perintah penyitaan atas kekayaan yang diperoleh dari korupsi. Perintah sita kemudian turut dipertimbangakan dalam menentukan denda yang akan dijatuhkan tetapi tidak untuk hukuman
yang lain yang akan dijatuhkan kepadanya. “Hasil korupsi” mencakup hak milik yang melebihi pendapatan tertuduh dari sumber penghasilan yang sah.
h. Afrika Selatan
Pada tahun 1996 Afrika Selatan menerbitkan Undang-undang tantang Unit Pemeriksaan Khusus dan Pengadilan Khusus. Unit Pemeriksaan Khusus bertugas untuk memeriksa
penyelewengan serius atau pelaksanaan administrasi yang buruk dalam kaitan dengan administrasi Negara, kekayaan Negara dan dana masyarakat, dan perilaku yang dapat membawa
dampak merusak kepentingan publik; sedang Pengadilan Khusus bertugas untuk mengadili perkara perdata yang muncul dari hasil pemeriksaan oleh Unit Pemeriksa Khusus.
Untuk selanjutnya Presiden Mandela pada bulan Maret 1997 meresmikan Unit Khusus Heath untuk Pemeriksaan Heath Special Investigating Unit – sebuah unit pemeriksaan yang
dikepalai oleh Hakim William Heath. Unit ini menawarkan proses bagi tuduhan korupsi, membawanya ke pengadilan sipil hingga menghasilkan keputusan sipil yang berkekuatan
hukum oleh sebuah Pengadilan Khusus. Pada tahun 1994 Afrika Selatan menerbitkan Undang-undang tentang Pelindung
Masyarakat. Jabatan Pelindung Masyarakat dibentuk di bawah Undang-undang Dasar Afrika Selatan untuk melindungi warga masyarakat dari administrasi yang buruk dalam kaitan urusan
pemerintahan, perilaku yang tidak layak oleh pegawai yang melaksanakan fungsi pemerintahan, tindakan tidak pantas berkaitan dengan dana masyarakat, menghimpun kekayaan secara tidak
sah yang dilakukan oleh orang yang melaksanakan fungsi pemerintahan, dan tindakan atau kelalaian oleh pegawai yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang berakibat kerugian bagi
orang lain.
i. Jerman
Pemerintah Jerman pada tahun 1998 menerbitkan pedoman Pemerintah Federal tentang Pencegahan Korupsi dalam Administrasi Federal. Pedoman ini berisi aturan-aturan bagi semua
kantor pemerintah mengenai langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah korupsi.
Langkah-langkah ini mencakup analisis risiko, pemeriksaan lebih serius dan tarnsparansi, rotasi staf, pengangkatan petugas penghubung untuk pencegahan korupsi, tinjauan ulang – intern,
pemisahan perencanaan korupsi, penentuan pemegang kontrak dan biaya kontrak dalam kaitannya dengan pemegang barang dan jasa publik, prinsip tender terbuka, memasukkan pasal
anti korupsi ke dalam kontrak, dan izin atasan sebelum menerima hadiah atau hiburan.
j. Filipina
Di Filipina aspek yang terpenting adalah pembaharuan mekanisme dan sistem rekruitmen pegawai negeri. Rekruitmen menggunakan Prosedur Operasi Standar SOP. Secara
sederhana proses rekruitmen didasarkan atas latar belakang pendidikan calon pegawai, pengalaman latihantraining yang dimiliki dan beberapa persyaratan teknis lain yang telah
ditentukan berdasarkan undang-undang. Secara struktur kepegawaian, birokrasi kepemerintahan
Filipina mempunyai 3 komisi yang sangat berpengaruh di Filipina. Setiap ketua Komisi
ditunjuk oleh Presiden yang kemudian diusulkan ke dalam komite legislatif. Komite legislatif lah yang memutuskan apakah calon tersebut bisa diterima atau tidak. Ketiga komisi masing-
masing memiliki tugas berbeda-beda, dengan masa jabatan selama 5 atau 7 tahun. Komisi tersebut adalah Komisi Pengembangan Sumber Daya Manusia, Komisi Audit Keuangan dan
Komisi Pemilu. Semua komisi ini dibentuk berdasarkan Undang-undang, untuk menghindari campur tangan dari berbagai pihak dan dominasi kekerabatan yang cukup tinggi.
k. Seoul Korea Selatan
Pemahaman masyarakat Seoul terhadap korupsi masih sangat sempit. Masyarakat beranggapan korupsi hanya terbagi menjadi dua, yaitu korupsi kecil dan korupsi besar. Dalam
rangka memerangi korupsi, pemerintah Seoul melaksanakan dua jenis tindakan yaitu penerapan
Sistem Terbuka OPEN Sistem dan Sistem Pemerintahan Terbuka OPEN Government.
Kedua sistem tersebut pada dasarnya merupakan perluasan konsep Pakta Integritas. Dalam upaya penegakan Pakta Integritas, pemerintah Seoul berkonsentrasi pada pembenahan prosedur
Pengadaan Barang dan Jasa.
Secara lebih luas dalam agenda anti korupsi, Pemerintah Seoul menerapkan Kebijakan Anti Korupsi Kota Seoul, Kebijakan ini meliputi a Perumusan langkah pencegahan praktek
korupsi perubahan peraturan, pemutusan lingkaran setan korupsi, b Pengenaan sanksi bagi pelaku korupsi penghukuman bagi yang melanggar ketentuan, c Menjamin keterbukaan
informasi dan prosedur administrasi dan d Meningkatkan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dalam agenda memerangi korupsi.
2. Pengalaman Lembaga Independen Anti Korupsi