Perhitungan Analisis Finansial Keadaan Umum Daerah Penelitian

PSDH merupakan pungutan yang dikeluarkan sebagai pengganti nilai dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara dimana nilainya didasarkan pada Ke- putusan Menteri Kehutanan N0. 124Kpts-II2003 tentang Provisi Sumber Daya Hutan. Sedangkan untuk PSDH getah diatur berdasarkan Keputusan Menteri Ke- hutanan dan Perkebunan No. 859Kpts-II1999 sebesar Rp 14.300,-ton.

4.2.5 Perhitungan Analisis Finansial

Inti dari analisis finansial adalah membandingkan antara pendapatan arus kas masukcash in flow dengan pengeluaraninvestasi arus kas keluarcash out flow. Setelah semua biaya dan manfaat dalam pengusahaan hutan teridentifikasi kemudian ditabulasikan dalam bentuk tabel aliran kas cash flow setiap tahun untuk memproyeksikan biaya dan manfaat dalam satu umur kegiatanproyek. KPH Sukabumi menggunakan daur untuk KP Pinus adalah 25 tahun. Perhitungan finansial pengusahaan hutan KP Pinus dibuat dari mulai ke- giatan penanaman sampai dengan penebangan sesuai dengan daur yang diguna- kan. Biaya dan penerimaan bersih telah memperhitungkan discount factor dengan r sebesar 8. Penentuan suku bunga ini didasarkan pada besarnya bunga bank atas pinjaman yang akan diberikan pada PT TSS. Pada lampiran 3 terlihat bahwa pada tahun ke-10 pengusahaan hutan pinus baru dapat memberikan pendapatan. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terdapat pemasukan yang diperoleh dari hasil penjarangan. Pemasukan terus diperoleh pada tahun-tahun selanjutnya yaitu dari hasil penyadapan getah. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai penerimaan bersih NPV dari tegakan pinus daur pertama sebesar Rp 8.421.142.877,-. Sedangkan nilai peneri- maan bersih sampai dengan jumlah daur tak berhingga sebesar Rp 9.739.200.118,- NPV tersebut akan diperoleh oleh KPH Sukabumi apabila kawasan hutan tersebut dikelola untuk pengusahaan KP Pinus pada saat ini. Namun karena pada saat ini kawasan hutan tersebut akan dilakukan kegiatan penambangan oleh PT TSS se- lama 30 tahun, maka KPH Sukabumi baru akan memperoleh penerimaan bersih setelah kegiatan penambangan selesai sebesar Rp 883.520.168,-. Akibat dari ke- hilangan kesempatan selama 30 tahun itu, KPH Sukabumi menderita kerugian se- besar Rp 8.855.679.950,- 9.739.200.118 - 883.520.168. Nilai terakhir tersebut harus digantikan oleh perusahaan pertambangan sebagai akibat hilangnya oppor- tunity cost hutan produksi. Perhitungan yang dilakukan belum memperhitungkan pajak terutama pada harga jual kayunya. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.

4.3 Nilai Ekonomi Pengusahaan Hutan Kelas Perusahaan Pinus Berdasar- kan Daur Optimal