Nilai Ekonomi Penambangan Batu Kapur dan Lempung Berdasarkan Ekstraksi Optimal

Kegiatan penambangan batu kapur dan lempung dilakukan di kawasan hutan dimana sebelum dipinjam pakai oleh PT TSS telah dikelola oleh KPH Su- kabumi sebagai kawasan hutan produksi dengan Kelas Perusahaan Pinus. Kegi- atan penambangan berlangsung sesuai dengan umur tambang yaitu selama 30 ta- hun maka selama itu kawasan hutan tersebut tidak akan dapat menghasilkan kayu maupun getah. Oleh karena itu, diperkirakan selama masa pinjam pakai tersebut KPH Sukabumi akan kehilangan nilai ekonomi dari pengusahaan hutan pinus se- besar Rp 8.855.679.950,- bila digunakan daur yang berlaku di KPH Sukabumi yaitu 25 tahun atau sebesar Rp 14.295.059.027,- bila digunakan daur optimal yaitu 13 tahun. Nilai tersebut harus dibebankan kepada PT TSS sebagai tamba- han biaya yang harus diperhitungkan dalam perhitungan finansialnya. Dengan demikian, nilai NPV kegiatan penambangan batu kapur dan lempung akan men- jadi lebih kecil lagi dibandingkan dengan yang telah dihitung di atas.

4.5. Nilai Ekonomi Penambangan Batu Kapur dan Lempung Berdasarkan Ekstraksi Optimal

Perbedaan ekstraksi sumberdaya alam tidak terbarukan non renewable dengan sumberdaya alam yang terbarukan renewable adalah terletak pada jum- lah stokcadangan sumberdaya alam. Sumberdaya non renewable menghadapi kendala stok dalam melakukan ekstraksi artinya karena tidak adanya proses rege- nerasi, maka pada waktu tertentu stok tersebut akan habis. Hal ini berarti bahwa pengambilan dan pengkonsumsian pada barang sumberdaya alam saat ini akan berakibat pada tidak tersedianya barang tersebut di kemudian hari. Kondisi ini juga terjadi pada penambangan batu kapur dan lempung. Tingkat kebutuhan bahan baku per-ton semen masing-masing adalah 1,34 metrik ton MT batu kapur dan 0,27 MT lempung. Kapasitas pabrik semen pada awal tahun sebesar 1.700.000 MT dan meningkat mulai pada tahun ketiga sebesar 3.400.000 MT. Sedangkan tingkat penggunaan dari kapasitas pabrik semen ber- beda-beda untuk tiap tahunnya dan akan mengalami tingkat penggunaan yang sama dari mulai tahun ke-6 sampai dengan tahun ke-30. Tabel 12 di bawah ini menyajikan tingkat penggunaan kapasitas pabrik semen. Tabel 12 Tingkat penggunaan kapasitas pabrik semen dan kebutuhan bahan baku semen No Tahun Kapasitas pa- brik semen Tingkat penggunaan Kebutuhan pokok bahan baku Batu kapur Lempung 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 sd 30 1.700.000 1.700.000 3.400.000 3.400.000 3.400.000 3.400.000 82 100 59 81 88 96 1.867.960 2.278.000 2.688.040 3.690.360 4.009.280 4.373.760 376.380 459.000 541.620 743.580 807.840 881.280 Sumber : Studi Kelayakan Rencana Penambangan Batu Kapur dan Lempung PT TSS, 2007, diolah Penentuan ekstraksi optimal pada penambangan batu kapur dan lempung dengan umur tambang 30 tahun dan jumlah cadangan stok batu kapur dan lem- pung sebesar 148.770.000 metrik ton MT menghasilkan NPV sebesar Rp 73.754.009.851,-. Constrainkendala yang digunakan pada solver excell adalah kapasitas pabrik semen, tingkat penggunaan kapasitas pabrik semen dan kompo- sisi kebutuhan bahan baku untuk tiap ton semen. Nilai penerimaan bersih NPV yang diperoleh setelah dilakukan ekstraksi optimal lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai penerimaan bersih sesuai dengan rencana penambangan PT TSS tanpa adanya kendala kapasitas pabrik semen dan tingkat penggunaan kapasitas pabrik semen. Perhitungan selengkapnya beserta parameter solver excel disajikan pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.

4.6. Analisis Resiko