kebutuhan akan hasil bertani, dimana sebagian besar petani dari semua golongan umur mengandalkan hasil bertani untuk konsumsi keluarganya. Mereka pun
seringkali disibukkan dengan aktifitas pencarian nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, sehingga sangat sedikit waktu untuk mengikuti
kegiatan penyuluhan. Adapun mereka yang turut menerapkan cara bertani organik meskipun jarang atau tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan berupa
sosialisasi dan pelatihan, mereka dapat melihat cara bertani organik dari petani lain yang telah menerapkan cara bertani organik. Selain itu, praktek bertani organik juga
merupakan praktek bertani yang pada umumnya sudah biasa mereka lakukan dengan prinsip kearifan lokal yang terdapat didaerah tersebut. Hal inilah yang
menyebabkan umur tidak mempengaruhi partisipasi petani terhadap pelaksanaan program.
8.2.2 Hubungan Partisipasi dengan Tingkat Kepemilikan Lahan Pertanian
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp Sig. 1-tailed hitung sebesar 0,01 0,05 dalam pengertian tingkat kepemilikan
lahan bertani, H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, karakteristik tingkat kepemilikan lahan pertanian mempengaruhi tingkat partisipasi responden terhadap pelaksanaan
program. Tabel 21. Hubungan Tingkat Kepemilikan Lahan Pertanian dengan Tingkat
Partisipasi Responden dalam Pelaksanaan Program
Tingkat Kepemilikan Lahan Pertanian
Tingkat partisipasi Total
Rendah Sedang
Tinggi Rendah 0,25 Ha
78.6 21.40
0.00 100
Sedang 0,25 - 0,5 Ha 37.5
43.75 18.75
100 Tinggi 0,5 Ha
40.0 20.00
40.00 100
Ket: =0,01 rs = 0,481
Berdasarkan Tabel 21, terlihat bahwa terdapat perbedaan tingkat partisipasi antar tingkat kepemilikan lahan pertanian. Hal tersebut menunjukan adanya
hubungan pengaruh antara tingkat kepemilikan luas lahan pertanian dengan tingkat partisipasi. Sebagian besar, responden yang memiliki luas lahan kurang dari 0,25 ha
yaitu sebanyak 78,6 persen memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Berdasarkan tabel tersebut juga terlihat bahwa semakin luas lahan yang dimiliki responden,
maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan program terutama dalam penerapan praktek bertani organik. Hal tersebut juga yang
menyebabkan usaha dalam bidang pertanian responden hanya skala subsisten, yaitu sebatas konsumsi rumah tangga petani. Petani yang memiliki luas lahan yang
tergolong rendah mayoritas melihat pertanian dalam jumlah produktivitas dari hasil pertanian, dan memiliki kekhawatiran “gagal panen”, sehingga membuat mereka
tidak menerapkan kembali praktek bertani organik dalam aktivitas usaha taninya. Adapun petani yang memiliki luas lahan pertanian yang tergolong tinggi mayoritas
memandang bahwa kegiatan pertanian organik sebagai usaha ekonomi produktif yang bernilai tinggi sehingga dengan mencoba menerapkan praktek bertani organik
memiliki pengharapan peningkatan produksi, selain itu aspek kesehatan menjadi orientasi petani yang memiliki luas lahan pertanian yang tinggi.
8.2.3 Hubungan Partisipasi dengan Tingkat Pengalaman Bertani