Hubungan Pemberdayaan dan Partisipasi

kesadaran menjadi sebuah kunci dalam keberhasilan pemberdayaan, karena pengetahuan dapat meningkatkan mobilisasi tindakan bagi perubahan Suharto,2005.

2.1.6 Partisipasi dalam Penyuluhan Pertanian

Partisipasi dalam menerapkan sutau program pemberdayaan petani pada kerangka penyuluhan pertanian sering diistilahkan sebagai bentuk adopsi, dimana suatu komunitas atau seseorang dapat menerima suatu ide-ide baru sampai memutuskan menerima atau menolak ide-ide tersebut Setiana, 2005. Tahapan proses seseorang dapat berpartisipasi dalam suatu program pemberdayaan tidak jauh berbeda dengan tahapan dalam proses adopsi inovasi. Wiriaatmaja 1971 yang dikutip oleh Setiana 2005 menyebutkan tahapan proses adopsi adalah sebagai berikut: 1 tahap sadar, dimana seseorang sudah mengetahui sesuatu yag baru karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain, 2 tahap minat, tahap dimana seseorang mulai memiliki keinginan mengetahui lebih banyak tentang isu tersebut, 3 tahap menilai, dimana seseorang mulai menilai atau menimbang- nimbang serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan dirinya, 4 tahap mencoba, dimana seorang mulai menerapkan aau mencoba dalam skala lebih kecil sebagai upaya untuk meyakinkan apakah dapat dilanjutkan, 5 tahap penerapan atau disebut adopsi, pada tahap ini seseorang sudah yakin akan isu atau hal baru tersebut dan mulai konsisten menerapkan. Dalam kerangka ilmu penyuluhan pertanian, Kartasapoetra 1987 menyebutkan bahwa perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri. Van den Ban dan Hawkins 2005 menyebutkan bahwa tujuan perilaku selain dipengaruhi oleh sikap, juga dipengaruhi oleh harapan lingkungan sosialnya, norma-norma subjektif, dan penilaian perilaku sendiri. Sikap itu sendiri menurut Van den Ban dan Hawkins 2005 adalah perasaaan, pikiran, kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Selanjutnya, Van den Ban dan Hawkins 2005 juga menyebutkan komponen sikap itu sendiri adalah pengetahuan, perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak atau kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi. Pemahaman masyarakat terhadap suatu program merupakan bentuk pandangan yang dapat membentuk sebuah penilaian dan dapat mengarahkan pada sebuah tindakan untuk kebaikan dirinya. Adapun tingkat penilaian petani merupakan ukuran baik dan tidak baiknya atau positif dan negatifnya suatu program yang dapat membentuk sikap penerimaan atau penolakan terhadap suatu program, seperti yang diungkap oleh Baron dan Byrne 2003 yang dikutip oleh Lokita 2011 ketika individu memiliki sikap yang kuat terhadap isu-isu tertentu, maka mereka seringkali bertingkah laku konsisten dengan pandangan tersebut. Penilaian yang positif terhadap suatu program akan mendorong responden untuk terlibat dalam rangkaian kegiatan program pertanian organik. Dapat diambil kesimpulan mengenai makna tersebut bahwa pengetahuan dan kesadaran tentang suatu isu tertentu merupakan suatu bentuk penilaian yang menentukan sikap seseorang negatif atau positif terhadap isu ataupun program tertentu dan hal ini turut mempengaruhi perilaku seseorang untuk menolak atau menerima isu atau program tersebut. Hal demikian serupa dengan tahap partisipasi, dimana seseorang yang secara sadar akan adanya suatu ide baru atau suatu program, yang kemudian mencari informasi tambahan seputar program yang menunjukkan minat terhadap program dan kemudian menilai, lalu mencoba menerapkan dan secara konsisten menerapkan program merupakan suatu bentuk proses pemberdayaan, dimana dalam penelitian ini dijadikan sebagai proses dan ukuran keberhasilan program pemberdayaan komunitas tani dalam penerapan sistem pertanian organik. Perubahan perilaku dalam penyuluhan pertanian umumnya berjalan lambat, karena tidak setiap orang mengadopsi inovasi atau isu tertentu pada tingkat yang sama. Setiana 2005 menyebutkan bahwa kecepatan adopsi dipengaruhi oleh faktor sifat inovasi, sifat sasaran, faktor individu atau pribadi, luas usaha tani, tingkat pendapatan, keberanian mengambil resiko, umur, tingkat partisipasi dalam kelompok atau organisasi luar, dan berbagai sumber informasi yang dapat di manfaatkan. Sifat sasaran atau pengadopsi Rogers 1983 yang dikutip oleh Van den Ban dan Hawkins 2005 dibedakan menjadi kategori, yaitu inovator kelompok perintis, early adopter kelompok pelopor atau penerap lebih dini, early mayority penerap inovasi awal, late mayority penerap inovasi lambat, dan