PENUTUP Pemberdayaa Komunitas Tani dalam Penerapan Sistem Pertanian Organik (Studi Tiga Desa Binaan BP3K UPTD Dramaga Kabupaten Bogor)

BAB X PENUTUP

10. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, sikap petani terhadap sistem pertanian organik cenderung sangat positif. Sebagian besar dari mereka mengetahui bagaimana praktek bertani organik dan besarnya manfaat bertani organik dibanding bertani konvensional. Mereka pun memiliki keinginan menerapkan cara bertani organik tersebut. Hal tersebut menjadi sebuah ukuran penerimaan petani tentang praktek bertani organik. Proses penerimaan petani dalam penerapan sistem pertanian organik dimulai dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh institusi dalam hal ini penyuluh pertanian, yang kemudian isu pertanian organik ini mempengaruhi sejumlah orang yang memiliki peranan dalam masyarakat, dimana kemudian mereka pulalah yang menyampaikan informasi tentang isu pertanian organik tersebut, mereka inilah yang berperan sebagai inovator atau early adopter dalam masyarakat. Analisis hubungan pengaruh antara karakteristik internal individu petani dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program penerapan pertanian organik. Umur tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program. Hal ini karena mayoritas petani dari semua golongan umur memiliki orientasi yang sama dalam pemanfaatan waktu dimana mereka jarang berkesempatan mengikuti kegiatan penyuluhan karena disibukan dengan aktifitas pencarian nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Adapun untuk tingkat pengalaman bertani dan tingkat kepemilikan lahan bertani memiliki hubungan pengaruh dengan tingkat partisipasi. Petani yang memiliki lahan bertani yang luas memiliki kesempatan untuk mengembangkan kegiatan bertani sesuai keinginan mereka, dan mereka cenderung tidak menjadikan lahan bertani tersebut sebagai kegiatan ekonomi subsisten. Adapun bagi petani yang memiliki pengalaman bertani yang tinggi cenderung memiliki perhatian yang tinggi terhadap kesuburan tanah dan kesehatan. Adapun, anlisis tingkat keterjangkauan informasi penyuluhan pertanian berdasarkan anlisis statistik tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Hal ini karena adanya perbedaan tingkat penerimaan inovasi atau program pertanian organik dalam proses pemberdayaan, mereka yang memiliki sikap yang positif terhadap sistem pertanian organik dan konsisten menerapkannya adalah mereka yang tergolong inovator dan early adopter dimana jumlahnya lebih sedikit dibandingkan petani yang tergolong early mayority dan late mayority, mereka itu memiliki tingkat pengalaman yang tinggi dan tingkat kepemilikan atau penguasaan lahan yang tinggi pula, dan mereka lebih terbuka dengan inovasi atau program dan informasi. Dalam pelaksanaan program, petani golongan early mayority dan late mayority cenderung kembali menerapkan praktek bertani konvensional. Hal ini karena sebagian besar petani memiliki kekhawatiran akan “resiko gagal panen” dan penurunan hasil, terutama mereka yang memiliki lahan pertanian yang sempit. Hal tersebut yang membuat mereka bersikap hati-hati dan membuat mereka menerapkan kembali praktek bertani organik setelah mencoba praktek organik. Dari hasil penelitian ini juga ditemukan bahwa tingkat partisipasi petani dan tingkat kesiapan institusi dalam pelaksanaan program memiliki hubungan pengaruh dengan tingkat keberhasilan program pemberdayaan komunitas tani dalam penerapan sistem pertanian organik. Pelaksanaan program berjalan sesuai target Rencana Kerja Penyuluh Pertanian RKPP, dengan kata lain pelaksanaan dilapangan berlangsung sesuai jadwal, dan penyuluh pun memiliki instrument pemberdayaan untuk praktek di lapangan, dan responden pun