naara At-Tahrim: 6”.
g. Mendorong para orangtua, tokoh dan pimpinan masyarakat, politisi maupun pejabat untuk menjadi teladan bagi keluarga, masyarakat dan birokrasi Negara.
h. Mendorong setiap pemeluk agama untuk lebih menghayati ajaran agama, karena penghayatan
agama yang benar akan mencegah seseorang dari melakukan tindak pidana korupsi maupun
kejahatan lainnya. Upaya peningkatan sense of corruption melalui proses penajaman
hatimata batin secara ‘irfani menjadi sebuah keniscayaan di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi “Sal dlamiroka”, dan “istafti qolbaka”.
i. Para pejabat, pemimpin informal serta para hartawan hendaknya memberikan keteladanan bagi masyarakat dalam sikap hidup sederhana dengan tidak memamerkan kekayaan yang
dimiliki. j. Para keluarga hendaknya membiasakan budaya menabung dan hidup secara produktif – tidak
konsumtif – melalui pembudayaan sistem manajemen keuangan keluarga secara proporsional
dan professional.
1.3 Pendekatan Sosial-Budaya a. Menciptakan dan memasyarakatkan budaya malu di kalangan warga bangsa khususnya yang
terkait dengan kasus penyalahgunaan kekuasaankorupsi.
b. Masyarakat hendaknya mulai melakukan upaya pengucilan bagi setiap anggota masyarakat
yang terbuka melakukan korupsi yakni menolak kehadiran para koruptor untuk tampil di berbagai forum resmi baik di masyarakat maupun media massa, kecuali bagi mereka yang
sudah bertobat dijalanNya. Pengucilan melalui medium hukum adat atau budaya lokal juga
sangat efektif untukk menimbulkan rasa jera bagi koruptor.
c. Melakukan sosialisasi secara intensif tentang bahaya korupsi di tengah masyarakat melalu
media massa.
d. Memberikan penghargaan award secara tulus dan selektif bagi para tokoh yang layak untuk
diteladani.
e. Menghimbau kepada segenap masyarakat untuk segera menghentikan kebiasaan suap- menyuap, dari hal yang bersifat administratif sampai kasus money politics.
f. Mendorong segenap anggota masyarakat untuk segera melaporkan kepada aparat yang
berwenang tentang adanya indikasi penyalahgunaan wewenangkorupsi.
g. Menerbitkan dan mempublikasikan berbagai literatur, brosurVCD keagamaan yang
mengkritisi tentang bahaya korupsi.
1.4 Pendekatan Hukum dan Politik a. Mendorong pemerintah maupun anggota legislatif untuk segera merevisi undang-undang anti
korupsi yang mengedepankan asas pembuktian terbalik terhadap warga masyarakat yang diduga melakukan tindakan pidana korupsi. Istilah menguatkan dalam pembuktian terbalik
dikembangkan menjadi alat bukti secara mandiri. b. Setiap anggota masyarakat, baik secara individual maupun kelembagaan ormas dan LSM,
hendaknya melakukan pressure kepada para aparat penegak hukum judikatif khususnya
para jaksa dan polisi untuk konsekwen dan memiliki keberanian dalam menindak para pelaku tindak pidana korupsi.
c. Memperluas horizon tentang makna korupsi bahwa korupsi bukan hanya korupsi uang tetapi