laggard penolak inovasi. Selanjutnya Rogers 1983 dalam Van den Ban dan
Hawkins 2005 juga mengatakan bahwa variabel yang mempengaruhi tingkat kecepatan adopsi tersebut diantaranya adalah pendidikan, keterampilan baca tulis,
status sosial ekonomi yang tinggi, unit ukuran yang lebih besar, orientasi ekonomi komersial, sikap tentang kredit, sikap tentang perubahan dan pendidikan, partisipasi
sosial, intelegensi, kosmopolitan keterbukaan, kontak dengan agen perubahan. Kaitan kecepatan adopsi dengan keberhasilan program pemberdayaan dalam
penerapan sistem pertanian organik disini, dilihat dari tingkat penerapan petani dalam pelaksanaan program pertanian organik, artinya proses pemberdayaan masih
berlangsung dengan adanya perbedaan tingkat penerapan program dari masing- masing individu petani.
2.17 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Komunitas dalam Penerapan Sistem Pertanian Organik
Suatu proses pembangunan, memerlukan upaya pemberdayaan dan partisipasi komunitas. Pembangunan pertanian pun dapat berkelanjutan jika
didukung oleh faktor keberlanjutan kelembagaan dalam masyarakat. Indriana 2010 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kelembagaan
dalam sistem pertanian organik adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal sangat mempengaruhi tata kelola baik dalam sistem pemerintahan,
jejaring kerjasama dan sarana umum, sedangkan faktor internal seperti kepemimpinan, dan adanya aturan tertulis dan tidak tertulis, serta proses pendirian
kelembagaan dan partisipasi komunitas. Partisipasi menurut Mubyarto 1985 yang dikutip oleh makmur 2007,
adalah suatu kesadaran masyarakat untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Adapun dalam hubungannya dengan pembangunan, partisipasi harus memiliki tiga syarat yaitu: adanya kesempatan, kemauan, dan dan kemampuan masyarakatnya
untuk berpartisipasi. Apriyanto 2008 menyebutkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari internal warganya ataupun
dari pelaksanaan programnya. Faktor dari internal warganya seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, beban keluarga, pengalaman berkelompok, dan
lama tinggal. Sedangkan dari pelaksanaan programnya seperti metode kegiatannya,
dan pelayanan kegiatan programnya. Selain faktor eksternal dan internal tersebut, pemberdayaan dan partisipasi sangat ditentukan oleh keberlanjutan kelembagaan
ekonomi yang terbentuk dalam masyarakat, dimana hal tersebut sangat didukung oleh pola kemitraan antara masyarakat dengan pihak swasta dan masyarakat dengan
good governance. Pada umumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya partisipasi
dan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal dari masyarakat itu sendiri. Faktor internal masyarakat itu sendiri diantaranya adalah
faktor kebutuhan, dan kemampuan masyarakat yang dapat mendorong motivasi masyarakat terhadap program, sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan
masyarakat dimana masyarakat itu tinggal, meliputi aturan dalam masyarakat rule of the game
baik tertulis ataupun tidak tertulis, keadaan sumberdaya alamnya, modal sosial masyarakatnya, kebijakan pemerintah, sarana dan prasarana yang
mendukung partisipasi seperti informasi dan jejaring kerjasama antara masyarakat dengan stakeholder terkait lainnnya. Dalam penelitian ini faktor-faktor internal
individu petani menjadi faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam pelaksanaan program, seperti yang disebutkan oleh Van den Ban dan Hawkins
2005 luas usaha tani, dan keberanian mengambil resiko, serta sumber informasi yang dapat dijangkau dan dimanfaatkan didaerah tersebut, dan tingkat partisipasi
dalam kelompok. Selain itu, Rogers 1983 yan dikutip oleh Van den Ban Hawkins 2005 menyebutkan bahwa variabel umur, keterbukaan dengan media massa,
status sosial yang tinggi, dan tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat adopsi petani terhadap program. Dengan demikian, penelitian ini, membatasi faktor
internal tersebut hanya pada golongan umur, tingkat pengalaman bertani, tingkat kepemilikan lahan, dan tingkat keterjangkauan informasi penyuluhan pertanian.
2.2 Kerangka Pemikiran