sebagian besar berdasarkan hasil kegiatan penyuluhan memiliki pengetahuan dan keinginan menerapkan praktek bertani organik, meskipun banyak diantara mereka yang kembali menerapkan praktek bertani konvensional. Pelaksanaan program pemberdayan tersebut masih dikatakan kurang berhasil karena masih banyak petani yang kembali menerapkan praktek bertani konvensional setelah mencoba praktek bertani organik. Selain itu, pelaksanaan program yang dilakukan institusi penyuluhan ini belum menyentuh kebutuhan petani yang mendasar dalam hal ini kebutuhan hidup yang mendasar seperti kebutuhan ekonomi, sehingga petani masih banyak yang tidak konsisten menerapkan praktek bertani organik, dan belum mau melaksanakan terutama bagi petani golongan early mayority dan late mayority. DAFTAR PUSTAKA Anwar A. 1992. Membangun Kerangka Dasar Sistem Pertanian yang Berkelanjutan dalam Rangka Meningkatkan Kemandirian Bangsa. Jurnal Ilmiah Mimbar Sosek no. 4, hal.12-47. Aprianto Y. 2008. Tingkat Partisispasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat. [Skripsi]. Bogor [ID]: Program Sarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Apandi AR. 2010. Analisis Modal Sosial Komunitas Terhadap Tingkat Partisipasi Dalam Implementasi Program Corporate Social Responsbility CSR. Studi Kasus: PT. Arutmin, Kalimantan Selatan. [Skripsi]. Bogor [ID]: Program Sarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Aziz M. 2005. Model-model Pemberdayaan. Jakarta [ID]: LKIS Pelangi Aksara. Departemen Pertanian. 2008. Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian. Jakarta [ID] Departemen Pertanian. Elizabeth R. 2007. Partisipasi Sebagai Strategi Pemberdayaan Petani Miskin Melalui Program Integrasi Jagung dan Ternak. Jurnal Sosial Ekonomika SOCA,vol. 8, no.1. Ife J, Frank T. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta [ID]: Pustaka Pelajar. IFOAM International Federation of Organic Agricultiral Movement. 2008. Prinsip-prinsip Pertanian Organik. [Internet]. [Dikutip 26 April 2011]. Diunduh dari www.ifoam.org. Indriana H. 2010. Kelembagaan Berkelanjutan dalam Pertanian Organik. [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. JAJAKI Jaringan Kebijakan Publik Indonesia. 2005. Rekomendasi Buku Putih: Membangun Pertanian Membangun Kemakmuran Bersama. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Jarnanto A. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. [Internet]. [dikutip 26 April 2011]. Dapat diunduh dari: http:tanimulya.blog.com20100613pertanian-berkelanjutan. Kartasapoetro AG. 1987. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta [ID]. Bumi Aksara. Lokita DA. 2011. Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah, [Skripsi]. Bogor [ID]. Program Sarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Makmur S. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan Prasarana Perdesaan P2D. [Skripsi]. Bogor [ID]: Program Sarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Mugniesyah SS. 2006. Materi Bahan Ajar: Ilmu Penyuluhan. Bogor [ID]: Departemen sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Musirawa. 2010. Pertanian Organik Menghemat Gas. [Internet]. [Dikutip pada 26 April 2011]. Dapat diunduh dari http:palembang.tribunnews.comview29655pertanian_organik_menghe mat_gas\. Pakpahan A. 2005. Membangun Pertanian Indonesia: Bekerja Bermartabat dan Sejahtera. Bogor [ID]: DPP Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor. Renstra Rencana Strategis Dinas Pertanian. 2005. Rencana Strategis dan Kbijakkan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. [Internet]. [Dikutip 26 April 2011]. Diunduh dari http:pupuknpkorganiklengkap.blogspot.com200911bogor- kembangkan-pertanian-organik.html. RKPP Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian. 2008. Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Wilayah Binaan UPTD Dramaga. [unpublish]. Bogor [ID]: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian.Yogyakarta [ID]: Gajah Mada University Press. Setiana L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor [ID]: Ghalia Indonesia. Singarimbun M dan Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta [ID]. Pustaka LP3ES. Suharma. 2005. Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Di Pedesaan Dalam Meningkatkan Kesejahteraannya. [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung [ID]: Refika Aditama Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembaangannya. Yogyakarta [ID]: Kanisius. Van den Ban A.W, Hawkins H.S. 2005. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta [ID]. Kanisius. Wahyuni ES. 2010. Pedoman Teknik Penulisan Studi Pustaka. Bogor [ID]: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB. Wicaksono MA. 2010. Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung jawab Sosial Perusahaan. [Skripsi]. Bogor [ID]: Program Sarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Widianto. 2008. Pemberdayaan Komunitas Patani Melalui Program Kemitraan Agribisnis Paprika. [Skripsi]. Bogor [ID]: Program Sarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. LAMPIRAN Lampiran 2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Umur Tingkat Partisipasi 40 100.0 .0 40 100.0 Pengalaman Bertani Tingkat partisipasi 40 100.0 .0 40 100.0 Kepemilikan lahan Pertanian Tingkat partisipasi 40 100.0 .0 40 100.0 Jangkauan Informasi Penyuluhan Pertanian Tingkat partisipasi 40 100.0 .0 40 100.0 Sikap Tingkat partisipasi 40 100.0 .0 40 100.0 Tingkat Penerimaan Tingkat partisipasi 40 100.0 .0 40 100.0 Crosstab Count Tingkat Partisipasi Total rendah Sedang tinggi Umur Muda 1 1 2 dewasa 3 1 4 Tua 17 10 7 34 Total 21 12 7 40 Correlations Umur Kpartisipasi Spearmans rho Umur Correlation Coefficient 1.000 .154 Sig. 1‐tailed . .171 N 40 40 Kpartisipasi Correlation Coefficient .154 1.000 Sig. 1‐tailed .171 . N 40 40 Tingkat Partisipasi Tingkat partisipasi Spearmans rho Tingkat Kepemilikan Correlation Coefficient 1.000 .481 Sig. 1‐tailed . .001 N 40 40 Tingkat Partisipasi Correlation Coefficient .481 1.000 Sig. 1‐tailed .001 . N 40 40 . Correlation is significant at the 0.01 level 1‐tailed. Pengalaman Bertani Tingkat partisipasi Spearmans rho Pengalaman Bertani Correlation Coefficient 1.000 .397 Sig. 1‐tailed . .006 N 40 40 Tingkat Partisipasi Correlation Coefficient .397 1.000 Sig. 1‐tailed .006 . N 40 40 Correlations Umur Kpartisipasi Spearmans rho Umur Correlation Coefficient 1.000 .154 Sig. 1‐tailed . .171 N 40 40 Kpartisipasi Correlation Coefficient .154 1.000 Sig. 1‐tailed .171 . . Correlation is significant at the 0.01 level 1‐tailed. Crosstab Count Tingkat Partisipasi Total rendah sedang tinggi Pengalaman Bertani rendah 11 3 14 sedang 6 7 3 16 tinggi 4 2 4 10 Correlations Umur Kpartisipasi Spearmans rho Umur Correlation Coefficient 1.000 .154 Sig. 1‐tailed . .171 N 40 40 Kpartisipasi Correlation Coefficient .154 1.000 Sig. 1‐tailed .171 . Total 21 12 7 40 Crosstab Count Tingkat Partisipasi Total rendah sedang tinggi Tingkat Kepemilikan Lahan rendah 11 4 15 sedang 10 7 4 21 tinggi 1 3 4 Crosstab Count Tingkat Partisipasi Total rendah sedang tinggi Tingkat Kepemilikan Lahan rendah 11 4 15 sedang 10 7 4 21 tinggi 1 3 4 Total 21 12 7 40 Correlations Jangkauan Info Tingkat Partisipasi Spearmans rho Tingkat Correlation Coefficient 1.000 .237 Jangkauan Informasi Penyuluhan Pertanian Sig. 1‐tailed . .070 N 40 40 Tingkat Partisipasi Correlation Coefficient .237 1.000 Sig. 1‐tailed .070 . N 40 40 Count Tingkat Partisipasi Total Rendah