunakan tabel volume lokal untuk menghitung produksi kayu pinus. Penggunaan tabel vo-
lume lokal ini cukup mudah yaitu dengan mengetahui parameter keliling pohon pinus maka akan langsung dapat diketahui nilai volumenya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan petugaspegawai KPH Sukabumi bahwa volume rata-rata po- hon pinus pada akhir daur adalah sebesar 100 m
3
ha. Produksi kayu juga diperoleh dari hasil penjarangan yang dilakukan pada
tanaman dengan umur 10, 15 dan 20 tahun. Produksi tanaman pinus umur 10 ta- hun menghasilkan volume rata-rata sebesar kurang lebih tujuh m
3
ha, tanaman pi- nus umur 15 tahun menghasilkan volume rata-rata sebesar kurang lebih 12 m
3
ha dan untuk tanaman pinus umur 20 tahun menghasilkan volume rata-rata sebesar
kurang lebih 19 m
3
ha.
4.2.2 Penaksiran Produksi Getah
Penaksiran produksi getah juga dilakukan hanya pada lokasi yang akan dilakukan kegiatan penambangan bahan galian batu kapur dan lempung oleh PT
TSS seluas ± 493,54 ha. Tanaman pinus mulai dilakukan penyadapan pada KU III dengan hasil rata-rata adalah dua kgpohontahun, sedangkan untuk KU IV dan
V menghasilkan getah rata-rata sebesar empat kgpohontahun. Untuk menge- tahui produktivitas tiap hektar getah pinus maka harus diketahui jumlah pohon per
hektarnya dengan berdasarkan pada Tabel Tegakan Normal Jenis Pinus merkusii Puslitbang Kehutanan 1975. KPH Sukabumi diasumsikan mempunyai bonita
III. Secara lengkap penaksiran produksi getah pinus disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Penaksiran produksi getah di KPH Sukabumi
No. Umur Jumlah Pohon
per ha Produksi Getah
Rata-rata kg Produksi Getah
tonha
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
12. 13.
14. 15.
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 566
527 488
449 410
390 370
350 330
310 296
282 268
254 240
2 2
2 2
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 1,13
1,05 0,98
0,89 1,64
1,56 1,48
1,40 1,32
1,24 1,18
1,13 1,07
1,02 0,96
Sumber : Data Sekunder, diolah
Berdasarkan penelitian Majarani 2006 yang dilakukan terhadap tegakan pinus di KPH Cianjur diketahui bahwa produktivitas getah terlihat meningkat
mulai KU III - KU IV. Umumnya pada KU V dan VI produktivitas getah men- capai puncaknya dan akan terjadi penurunan yang cukup besar pada KU VII dan
KU VIII.
4.2.3 Pendapatan Pengusahaan Hutan Kelas Perusahaan Pinus