dan pelayanan kegiatan programnya. Selain faktor eksternal dan internal tersebut, pemberdayaan dan partisipasi sangat ditentukan oleh keberlanjutan kelembagaan
ekonomi yang terbentuk dalam masyarakat, dimana hal tersebut sangat didukung oleh pola kemitraan antara masyarakat dengan pihak swasta dan masyarakat dengan
good governance. Pada umumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya partisipasi
dan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal dari masyarakat itu sendiri. Faktor internal masyarakat itu sendiri diantaranya adalah
faktor kebutuhan, dan kemampuan masyarakat yang dapat mendorong motivasi masyarakat terhadap program, sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan
masyarakat dimana masyarakat itu tinggal, meliputi aturan dalam masyarakat rule of the game
baik tertulis ataupun tidak tertulis, keadaan sumberdaya alamnya, modal sosial masyarakatnya, kebijakan pemerintah, sarana dan prasarana yang
mendukung partisipasi seperti informasi dan jejaring kerjasama antara masyarakat dengan stakeholder terkait lainnnya. Dalam penelitian ini faktor-faktor internal
individu petani menjadi faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam pelaksanaan program, seperti yang disebutkan oleh Van den Ban dan Hawkins
2005 luas usaha tani, dan keberanian mengambil resiko, serta sumber informasi yang dapat dijangkau dan dimanfaatkan didaerah tersebut, dan tingkat partisipasi
dalam kelompok. Selain itu, Rogers 1983 yan dikutip oleh Van den Ban Hawkins 2005 menyebutkan bahwa variabel umur, keterbukaan dengan media massa,
status sosial yang tinggi, dan tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat adopsi petani terhadap program. Dengan demikian, penelitian ini, membatasi faktor
internal tersebut hanya pada golongan umur, tingkat pengalaman bertani, tingkat kepemilikan lahan, dan tingkat keterjangkauan informasi penyuluhan pertanian.
2.2 Kerangka Pemikiran
Adanya asumsi bahwa dalam proses penerapan pertanian organik terhadap komunitas petani mengalami benturan budaya pertanian, dalam hal ini adalah
benturan antara budaya bertani konvensional yang telah lama diterapkan oleh masyarakat atau dikenal sebagai revolusi hijau dengan budaya bertani organik.
Kondisi pertanian masyarakat sebelumnya diasumsikan mengembangkan sistem pertanian konvensional yang telah melembaga dalam aktivitas pertaniannya.
Kemudian, pemerintah atau institusi menerapkan suatu konsep pertanian organik. Pergeseran dan perubahan aktivitas dan budaya pertanian dari sistem pertanian
konvensional menjadi sistem pertanian organik disebabkan oleh adanya proses pemberdayaan masyarakat terhadap pertanian organik. Proses pemberdayaan
dilakukan melalui aktivitas penyadaran atau pengenalan komunitas sosialisasi program, dan aktivitas penerapan program bertani organik.
Aktivitas penerapan program meliputi pelatihan, aplikasi program, evaluasi bersama terhadap pelaksanaan program. Meskipun demikian, dalam proses
penyadaran dan penerapan program terhadap komunitas, perlu memperhatikan karakteristik individu petani dan karakteristik inisiator program institusi agar
petani mau dan mampu berpartisipasi. Karakteristik individu petani dan karakteristik institusi menjadi faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan komunitas dalam pelaksanaan program. Karakteristik individu petani dilihat dari faktor internal dan eksternal dari diri
mereka. Faktor internal individu petani yang dapat diukur dan dapat mempengaruhi
tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas dalam penerapan Sistem Pertanian Organik meliputi umur, tingkat pendidikan,
kepemilikan dan luas lahan pertanian tingkat stratum rumah tangga pertanian, serta tingkat pengalaman dalam bertani, dan tingkat keterdedahan terhadap
informasi penyuluhan pertanian. Adapun faktor eksternal yang terdapat dalam diri mereka yang tidak diteliti namun dapat mempengaruhi keberhasilan program
pemberdayaan komunitas meliputi ketersediaan sumberdaya alam, modal sosial, aturan tertulis dan tidak tertulis, dan peran kepemimpinan, serta kelembagaan
pertanian yang telah terbentuk. Karakteristik institusi atau inisiator program merupakan variabel lain yang
turut mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan petani meliputi kepentingan institusi atas program, kebutuhan pangan nasional, kebijakan pemerintah terhadap
pertanian, ketersediaan sarana dan prasarana pertanian, serta jejaring kerjasama yang akan dan atau telah terbentuk.
Keterangan : Menyebabkan :
Mempengaruhi : Mencakup :
Batasan Penelitian
Eksternal :
¾ Ketersediaan
sumberdaya alam ¾
Modal Sosial ¾
Aturan tertulis dan tidak tertulis
¾ Peran
kepemimpinan ¾
Kelembagaan pertanian
Karakteristik Individu Petani
Karakteristik Institusi
¾ Kepentingan institusi
¾ Kebutuhan pangan
nasional ¾
Kebijakan Pemerintah terhadap pertanian
¾ Ketersediaan Sarana
dan Prasarana Pertanian
¾ Jejaring kerjasama
Proses Benturan Budaya Pertanian
Inovasi Pertanian Organik
Pertanian Konvensional
Revolusi Hijau
Tingkat Keberhasilan Pemberdayaan Komunitas Tani dalam Penerapan Pertanian
Organik:
Kelanjutan Penerapan Sistem Bertani Organik oleh Petani pengulangan kegiatan bertani organik
Tingkat Pendapatan hasil pertanian
Internal :
¾ Umur
¾ Tingkat
Kepemilikan lahan pertanian
¾ Tingkat Pengalaman
Bertani ¾
Tingkat Keterjangkauan
terhadap informasi Penyuluhan
Proses Pemberdayaan :
Tingkat Penilaian Proses Penyadaran :
¾ Aktivitas Inisiasi program
¾ Aktivitas Sosialisasi program
Tingkat Penerimaan Proses Penerapan:
¾ Pelatihan
¾ Aplikasi Program
¾ Evaluasi Proses Bersama
Tingkat Partisipasi
Petani
Tingkat Kesiapan
Institusi: Instrumen
Pelaksanaan dilapangan
24
2.3 Hipotesis Penelitian