Proses Penerimaan Sistem Pertanian Organik

6.2 Proses Penerimaan Sistem Pertanian Organik

Penerimaan petani terhadap penerapan sistem pertanian organik dapat dikatakan tinggi seperti yang tertera dalam tabel 13 dibawah ini, dalam hal ini adalah penerimaan dalam prinsip bertani bebas pestisida, penanaman tumpangsari, dan penggunaan bahan-bahan alami untuk pupuk dan pestisida, dan mina padi. Tabel 13. Tingkat Penerimaan Petani terhadap Penerapan Sistem Pertanian Organik Tingkat Penerimaan terhadap Praktek Bertani Organik Jumlah N Tidak Menerima 1 2.5 Kurang Menerima 8 20.0 Menerima 31 77.5 Sosialisasi program pertanian organik disampaikan melalui berbagai kegiatan yang diadakan oleh kelompok tani dan dipraktekan oleh masing-masing pengurus dan ketua kelompoknya dengan serta merta memberikan keteladanan dalam hal praktek bertani organik dari awal diadakan program hingga saat dilakukan penelitian. Proses penyuluhan pun terus berlangsung melalui kegiatan kelompok tani. Secara “getok tular” informasi tentang manfaat bertani organik disampaikan kepada petani lain. Namun demikian, tidak sedikit petani yang masih menerapkan praktek bertani konvensional. Perbedaan tingkat penerimaan inovasi atau pelaksana praktek kegiatan bertani organik yang menyebabkan cepat dan lambatnya peerimaan pertanian organik oleh petani. Perbedaan tingkat penerapan inovasi atau program pertanian organik oleh petani dibedakan berdasarkan kategori inovator, early adopter, early mayority, late mayority, dan laggard Rogers 1983 yang dikutip Van den Ban, Hawkins 2005 dimana mayoritas mereka yang menerapkan praktek bertani organik adalah mereka merupakan inovator dan early adopter dalam masyarakat seperti ketua kelompok tani atau tokoh masyarakat yang juga merupakan penerima informasi dan inovasi yang pertama kali. Hal inilah yang membedakan antara petani yang masih menerapkan praktek bertani organik dengan mereka yang baru menerapkan atau kembali menerapkan praktek bertani konvensional. . Mayoritas dari mereka hanya melaksanakan praktek bertani organik pada saat informasi pertanian organik gencar dibicarakan, namun setelah program pertanian organik tersebut selesai, mereka cenderung kembali menerapkan praktek bertani konvensional, golongan ini disebutkan sebagai golongan early mayority atau late mayority. Mereka yang termasuk golongan tersebut cenderung bersikap hati-hati untuk menghindari kerugian, mereka akan tetap menerapkan inovasi atau praktek bertani organik jika mereka merasa hal tersebut menguntungkan secara ekonomi mereka, dan mereka dapat menerapkan praktek bertani organik jika kebanyakan petani di sekitar lingkungannya telah menerapkannya dan benar-benar meningkatkan kehidupannya, ketika hal tersebut dirasakan oleh mereka tidak seperti harapan, mereka cenderung kembali menerapkan praktek bertani konvensional. Berbeda untuk petani yang tergolong early adopter ataupun inovator, mereka tetap menerapkan praktek bertani organik hingga saat dilakukan penelitian, meski mereka mendapatkan penurunan tingkat produksi dari hasil bertani organik, mereka cenderung percaya hal tersebut dapat memberikan manfaat secara jangka panjang, mereka yang tergolong inovator adalah para ketua kelompok tani, yang tidak hanya mencoba menerapkan inovasi atau praktek bertani organik tersebut tetapi juga mengajak petani lain untuk ikut dalam penyuluhan dan penerapan program, mereka menciptakan cara baru bagaimana petani lain dapat mengaplikasikan inovasi tersebut, dan mereka ini yang cenderung menjadi teladan bagi petani lain dalam menerapkan inovasi pertanian organik. Adapun mereka yang merupakan golongan early adopter adalah mereka yang tergabung menjadi anggota dalam kelompok tani, dimana mereka sangat terbuka dan luwes menerima inovasi atau program, dan mereka mau menerapkannya. Adanya tingkat penerimaan inovasi atau program pertanian organik ini, yang menunjukkan cepat lambatnya petani menererapkan inovasi atau praktek bertani organik. Dengan adanya perbedaan tersebut dapat dikatakan bahwa proses pemberdayaan masih terus berlangsung meskipun pada saat penelitian ini sebagian besar petani kembali menerapkan praktek bertani konvensional. BAB VII PARTISIPASI KOMUNITAS TANI DAN KESIAPAN INSTITUSI DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBERDAYAAN

7.1 Partisipasi sebagai Kunci Pemberdayaan