Biaya Tambahan Kerugian Tidak Langsung Indirect

43 Program tanggap darurat ini sangat membantu masyarakat meskipun program ini dilakukan pada saat banjir susulan kedua dan susulan ketiga. Sebagian besar masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan pada saat banjir pertama sehingga harus mengeluarkan biaya berobat sendiri. Akibat banjir ini menimbulkan penyakit cikungunya yang mulai mewadah di kalangan masyarakat setelah banjir. Mewadahnya penyakit cikungunya ini membuat masyarakat harus mengeluarkan biaya berobat. Selain itu, masyarakat juga bergotong royong serta mengumpulkan dana swadaya dalam membersihkan lingkungan tempat tinggal. Usulan program kedepannya Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi adalah memperbaiki tanggul dengan bore pile atau tiang pancang yang secara teknisnya masih disesuaikan tergantung kontur tanah dan kondisi badan sungai. Kekuatan konstruksi tanggul sangat berpengaruh terhadap banjir yang dialami masyarakat perumahan PGP, sehingga masyarakat sangat mendukung program ini dalam meminimalisirkan dampak banjir. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat, perbaikan tanggul yang lebih kokoh sangat diharapkan semua masyarakat. Hal ini dikarenakan usulan program tersebut merupakan program yang paling efektif dibandingkan relokasi. Relokasi penduduk tidak mungkin dilakukan dikarenakan terbatasnya lahan di Kota Bekasi dan besarnya dana yang dibutuhkan. Sesuai dengan wawancara, masyarakat tidak ingin di relokasi dikarenakan kondisi lingkungan sekitar yang sudah terjalin erat. Usulan program lainnya yang dibuat oleh Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi seperti menambah daya tampung Kali Bekasi mencapai 689 m 3 detik. Daya tampung Kali Bekasi sebelumnya mencapai ± 500 m 3 detik. Usulan program ini belum direalisasikan dikarenakan tidak cukupnya anggaran yang diberikan oleh Kementrian Pekerjaan Umum Pusat dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Hal ini dikarenakan sungai yang mengalir ke Kali Bekasi merupakan sungai primer sehingga banjir ini tidak hanya wewenang Pemerintah Kota Bekasi melainkan wewenang pemerintah pusat. Harapan pemerintah terkait program meminimalisirkan dampak banjir kedepannya adalah membangun dam di daerah hulu dan melakukan normalisasi sungai sampai ke hilir. Namun, program ini masih dalam bentuk usulan dikarenakan program besar ini melibatkan banyak pihak terkait. IX SIMPULAN DAN SARAN

9.1 Simpulan

Jenis banjir yang dialami Perumahan Pondok Gede Permai adalah banjir luapan sungai. Banjir luapan sungai menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Berdasarkan penelitian estimasi kerugian ekonomi pasca banjir di Perumahan Pondok Gede Permai diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat usia 46-51 tahun, sudah lama tinggal ≥ 21 tahun, alasan memilih tinggal karena sesuai kondisi keuangan, status tempat tinggal milik sendiri dengan jumlah lantai rumah yang tidak bertingkat serta memiliki luas bangunan rumah ≤ 60 m 2 . Ketinggian banjir didalam rumah yang dialami masyarakat mencapai dua hingga tiga meter. 2. Kerugian ekonomi masyarakat dihitung berdasarkan kerugian langsung direct dan kerugian tidak langsung indirect. Total estimasi kerugian yang dialami masyarakat rumah tangga Perumahan Pondok Gede Permai sebesar Rp 2 735 879 506. 3. Upaya program pemerintah kedepannya masih berupa usulan program meminimalisir dampak banjir seperti boor file atau tiang pancang yang idealnya mengikuti Garis Simpadan Sungai GSS yang secara teknis masih disesuaikan dengan masing-masing kontur tanah dan kondisi badan sungai serta menambah daya tampung Kali Bekasi sebesar 689 m 3 detik di bantaran sungai.

9.2 Saran

1. Pemerintah harus lebih mengutamakan pembangunan tanggul yang kokoh seperti bore pile di Perumahan Pondok Gede Permai dikarenakan wilayah ini tepat bermuaranya dua sungai menjadi satu aliran Kali Bekasi. 2. Pemerintah harus lebih fokus dalam menangani permasalahan khususnya pada Daerah Aliran Sungai untuk melakukan pemeliharaan dan pengelolaan secara rutin minimal satu tahun dilakukan pengecekan satu kali.