sedang tinggi Tingkat Jangkauan Informasi Penyuluha n Pertanian Rendah 5 6 1 12 sedang 11 1 12 tinggi 5 5 6 16 Total 21 12 7 40 Count Tingkat Partisipasi Total rendah sedang tinggi Sikap kurang positif 3 2 5 Positif 11 4 15 Sangat positif 7 6 7 20 Total 21 12 7 40 Crosstab Count Tingkat Partisipasi Total rendah sedang tinggi Tingkat Penerimaan Tidak Menerima 1 1 Kurang Menerima 5 3 8 Menerima 15 9 7 31 Total 21 12 7 40 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Tingkat Partisipasi Tingkat Keberhasilan Program 40 100.0 .0 40 100.0 Tingkat Penilaian Tingkat Keberhasilan Program 40 100.0 .0 40 100.0 Tingkat Penerimaan Tingkat Keberhasilan Program 40 100.0 .0 40 100.0 Crosstab Count Tingkat Keberhasilan Program Total tidak ya Tingkat Partisipasi rendah 14 7 21 sedang 6 6 12 tinggi 1 6 7 Total 21 19 40 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Tingkat Kesiapan Institusi Tingkat Keberhasilan Program 39 97.5 1 2.5 40 100.0 Tingkat Kesiapan Institusi Tingkat Keberhasilan Program Crosstabulation Count KberhasilPrg Total tidak berhasil kurang berhasil TingKesInstitusi Sedang 14 4 18 Tinggi 7 14 21 Total 21 18 39 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent KberhasilPrg Sikap 40 100.0 .0 40 100.0 KberhasilPrg TkPenerimaan 40 100.0 .0 40 100.0 KberhasilPrg Kpartisipasi 40 100.0 .0 40 100.0 Crosstab Count TkPenilaian Total kurang positif positif sangat positif KberhasilPrg tidak berhasil 3 14 4 21 kurang berhasil 2 1 16 19 Total 5 15 20 40 Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Interval by Interval Pearsons R .495 .148 3.507 .001 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .562 .143 4.193 .000 c N of Valid Cases 40 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Crosstab Count TkPenerimaan Total Tidak Menerima Kurang Menerima meneri ma KberhasilPrg tidak berhasil 1 8 12 21 kurang berhasil 19 19 Total 1 8 31 40 Correlations TingKesInstitusi Kpartisipasi KberhasilPrg Spearmans rho TingKesInstitusi Correlation Coefficient 1.000 .536 .444 Sig. 1‐tailed . .000 .002 N 39 39 39 Kpartisipasi Correlation Coefficient .536 1.000 .356 Sig. 1‐tailed .000 . .012 N 39 40 40 KberhasilPrg Correlation Coefficient .444 .356 1.000 Sig. 1‐tailed .002 .012 . N 39 40 40 . Correlation is significant at the 0.01 level 1‐tailed. Crosstab Count TkPenerimaan Total Tidak Menerima Kurang Menerima meneri ma KberhasilPrg tidak berhasil 1 8 12 21 kurang berhasil 19 19 . Correlation is significant at the 0.05 level 1‐tailed. Lampiran 3. Rencana Kerja Penyuluh Pertanian dan Evaluasi Materi Kunjungan Penyuluh Pertanian: No. Bulan Materi Kunjungan Metode Output 1. Januari • Varietas padi benih unggul berlabelbersertifikat • Pemupukan berimbang Demplot Pertemuan Kunjungan Meningkatkan PSK dalam pemupukan, benih bermutu. 2. Februari • Sosialisasi SLPTT Padi Sawah Kunjungan Meningkatkan PSK Petani 3. April • Penggiliran varietas padi tahan tungro • Pembuatan Komposbokashi Demplot Pertemuan Kunjungan Meningkatkan PSK dalam pengendalian hama dan pembuatan pupuk kompos 4. Mei • Pembuatan pestisida nabati • Pengendalian hama terpadu padi sawah Pertemuan Kunjungan Meningkatkan PSK dalam pembuatan pestisida nabati 5. Juni • Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT SistemLegowo • Pengendalian hama terpadu • Pemupukan berimbang Demplot Petemuan dan Kunjungan MEningkatkan PSK dalam penelolaan tanaman dan pemupukan serta pengendalian hama 6. Juli • Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT • Pemupukaan berimbang padi sawah • Pengendalian hama terpadu tahan tungro Demplot Pertemuan Kunjungan Meningkatkan PSK dalam pemupukan, jarak tanam, dan penetuan umur tanaman 7. Agustus • Pemupukan berimbang padi sawah • Pola tanam padi dan