Keterangan : P =
Pendapatan Rp
Vi = Volume produksi batu kapur dan lempung pada tahun ke-i ton
H = Harga
Rpton
B. Biaya
Dalam pengusahaan penambangan, komponen biaya secara garis besar terdiri dari pengelompokkan biaya menurut jenis komponen biaya Batubara,
1985 : a.
Komponen biaya pegawai, diuraikan lagi menjadi biaya langsung dan biaya pengawasan
b. Komponen biaya alat; mencakup suku cadang, bahan bakar, pelumas dan
berbagai jenis bahan lain c.
Komponen biaya pembebanan, seperti ; harga bahan, upah jasa, sewa alat, biaya listrikenergi, penghapusan alat, dsb.
d. Komponen biaya penghapusan; dibedakan menjadi penghapusan untuk fixed
assets dan capitalised assets. e.
Komponen biaya pihak ketiga, komponen biaya ini timbul sebagai akibat diterimanya jasa dari pihak diluar organisasi tambang yang ada
f. Komponen biaya lain, seperti ; kewajiban kepada pemerintah yang dapat
digolongkan sebagai biaya, komponen biaya bersifat umum yaitu jenis biaya yang tidak termasuk dalam kelompok biaya di atas.
Karena kegiatan pertambangan batu kapur dan lempung dilakukan di dalam kawasan hutan, maka biaya reklamasi kawasan hutan harus ditambahkan
dan dihitung dari mulai penanaman sampai dengan penebangan satu daur.
3.2.3.3. Analisis Finansial Pengusahaan Hutan dan Penambangan Batu Kapur dan Lempung
Inti dari analisis finansial adalah membandingkan antara pendapatan arus kas masukcash in flow dengan pengeluaraninvestasi arus kas keluarcash out
flow . Dimana suatu kegiatanproyek dikatakan layakfeasible apabila pen-
dapatannya lebih besar dari pengeluaran. Analisis finansial disini dimaksudkan
untuk melihat tingkat keuntungan dari investasi yang ditanamkan untuk kegiatan pengusahaan hutan dan kegiatan pertambangan di dalam kawasan hutan.
Setelah semua biaya dan manfaat teridentifikasi kemudian ditabulasikan dalam bentuk tabel aliran kas cash flow setiap tahun untuk memproyeksikan
biaya dan manfaat dalam satu umur kegiatanproyek baik untuk pengusahaan hutan maupun untuk kegiatan pertambangan di dalam kawasan hutan. KPH Suka-
bumi menggunakan daur untuk KP Pinus adalah 25 tahun, sedangkan PT TSS merencanakan untuk melakukan kegiatan penambangan batu kapunggamping
selama 30 tahun. Dari arus ini kemudian dapat dihitung nilai sekarang Present Value
dengan menggunakan Discount Factor DF. Penggunaan DF untuk mencari berapa nilai future value F pada saat ini present valueP, ini berarti
mendiscount future value dengan tingkat bunga i yang berlaku saat ini, dengan rumus sebagai berikut :
1 Jika ingin mencari faktor P, berarti :
atau atau
Jadi
Keterangan : DF =
Discount faktor F =
Future value P =
Present value i =
tingkat bunga
t = umur
proyek Dalam penelitian ini, untuk mengetahui nilai ekonomi kegiatanproyek baik
untuk pengusahaan hutan maupun untuk kegiatan pertambangan diketahui dari kriteria NPV dengan persamaan sebagai berikut :
1 Keterangan :
NPV = Net Present Value B
t
= benefit sosial bruto pada tahun ke-t C
t
= biaya sosial bruto sehubungan proyek pada tahun ke-t i
= tingkat suku bunga t
= umur proyek t=0,1,2,..,n
3.2.3.4. Menduga Ekstraksi
Optimal A.
Pengusahaan Hutan
Penentuan daur optimal dari pengusahaan hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbarui, yang akan menghasilkan manfaat bersih yang mak-
simal, didasarkan pada skenario yang diterapkan oleh KPH Sukabumi dalam mengelola hutan tanaman KP Pinus yaitu menggunakan konsep Faustmann.
Pengelolaan hutan merupakan proses yang terus menerus yaitu ketika hutan ditebang penanaman dilakukan kembali sehingga proses tanam dan tebang dapat
dilakukan secara terus menerus sampai tak terhingga. Dengan asumsi bahwa parameter ekonomi seperti harga, biaya dan suku bunga tidak berubah sepanjang
waktu, maka untuk menduga nilai penerimaan bersih dari seluruh daur menggunakan persamaan sebagai berikut Soedomo, 2009 :
1 Keterangan :
PV = Present
value atau nilai kini dari penerimaan bersih Rpha L
= luas ha VT
= Pertumbuhan tegakan sebagai fungsi dari waktu m
3
ha p =
Harga Rpm
3
c = Biaya pengadaan tegakan Rpha
T = daur optimal yang dipilih tahun
r = suku
bunga
Menentukan Persamaan Pertumbuhan
Data yang diperlukan untuk membuat persamaan pertumbuhan adalah umur dan volume. Volume diketahui dari Tabel Tegakan Normal Jenis Pinus
Merkusii setelah data tegakan yang diperoleh dari KPH Sukabumi dikelompokkan
menurut kelas umur dan bonita. Data umur dan volume kemudian diplotkan da- lam bentuk kurva dan dari bentuk kurva tersebut dapat diduga persamaan yang
mendekati bentuk tersebut. Persamaan regresi diperoleh dengan cara menentukan terlebih dahulu nilai natural logarithm ln data umur dan volume, kemudian
dengan program minitab akan diketahui persamaan pertumbuhan tegakan pinus. Setelah diperoleh persamaan regresi kemudian diturunkan terhadap waktu
dan turunan dari persamaan itu digunakan untuk menghitung daur optimal T yang akan menghasilkan NPV maksimal.
