Agar pemilik sumberdaya indifferent antara mengekstrasi kini dan masa mendatang, manfaat yang diperoleh kini capital gain harus sama dengan
discount rate . Penentuan kapan ekstraksi dilakukan dengan optimal tergantung
opportunity, yang dicerminkan oleh tingkat suku bunga bank. Penghargaan terhadap pentingnya keberadaan sumberdaya tak pulih berbanding terbalik dengan
besaran suku bunga.
2.5. Hutan
Hutan merupakan sumberdaya terbarukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hutan tidak saja memberikan manfaat pada saat ditebang
manfaat eksploitasi, namun juga banyak memberikan manfaat tatkala sumber- daya ini dibiarkan manfaat konservasi.
Pengelolaan sumberdaya hutan memiliki perbedaan dengan sumberdaya terbarukan lainnya, yaitu Fauzi 2006 :
1. Sumberdaya hutan kebanyakan tidak bersifat common property resource.
Hampir sebagian besar hutan di Indonesia dikuasai oleh pemerintah dan hak pengelolaan hutan diberikan kepada individu atau swasta melalui mekanisme
perizinan. Namun pada kenyataannya di lapangan, hutan bersifat common property resource
, misalnya kawasan hutan yang terkena kebijakan mora- torium kegiatan penebangan saat ini dimanfaatkan oleh penduduk sekitarnya.
2. Skala waktu time scale. Hutan memiliki skala waktu pertumbuhan yang sa-
ngat panjang, mulai saat ditanam sampai ditebang. 3.
Lahan dimana hutan tumbuh memiliki nilai pilihan option value. 4.
Harga per unit diharapkan meningkat tergantung umur pohon dan volume kayu
5. Adanya konflik pemanfaatan multiple use resource conflict, misalnya antara
pemanfaatan hutan untuk komersial dan rekreasi Arief 2001 menjelaskan hasil-hasil hutan dibedakan berdasarkan sifat
tangible dan intagible. Sifat-sifat intagible terdiri atas hasil yang berkaitan dengan
sistem alami misalnya hidrologi dan wisata alam. Sedangkan sifat-sifat tangible berupa hasil hutan berupa kayu. Salim 1997 menggolongkan manfaat hutan ke
dalam manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung adalah
manfaat yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat yaitu masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil hutan, antara lain kayu yang
merupakan hasil utama hutan, serta berbagai hasil hutan ikutan seperti rotan, getah, buah-buahan, madu dan lain-lain.
2.6. Pinus merkusii Jungh, et de Vriese
Hutan pinus di Indonesia termasuk hutan yang potensial terutama di Jawa dan Sumatera. Peran dan manfaatnya semakin meningkat setelah ditetapkan
sebagai salah satu jenis tanaman Hutan Tanaman Industri HTI. Pengusahaan hutan pinus di Jawa oleh PT Perhutani merupakan andalan kedua setelah jati.
Kelebihan jenis tanaman pinus adalah dapat menghasilkan produk ganda yaitu kayu dan getah Kasmudjo 1997.
Soediono 1983 menyatakan bahwa hutan Pinus merkusii Jungh, et de Vriese mempunyai potensi yang cukup besar dalam menunjang pembangunan,
berkat kemampuannya yang majemuk sebagai sumberdaya yang menguntungkan. Sifat-sifat yang menguntungkan dari kayu pinus seperti mudah dikerjakan,
mempunyai penampilan yang menarik dan mudah diawetkan, dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti korek api, chopstick, kayu konstruksi, kayu lapis
dan sebagainya. Disamping itu, kayu pinus mempunyai sifat yang kurang menguntungkan, antara lain : mengandung mata kayu, batang kebanyakan
bengkok, keawetan rendah kelas awet IV, mudah mengalami pewarnaan blue stain
dan mold, kadar air segar yang tinggi sampai di atas 100. Getah pinus diambil dari pohon melalui proses penyadapan. Menurut
Soediono 1983, getah dapat disadap pada umur 7 tahun dengan hasil 0,5 ton per tahun dengan cara penyadapan quarre dan penyadapan berhenti pada saat
penebangan tiba. Sedangkan menurut Tedja 1997 penyadapan dilakukan apabila telah mencapai umur 11 – 30 tahun atau kelas umur KU III – KU VI.
2.7. Daur