palawija Cara pemberian pupuk padi sawah • Jadwal pemberian pupuk padi sawah Demplot Kunjungan Meningkatkan PSK dalam pemupukan, jarak tanam, dan pola pergiliran tanaman 8. September • Penggiliran varietas padi tahan tungro • Pembuatan kompos Anjangsana Meningkatkan PSK dalam pembuatan pupuk dan pestisida nabati 9. Oktober • Pengelolaan tanah padi sawah • Pemupukan berimbang pdi sawah • Fungsi Pengurus kelompok tani Pertemuan Kunjungan Anjangsana Meningkatkan PSK dalam pengolahan tanah, pemupukan dan pemanfaatan kelompok 10. November • Pengelolaan tanah padi sawah • Pola tanam padi da palawija • Pengendalian hama terpadu • Pemupukan berimbang padi sawah Pertemuan Kunjungan Anjangsana Meningkatkan PSK 11. Desember • Pemupukan berimbang • Persemaian padi sawah dan darat Pertemuan Kunjungan Meningkatkan PSK ABSTRACT MASLICHAH AZZUHRO. Empowerment Farmer Community on the Application of Organic Agricultural System. Case on Three Village of BP3K UPTD Darmaga, Bogor District, West Java Province. Supervised by MURDIANTO Climate change and the demanding for sustainable energy are challenging agroecosystems’ productivity and food supply systems. Organic Agriculture is important for guaranteeing generations to come with a healthy, fair, correct environment for harmonious living that respects people and the earth IFOAM 2008. Methods and cultivation techniques used, but also due to its culture of living in harmony with Mother Earth. It combines tradition, innovation and science to benefit the shared environment and promote fair relationships and a good quality of life for all involved. Cooperation between different parties is important for organic farming sustainability which is in line with empowerment program. The participation of farmers and stakeholders is the affectivity indicator of the empowerment program. Thus, this paper is focus on the farmers’ empowerment in the implementation system of organic farming. The purposes of the research are to understand how the application of empowerment process on the farmers’ community; the attitude of community towards organic farming, includes skills and comprehension of program; farmers’ internal characteristic affected program implementation; and to analyze the correlation of the community participation and the readiness of institution with affectivity of the empowerment program. Respondents of the research are 40 persons chosen by probability sampling using Simpel Random sample. The result showed that few farmers perform the principle of organic farming, while the community has a good attitude and comprehension towards organic farming. Farmers’ internal characteristic in terms of level of land ownership and level of farming experience affected the farmers’ participation in the implementation of empowerment program, whereas age and attitude include characteristic of accessibility to agricultural information did not affect the implementation of empowerment program. As for the community participation and the readiness of institution in the program implementation affect the affectivity implementation of empowerment program. Keywords: Participation, Empowerment, Organic Agricultural.