Untuk memaksimumkan jumlah nilai kini dari penerimaan bersih NPV dilakukan dengan memilih daur optimal T dengan persyaratan yang akan dicirikan
oleh persamaan : 2
Persamaan 2 dapat juga ditulis sebagai berikut : 3
Ruas kiri adalah tambahan manfaat sebagai hasil kali dari harga dan tambahan volume tegakan, sedangkan ruas sebelah kanan adalah bunga dari
pendapatan bersih terdiskonto
B. Penambangan bahan galian kapur dan lempung
Batu kapur limestone dan lempung merupakan salah satu contoh dari sumberdaya alam tidak terbarukan dimana dalam mengeksploitasinya dibatasi
oleh stok atas sumberdaya itu sendiri. Dalam pengelolaan pertambangan, agar dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat maka sistem pendekatan yang
digunakan adalah Model Hotelling, yang dikembangkan Harold Hotelling 1931 Fauzi, 2004. Menurut Sahat 2006 Model Hotelling menggunakan pendekatan
konsumen surplus untuk menghitung kesejahteraan masyarakat. Model ekstraksi optimal dengan biaya ekstraksi non linier dan tergantung pada jumlah yang
diekstraksi q dan juga stok sumberdaya S atau secara matematis ditulis Cq,S; dapat ditulis sebagai berikut :
, dengan kendala :
S
t+1
– S
t
= −q
t
S diketahui
q
t
≥ 0, S
t
≥ 0 Pemecahan ekstraksi optimal dilakukan dengan menggunakan fasilitas Solver
Excell .
3.2.3.5. Analisis Resiko
Resiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa
ada lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan konsekuensi bisa merupakan hal yang positif maupun negatif Shortreed, et.al 2003 dalam Santosa,
2009. Analisis resiko adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami signifikasi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu resiko
terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan proyek Santosa, 2009. Metode yang digunakan dalam analisis resiko ada 2 yaitu 1 kuantitatif analisis
berdasarkan angka-angka nyata nilai finansial terhadap besarnya kerugian yang terjadi, dan 2 kualitatif analisis yang menentukan resiko tantangan organisasi
dimana penilaian tersebut dilakukan berdasarkan intuisi, tingkat keahlian dalam menilai jumlah resiko yang mungkin terjadi dan potensi kerusakannya.
Dalam penelitian yang akan dilakukan mengenai kegiatan pertambangan di dalam kawasan hutan, hanya menghitung nilai manfaat hutan dan belum
memasukkan faktor lingkungan. Analisis resiko kuantitatif dari segi finansial dihitung berdasarkan hasil NPV dari kegiatan pertambangan dan NPV dari
pengusahaan hutan. Sedangkan analisis resiko kualitatif dibatasi pada akibat yang akan ditimbulkan atas dilakukannya kegiatan penambangan batu kapur dan
lempung di dalam kawasan hutan secara deskriptif berdasarkan studi literatur.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat te- patnya di Desa Tanjungsari Kecamatan Jampang Tengah dan Desa Sukamaju Ke-
camatan Nyalindung. Secara geografis terletak diantara 6
o
59’30” – 7
o
1’30” LS dan 106
o
51’00”-106
o
52’00” BT. Kabupaten Sukabumi beriklim tropis dengan curah hujan setahun sebesar
1.885 mm dari 116 hari hujan pada tahun 2004 BPS 2008. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Nopember dengan curah hujan 310 mm dan hari hujan 15 hari.
Suhu udara berkisar 19,6
o
– 31,2
o
C dengan suhu rata-rata 24
o
C. Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi permukaan yang berge-
lombang dan bergunung dengan ketinggian berkisar antara 0 – 2.960 m. Keadaan topografi yang demikian menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi
rawan terhadap longsor, erosi tanah dan lain-lain. Potensi geologis Kabupaten Sukabumi antara lain sumber panas bumi di Daerah Gunung Salak dan Cisolok,
bahan tambang dan bahan galian emas, perak, batubara, pasir kwarsa, marmer, pasir besi, bentonit, teras, batu kapur, tanah liat dan lain-lain.
4.1.2 Kependudukan dan Tenagakerja
Jumlah penduduk di daerah penelitian yang meliputi Desa Sukamaju Ke- camatan Nyalindung dan Desa Tanjungsari Kecamatan Jampang Tengah Kabu-
paten Sukabumi sebesar 10.800 jiwa. Berdasarkan pengelompokkan usia, kompo- sisi penduduk Desa Sukamaju dan Desa Tanjungsari secara lengkap disajikan
pada tabel di bawah. Tabel 1 Komposisi penduduk di lokasi penelitian
No Kelompok
Umur tahun Desa
Sukamaju Jiwa
Desa Tanjungsari
Jiwa Jumlah
1 0 –
4 467
10,7 285
4,4 752
7,0 2 5
– 14
844 19,3
1.054 16,4
1.898 17,6
3 15 –
54 2.280
52,2 5.011
77,9 729
67,5 4
55 774
17,8 85
1,3 859
7,9 Jumlah
4.365 100,0
6.435 100,0
10.800 100,0
Sumber : Kabupaten Sukabumi Dalam Angka, 2008