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era industrialisasi ini, pertanian masih merupakan sektor yang berperan penting bagi perekonomian bangsa Indonesia. Berdasarkan PDB pertanian tahun 2007, pertumbuhan sektor pertanian pasca krisis mencapai 4,62, dan berdasarkan neraca perdagangan, kinerja pertanian setiap tahunnya selalu meningkat. Tercatat hingga 2007, pertanian mencapai nilai US 8,2 milyar 1 . Melihat potensi yang demikian besarnya, berbagai program pembangunan pertanian digalakkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pembangunan di sektor pertanian masih dititik beratkan pada peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan. Berbagai program pembangunan pertanian digalakkan melalui kegiatan penyuluhan pertanian RKPP, 2008. Namun, upaya pembangunan pertanian melalui peningkatan pemanfaatan potensi alam dewasa ini telah menimbulkan masalah baru bagi kelestarian alam dan struktur komposisi tanah Sutanto, 2002. Inovasi pertanian organik menjadi salah satu alternatif dalam menjawab kegagalan dari penerapan sistem pertanian konvensional pada umumnya. Upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia melalui peningkatan pemanfaatan potensi alam dewasa ini telah menimbulkan masalah baru bagi kelestarian alam dan struktur komposisi tanah Sutanto, 2002. Hal ini didukung dengan peningkatan jumlah penduduk sehingga turut mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas pertanian. Sektor pertanian menjadi tumpuan harapan bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi nasional terutama di pedesaan di masa yang akan datang. Perubahan iklim dan kebutuhan akan keberlanjutan energi yang menjadi tantangan dalam produktivitas agrosistem dan persediaan bahan pangan. Oleh sebab itu, pertanian organik menjadi sangat penting untuk menjamin generasi yang akan datang dengan prinsip kesehatan, keadilan, lingkungan baik untuk harmonisasi kehidupan yang menghargai keberadaan manusia dan bumi IFOAM 2008. 1 Departemen Pertanian, 2008, Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian, DEPTAN, Jakarta Dengan demikian, pertanian organik menjadi salah satu alternatif dalam menjawab kegagalan dari penerapan sistem pertanian konvensional pada umumnya. Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari pendekatan pertanian berkelanjutan. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah, sehingga sangat aman bagi kesehatan sekaligus merupakan teknologi pertanian yang ramah lingkungan IFOAM, 2008. Selain itu, pertanian organik juga bernilai tinggi secara ekonomi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mengacu pada hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Bogor sejak November 2002 memfokuskan program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis melalui pembangunan budidaya pertanian organik, yang merupakan kebijakan Pemkot Bogor berdasarkan Rencana Strategis Renstra Dinas Pertanian setempat pada 2001-2005 2 . Meskipun demikian, pertanian organik belum dapat diterapkan sepenuhnya dalam aktivitas pertanian masyarakat. Adapun upaya untuk menerapkan sistem pertanian organik agar dapat diterima dan dapat membudaya dalam lingkungan dan aktivitas pertanian masyarakat pada umumnya, sangat memerlukan upaya pemberdayaan dan partisipasi dari seluruh elemen terutama komunitas tani yang merupakan aktor dalam melaksanakan aktivitas pertanian. Namun, upaya untuk mewujudkan pemberdayaan dan partisipasi tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan, tidak hanya faktor internal dari masyarakatnya, tetapi juga faktor eksternal masyarakat. Selain itu, kesiapan institusi dalam mempersiapkan program juga mempengaruhi upaya pemberdayaan tersebut seperti upaya penyadaran masyarakat terhadap program meliputi proses inisiasi, dan sosialisasi hingga aplikasi pelaksanaan program. Pemberdayaan komunitas tani mutlak memerlukan perhatian dalam upaya mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Namun, proses pemberdayaan itu sendiri tidak terlepas dari faktor-faktor dari dalam dan luar masyarakat itu sendiri. Selain itu, ancaman ketidakberlanjutan pertanian di pedesaan saat ini sangat tinggi, seperti masalah kepemilikan dan penguasaan lahan 2 http:pupuknpkorganiklengkap.blogspot.com200911bogor‐kembangkan‐pertanian‐ organik.html